Kata orang, Bandung itu dingin. Kata orang Bandung itu ramah. Kata orang, Bandung itu surgaanya kuliner. Kata orang Bandung itu Indah, dan kata orang Bandung itu tempat pulang. Ah, semua yang dibicarakan orang-orang memang selalu benar. Benar tak tersisa. Bandung dingin, tapi hangat suasananya. Bandung memang ramah, sehingga banyak sekali orang baik terlahir dari kota ini. Bandung memang surganya kuliner, sampai aku bingung, harus berapa banyak lagi kuliner yang harus aku kunjungi. Bandung memang indah, sama kaya seluruh kisah aku yang ada di kota ini. Dan Bandung tempat pulang, suatu saat aku akan kembali lagi dikota ini, Bandung memang selalu menjadi tempat pulang, baik hanya singgah atau selamanya.
Aku, bersama Bandung. Aku, kamu, kita, kalian, terimakasih sudah mewarnai hari-hari aku selama berada dikota ini. Sedih sekali rasanya tidak bisa berlama-lama untuk berada di Kota ini, sedih sekali rasanya akan sulit bertemu dangan teman teman baik dikota ini, sedih sekali rasanya akan jarang lagi bertemu dengan suasana dan seluruh keindahan tentang Bandung, sedih sekali rasanya untuk tidak bisa lagi sekedar nongkrong atau ngopi sama orang-orang kesayangan. Suliiiitt sekali rasanya. Ah, aku jadi melow gini setiap kali menulis tentang Bandung.
Menginjakkan kaki dikota ini, awalnya hanya sebuah mimpi masa kecil. Melihat film yang rata-rata tempatnya didominasi di kota Bandung, aku terkesima sekali ingin mengunjugi Bandung dan bahkan mentap di Bandung untuk selamanya. Dan terwujudlah mimpiku diumur ke-18 tahun. Berkesempatan menempuh studi dikota ini. Dan ternyata, suliiitt sekali meninggalkan Bandung. Suliiitt sekali setelah 4 tahun 5 bulan berada dikota sejuk ini, aku suka sekali suasana dingin. Aku suka sekali kota ini, suka sekali seluruh yang dimiliki oleh Bandung.
Mungkin tidak banyak orang yang meraskan “Nuansa” seperti yang aku rasakan, tapi setidaknya aku mencoba untuk menjadi satu diantara banyak orang yang bahkan sulit sekali meninggalkan Bandung dan segala isinya. Sebagian hidupku ada dikota ini, sebagian lagi masih tertinggal dikota kelahiran. Coba saja aku bisa dibagi dua, aku pasti bisa berada didua tempat yang paling aku inginkan, jika diminta memilih, aku tidak akan memilih salah satunya. Serius.
Menjalani hari di Kota Bandung seperti candu, suka, duka, tangis, tawa, indah, bahagia, sengsara, aku pernah rasakan itu dikota ini. Membangun link-link kolega dan mencari kenalan sebanyak-banyaknya dikota ini, semakin membuat aku sulit sekali meninggalkan Bandung. Mengais rezeki sejak semester lima, mencoba mencari jati diri, meraskan suka, cinta, sayang, terhadap seseorang, cuma dikota ini.
Bandung, cukup jadi sejarah yang kelak akan kuceritakan kepada orang-orang kesayangan dengan sejuta cerita dan cinta, aku tidak pernah menyalahkan kepedihan yang kuraskan dikota ini, karena itu akan menjadi sebuah kenangan yang bahkan bisa menjadi sebuah pelajaran. Aku dan Bandung, bukan kenal sehari dua hari. Aku dan Bandung, menjadi bagian sejarah yang tak pernah ku lupa.
Terimakasih untuk orang-orang baik yang aku kenal di Kota ini, terimakasih teman-teman dekat yang selalau menyempatkan memenuhi keinginanku ketika berada dikota ini, terimaksih sahabat sahabat yang tak pernah menuntut ini itu untuk menjadi sahabat kalian, terimaksih rekan rekan kantor, terimaksih rekan rekan jurnalis, wartawan, reporter, camera-men yang aku kenal dan aku temui dikota ini, kalian hebat, aku bangga. Kalian kuat aku bangga, kalian luiar biasa, tiada kata lagi yang bisa kuungkapkan untuk semuaaaa orang yang telah banyak membantu aku selama ini. Yang telah memberikan kemudahan, kebahagiaan, kesengsaraan, kepedihan dan kenangan-kenangan lain yang tak pernah sama sekali bisa aku lupakan.
Bandung terimakasih sudah mengajari aku banyak hal, mengajari tatakrama berbicara didepan banyak orang, mengajari caranya sopan dan santun, mengajari caranya berbahasa menggunakan bahasa sunda, mengajari caranya mengikhlaskan, mengajari caranya menerima, mengajari caranya bertahan hidup, mengajari caranya bersyukur, mengajari caranya bahagia, mengajari caranya menjadi diri sendiri, mengajari caranya menerima orang baru, mengajari caranya bersosialisasi, mengajari semua hal-hal yang aku dapatkan dikota ini.
Maaf, aku tidak bisa membelah diriku menjadi dua, maaf aku tidak bisa selamnya menetap dikota ini. Maaf aku tidak bisa terus-terusan menetap dan menganggap Bandung adalah segalanya, karena aku juga punya rumah yang harus aku datangi.
Ini keputusan yang sangaatt panjang, aku tidak bisa selamanya jadi bagian dari Kota ini, karena aku harus pulang. Kini, saatnya aku pulang, aku harus pulang. Aku punya rumah yang juga membutuhkanku. Terimakasih banyak atas seluruh kenangan yang ada dan terimakasih untuk tetap menjadi bagian dari hidup Hani...
Bandung, Aku pulang ya..
Hani, Di penghujung tahun 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar