Rabu, 04 September 2019
Hey, Surat ini untuk Restuina Adestsia Hajiside
Surat ini umum, bersifat umum. Siapapun boleh baca. Ditujukan untuk seseorang yang paling gue sayang selama kurang lebih 9 tahun lamanya. Yang udah gue anggep kaya adik kandung sendiri. Yang udah gue anggep kaya sodara sedarah. Namanya Restuina Adestasia Hajiside. Memiliki nama panggilan Sya atau Tasya.
Oke, aku mau mulai nulis suratnya. Surat ini ditujukan untuk tasya yang beberapa hari terakhir ini mengirimi aku pesan whatsApp setiap hari, namun tak kunjung ku balas. Oke, maafkan aku, aku tidak bermaksud sungguh. Hanya ingin membuatmu kesal saja 3 hari terakhir ini. Jangan anggap aku jahat ya hehe.
Aku ga pernah tau kenapa manusia ini baiiiikkkkk banget sama aku. Gapernah tau kenapa manusia ini sayaaaangg banget sama aku. Dan ga pernah tau kenapa manusia ini selalu meluangkan banyaaak sekali waktunya hanya untuk meladeniku mengomel dan curhat yang ga penting. Aku ga pernah tau kenapa ada manusia kaya tasya yang Tuhan ciptakan dimuka bumi ini.
Surat ini untuk tasya, si manis bergigi gingsul yang aku sukai. Surat ini untuk tasya, yang cengeng kalo lagi di buat kesal sama orang, surat ini untuk tasya yang suka nelpon dan mendengarkan telpon, surat ini untuk tasya yang tinggal jauuuh sekali diseberang pulau sana. Surat ini untuk tasya, yang gapernah marah sama aku, surat ini untuk tasya yang pengennya kurus tapi hobi makan, surat ini untuk tasya yang mau diajak nyasar bareng, surat ini untuk tasya yang suka cemburu sama bung fiersa gara-gara udah nikah sama Aqiq, ya! Surat ini untuk tasya, salah satu orang yang paling gue sayang, yang suka sama boneka, yang pengen menggeluti dunia jurnalistik kaya aku, yang telah menemani selama bertahun tahun dan yang telah dengan sudi menerima Hanifah Abdillah dihidupnya.
Surat untuk tasya kali ini kutujukan bukan tanpa karena, pertama aku mau nyogok dia biar dia maafin aku karena aku gak bales pesan dia beberapa hari terakhir ini, kedua, aku ingin membuatkan tulisan untukmu dihari berkurangnya usiamu, dan yang ketiga aku igin kamu tahu kalo aku juga sayang sekali sama kamu Restuinaaakuu!
Aku nulis surat ini usai live program selamat Pagi Banten di kantor, ditemani beberapa anak magang yang sembari membersihkan studio dan tentunya dengan nuansa dingin ruangan ber-AC dengan air minum hangat dimejaku. Aku kembali ke masa lalu. Flashback. Kalo dulu, inget tasya jaman mondok dan pesantren. Satu-satunya anak baru yang masih SMP kala itu yang deket sama gue. Entah bagaimana caranya, anak kurus ini mampu menggaet aku berada didekatnya. Ah aku sudah lupa alasan kita "dekat" apa. Aku lupa sungguh.
Dimataku, tasya adalah orang yang paling banyak menerima segala kekuranganku dengan menutupi segala aib-aib ku selama ini. Bagiku, tasya bukan hanya sekedar "ukhtun" yang cuma sekedar deket terus tiba-tiba lost contact begitu saja. Bagiku, tasya adalah orang yang memiliki kepribadian yang mampu mendengarkan dengan bijak dan baik keluhan orang lain. Terimakasih ya, untuk telinga yang tidak pernah absen.
Tasya, kalau flashback, rasanya rinduuuu sekali. Rindu dudududu. Tau kan kalau rindu? Obatnya hanya temu. Tapi, apalah daya, berjarak berpuluh puluh bahkan ratusan kilometer yang tidak bise terpenuhi kebutuhan akan temu. Aku hanya bisa mengobati rinduku dengan menelfon atau video call atau bahkan hanya mengirimu kamu pesan singkat. Ah, sepertinya jari ini tidak mau berhenti bergerak untuk menulis catatan di note handphoneku tentangmu hari ini. Ngaliiirr gitu aja. Padahal note nya harus segera dipindah kehalaman lain. Tapi jarinya gamau berhenti.
Ya! Nulis tentang kamu itu banyaaaakk banget yang pengen aku sampaikan. Bahkan sepertinya tidak cukup satu, dua tiga atau empat lembar jika tulisanku menceritakan tentangmu. Bagaimana tidak? 9 tahun kita menjalin cerita, tanpa pernah tau jeda, hingga sekarang. Sudah cukup panjang rupanya. Tapi aku masih ingin sekali menulis tentangmu.
Tasya, aku emang gabisa ngerangkai kata dengan indah bak puisi, ga bisa menemani kamu dikala gundah dan gelisah, gabisa ada terus disamping kamu bantu segala kebutuhan kamu, ga punya telinga yang terus-terusan sedia kala mendegarkan, gapunya tangan yang mampu menjabat dan menghapus air mata, ga punya waktu untuk mendatangimu ke Ternate, dan gapunya segala sesuatu yang kamu butuhkan untuk hadir dihadapanmu. Tapi ketahuilah, walaupun begitu, rasaku tetap sama, utuh. Sayang, dan tidak pernah berubah. Sampai kapanpun. Sama kamu. Terimakasih ya telah hadir.
Oke sebelum menutup surat ini, izinkan aku menulis beberapa celotehan dihari spesialmu kali ini. Tasya, Selamat menempuh bertambahnya usia dan berkurangnya usia. Selamat menjadi manusia baru yang terus maju. Bertambahnya usia hanya angka, berkurangnya usia dicatatan Tuhan adalah nyata. Umurmu 20 tahun, tapi jatah usia hidupmu berkurang, entah sampai kapan. Tidak pernah tau, semuanya rahasia.
Tasya, tetap pegang teguh keistiqomahan yang udah kamu yakini. Barakallah untuk miladmu. Semoga dan kesemogaan baik selalu kudoakan untukmu. Menjadi dan dijadikan manusia adalah pilihan. Tetap lakukan yang terbaik, gunakan sisa umurmu untuk terus mengabdi dan beribadah kepada yang kuasa dengan segala abdi diri. Semoga keberkahan selalu menyertai kamu, keluargamu, sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, dan seluruh orang orang yang kamu sayang dan cintai. Tetap pada garis edar. Lakukan apa yang kamu sukai dan tekunilah hal itu. Ingat, Tuhan menjawab semua doa, suatu saat.
Jadi, sudah ya! Jangan marah lagi, aku mengerjaimu beberapa hari ini sengaja tidak membalas pesanmu. Semoga tidak marah lagi! Barakallah fiumrik, panjang umur dan sehat selalu. Hani sayang tasya, selaluđź’• I Love you 300000000000000000 dong hehe.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?
Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...

-
Saya Siti Hanifah Abdillah, seorang yang memiliki motivasi yang besar untuk hidup menjadi orang baik dan mengharapkan kehidupan orang lain...
-
Beberapa waktu yang lalu teman-teman angkatanku menikah. Senangnya bukan main diriku. Disuguhi dan diberikan sahabat-sahabat seperti mer...
-
Saat ini sebuah kata rela yang disematkan untuk senja yang biasa aku sebut-sebut dalam linimasa sosial mediaku sedang merajuk kepadaku. K...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar