Selasa, 22 Oktober 2019

Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?


Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebuah masalah. Mereka membayangkan bahwa pernikahan ibarat taman bunga, yang indah semerbak harum. Tanpa pernah memikirkan bahwa banyak duri-duri juga yang ada ditaman bunga.

Hal ini terjadi entah karena beberapa tahun ini marak sekali kampanye menikah muda, atau entah karena kurangnya bimbingan dari orangtua perihal menikah, atau bahkan entah karena kurangnya edukasi mengenai pernikahan dimasyarakat, atau juga entah karena kurangnya self membuka diri terhadap isu-isu pernikahan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Sebagain dari mereka, melihat pernikahan dari kejauhan. Jika diibaratkan, rumah tangga itu seperti gunung. Dari kejauhan, gunung memang terlihat indah sekali. Namun, ketika kita mendaki menuju puncak gunung, banyak sekali rintangan yang harus dilalui. Entah itu kaki terseok, jalan yang dilewati gak mudah, banyak binatang buas, lelah, capek, pegal-pegal dan lain sebagainya.

Dalam sebuah doa yang sering kita lantunkan untuk pasangan yang baru menikah adalah "Barakallahu laka wa barakaalaika wa jama'a baina kuma fi khair" yang artinya, semoga Allah memberi berkah kepadamu (dalam suka), semoga allah memberi berkah atasmu (dalam duka) dan semoga allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. Padahal dari hadist ini kita sudah tahu dan mendapat bocoran, bahwa dalam pernikahan itu tidak hanya tentang suka saja. Tetapi duka juga.

Bukti yang sering kita lihat adalah banyak anak muda yang pernikahannya hanya bertahan beberapa tahun saja. Atau bahkan mirisnya hanya beberapa bulan saja. Tingat perceraian semakin meningkat. Hal ini terjadi karena banyak indikator. Selain mereka hanya membayangkan yang indahnya saja, mereka juga TIDAK ADA PERSIAPAN.

Selain kesiapan mental dan juga finansial, ada yang lebih penting dari hal tersebut dan hal ini sangat jauh dilupakan, yaitu ILMU. Pernikahan itu kan merupakan sebuah perjalanan kita untuk beramal dan beribadah, dan sedangkan sebelum amal itu ada Ilmu. Jadi seperti ini :

Iman - Adab - Ilmu - Amal

Jadi, ya sudah pasti, jika kita tidak memiliki ilmunya, maka rumah tangga akan bobrok. Maka dari itu, apabila kalian akan menikah, pastikan bahwa kalian sudah siap juga sepaket dengan ilmunya.

Menikah itu juga merupakan proses penyatuan 'Aku + Kamu' jadi "Kita". Didalamnya, ada latar belakang yang berbeda dan harus siap menghapus masa lalu. Memulai lembaran "Kita" dari nol. Apakah sudah ada visi dan misi pernikahan yang akan dibangun? Apakah sudah tahu apa tujuan untuk menikah? Apakah sudah sama sama paham mengapa harus menikah?

Nah, yang paling penting sebelum menikah : selesaikan dulu urusanmu dengan dirimu sendiri, kemudian selesaikan juga urusanmu dengan ibumu, karena kamu perempuan. Supaya, ketika menikah nanti (kamu perempuan) mampu sepenuhnya mengabdi kepada suami tanpa ada beban. Juga, selesaikan luka-luka pengasuhan masa kecil. Supaya kelak ketika kamu punya anak, kamu tidak menularkan kesalahan pengasuhan masa kecil kepada anakmu.

Selain sosok Ibu, sosok ayah juga jadi point penting sebelum menikah. Entah kamu perempuan atau laki-laki, karena yang mendidik dan berperan juga bukan cuma ibu, Ayah juga. Ayah yang dulunya mengajarkan dien, mendidik dari segi aqidah, ilmu, akhlak, tauhid dan aplikasinya, yang bahkan nntinya akan menghantarkan putrinya hingga kegerbang pernikahan yakni dengan "Akad". Komunikasi antara seorang ayah dan anaknya pula harus segera diselesaikan setuntas tuntasnya sebelum menikah. Karena, jika tidak tuntas, maka banyak hal-hal sulit untuk dituntaskan ketika sudah menikah. (Paragraf ini opini dari salah satu narsum bernama Diyah Laili, yang sudah menikah).

Dan yang terakhir dari celotehanku kali ini tentang pernikahan adalah, ini pesan untuk semua yang sudah membaca tulisan ini. "Kita semua ini sebenarnya sedang dalam penantian takdir. Kita tidak pernah tahu takdir kedepannya seperti apa. Bahkan esok lusa pun kita tidak pernah tahu bukan? Begitu pula dengan takdir menikah. Kita tidak pernah tahu akan sampai atau tidak. Tapi, kabar baiknya adalah : "Sebaik-baik penantian adalah mempersiapkan. Sebaik baik beramal adalah memiliki ilmunya terlebih dahulu". Semoga bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan teman teman semua. Selamat malam, salam hangat..


Banten, 25/08/2019. 19.00, ditulis di Banten, ditemani redupnya lampu kamar sambil mendengarkan stasiun radio Mandiri FM Cilegon.

