Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebuah masalah. Mereka membayangkan bahwa pernikahan ibarat taman bunga, yang indah semerbak harum. Tanpa pernah memikirkan bahwa banyak duri-duri juga yang ada ditaman bunga.
Hal ini terjadi entah karena beberapa tahun ini marak sekali kampanye menikah muda, atau entah karena kurangnya bimbingan dari orangtua perihal menikah, atau bahkan entah karena kurangnya edukasi mengenai pernikahan dimasyarakat, atau juga entah karena kurangnya self membuka diri terhadap isu-isu pernikahan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Sebagain dari mereka, melihat pernikahan dari kejauhan. Jika diibaratkan, rumah tangga itu seperti gunung. Dari kejauhan, gunung memang terlihat indah sekali. Namun, ketika kita mendaki menuju puncak gunung, banyak sekali rintangan yang harus dilalui. Entah itu kaki terseok, jalan yang dilewati gak mudah, banyak binatang buas, lelah, capek, pegal-pegal dan lain sebagainya.
Dalam sebuah doa yang sering kita lantunkan untuk pasangan yang baru menikah adalah "Barakallahu laka wa barakaalaika wa jama'a baina kuma fi khair" yang artinya, semoga Allah memberi berkah kepadamu (dalam suka), semoga allah memberi berkah atasmu (dalam duka) dan semoga allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. Padahal dari hadist ini kita sudah tahu dan mendapat bocoran, bahwa dalam pernikahan itu tidak hanya tentang suka saja. Tetapi duka juga.
Bukti yang sering kita lihat adalah banyak anak muda yang pernikahannya hanya bertahan beberapa tahun saja. Atau bahkan mirisnya hanya beberapa bulan saja. Tingat perceraian semakin meningkat. Hal ini terjadi karena banyak indikator. Selain mereka hanya membayangkan yang indahnya saja, mereka juga TIDAK ADA PERSIAPAN.
Selain kesiapan mental dan juga finansial, ada yang lebih penting dari hal tersebut dan hal ini sangat jauh dilupakan, yaitu ILMU. Pernikahan itu kan merupakan sebuah perjalanan kita untuk beramal dan beribadah, dan sedangkan sebelum amal itu ada Ilmu. Jadi seperti ini :
Iman - Adab - Ilmu - Amal
Jadi, ya sudah pasti, jika kita tidak memiliki ilmunya, maka rumah tangga akan bobrok. Maka dari itu, apabila kalian akan menikah, pastikan bahwa kalian sudah siap juga sepaket dengan ilmunya.
Menikah itu juga merupakan proses penyatuan 'Aku + Kamu' jadi "Kita". Didalamnya, ada latar belakang yang berbeda dan harus siap menghapus masa lalu. Memulai lembaran "Kita" dari nol. Apakah sudah ada visi dan misi pernikahan yang akan dibangun? Apakah sudah tahu apa tujuan untuk menikah? Apakah sudah sama sama paham mengapa harus menikah?
Nah, yang paling penting sebelum menikah : selesaikan dulu urusanmu dengan dirimu sendiri, kemudian selesaikan juga urusanmu dengan ibumu, karena kamu perempuan. Supaya, ketika menikah nanti (kamu perempuan) mampu sepenuhnya mengabdi kepada suami tanpa ada beban. Juga, selesaikan luka-luka pengasuhan masa kecil. Supaya kelak ketika kamu punya anak, kamu tidak menularkan kesalahan pengasuhan masa kecil kepada anakmu.
Selain sosok Ibu, sosok ayah juga jadi point penting sebelum menikah. Entah kamu perempuan atau laki-laki, karena yang mendidik dan berperan juga bukan cuma ibu, Ayah juga. Ayah yang dulunya mengajarkan dien, mendidik dari segi aqidah, ilmu, akhlak, tauhid dan aplikasinya, yang bahkan nntinya akan menghantarkan putrinya hingga kegerbang pernikahan yakni dengan "Akad". Komunikasi antara seorang ayah dan anaknya pula harus segera diselesaikan setuntas tuntasnya sebelum menikah. Karena, jika tidak tuntas, maka banyak hal-hal sulit untuk dituntaskan ketika sudah menikah. (Paragraf ini opini dari salah satu narsum bernama Diyah Laili, yang sudah menikah).
Dan yang terakhir dari celotehanku kali ini tentang pernikahan adalah, ini pesan untuk semua yang sudah membaca tulisan ini. "Kita semua ini sebenarnya sedang dalam penantian takdir. Kita tidak pernah tahu takdir kedepannya seperti apa. Bahkan esok lusa pun kita tidak pernah tahu bukan? Begitu pula dengan takdir menikah. Kita tidak pernah tahu akan sampai atau tidak. Tapi, kabar baiknya adalah : "Sebaik-baik penantian adalah mempersiapkan. Sebaik baik beramal adalah memiliki ilmunya terlebih dahulu". Semoga bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan teman teman semua. Selamat malam, salam hangat..
Banten, 25/08/2019. 19.00, ditulis di Banten, ditemani redupnya lampu kamar sambil mendengarkan stasiun radio Mandiri FM Cilegon.
Tulisan ini penulisnya : Anjar Martiana, Hanifah Abdillah, Diyah Laili Rahmawati