Tulisan ini penulisnya : Anjar Martiana, Hanifah Abdillah, Diyah Laili Rahmawati



Rabu, 04 September 2019

Hey, Surat ini untuk Restuina Adestsia Hajiside



Surat ini umum, bersifat umum. Siapapun boleh baca. Ditujukan untuk seseorang yang paling gue sayang selama kurang lebih 9 tahun lamanya. Yang udah gue anggep kaya adik kandung sendiri. Yang udah gue anggep kaya sodara sedarah. Namanya Restuina Adestasia Hajiside. Memiliki nama panggilan Sya atau Tasya.

Oke, aku mau mulai nulis suratnya. Surat ini ditujukan untuk tasya yang beberapa hari terakhir ini mengirimi aku pesan whatsApp setiap hari, namun tak kunjung ku balas. Oke, maafkan aku, aku tidak bermaksud sungguh. Hanya ingin membuatmu kesal saja 3 hari terakhir ini. Jangan anggap aku jahat ya hehe.

Aku ga pernah tau kenapa manusia ini baiiiikkkkk banget sama aku. Gapernah tau kenapa manusia ini sayaaaangg banget sama aku. Dan ga pernah tau kenapa manusia ini selalu meluangkan banyaaak sekali waktunya hanya untuk meladeniku mengomel dan curhat yang ga penting. Aku ga pernah tau kenapa ada manusia kaya tasya yang Tuhan ciptakan dimuka bumi ini.

Surat ini untuk tasya, si manis bergigi gingsul yang aku sukai. Surat ini untuk tasya, yang cengeng kalo lagi di buat kesal sama orang, surat ini untuk tasya yang suka nelpon dan mendengarkan telpon, surat ini untuk tasya yang tinggal jauuuh sekali diseberang pulau sana. Surat ini untuk tasya, yang gapernah marah sama aku, surat ini untuk tasya yang pengennya kurus tapi hobi makan, surat ini untuk tasya yang mau diajak nyasar bareng, surat ini untuk tasya yang suka cemburu sama bung fiersa gara-gara udah nikah sama Aqiq, ya! Surat ini untuk tasya, salah satu orang yang paling gue sayang, yang suka sama boneka, yang pengen menggeluti dunia jurnalistik kaya aku, yang telah menemani selama bertahun tahun dan yang telah dengan sudi menerima Hanifah Abdillah dihidupnya.

Surat untuk tasya kali ini kutujukan bukan tanpa karena, pertama aku mau nyogok dia biar dia maafin aku karena aku gak bales pesan dia beberapa hari terakhir ini, kedua, aku ingin membuatkan tulisan untukmu dihari berkurangnya usiamu, dan yang ketiga aku igin kamu tahu kalo aku juga sayang sekali sama kamu Restuinaaakuu!

Aku nulis surat ini usai live program selamat Pagi Banten di kantor, ditemani beberapa anak magang yang sembari membersihkan studio dan tentunya dengan nuansa dingin ruangan ber-AC dengan air minum hangat dimejaku. Aku kembali ke masa lalu. Flashback. Kalo dulu, inget tasya jaman mondok dan pesantren. Satu-satunya anak baru yang masih SMP kala itu yang deket sama gue. Entah bagaimana caranya, anak kurus ini mampu menggaet aku berada didekatnya. Ah aku sudah lupa alasan kita "dekat" apa. Aku lupa sungguh.

Dimataku, tasya adalah orang yang paling banyak menerima segala kekuranganku dengan menutupi segala aib-aib ku selama ini. Bagiku, tasya bukan hanya sekedar "ukhtun" yang cuma sekedar deket terus tiba-tiba lost contact begitu saja. Bagiku, tasya adalah orang yang memiliki kepribadian yang mampu mendengarkan dengan bijak dan baik keluhan orang lain. Terimakasih ya, untuk telinga yang tidak pernah absen.

Tasya, kalau flashback, rasanya rinduuuu sekali. Rindu dudududu. Tau kan kalau rindu? Obatnya hanya temu. Tapi, apalah daya, berjarak berpuluh puluh bahkan ratusan kilometer yang tidak bise terpenuhi kebutuhan akan temu. Aku hanya bisa mengobati rinduku dengan menelfon atau video call atau bahkan hanya mengirimu kamu pesan singkat. Ah, sepertinya jari ini tidak mau berhenti bergerak untuk menulis catatan di note handphoneku tentangmu hari ini. Ngaliiirr gitu aja. Padahal note nya harus segera dipindah kehalaman lain. Tapi jarinya gamau berhenti.

Ya! Nulis tentang kamu itu banyaaaakk banget yang pengen aku sampaikan. Bahkan sepertinya tidak cukup satu, dua tiga atau empat lembar jika tulisanku menceritakan tentangmu. Bagaimana tidak? 9 tahun kita menjalin cerita, tanpa pernah tau jeda, hingga sekarang. Sudah cukup panjang rupanya. Tapi aku masih ingin sekali menulis tentangmu.

Tasya, aku emang gabisa ngerangkai kata dengan indah bak puisi, ga bisa menemani kamu dikala gundah dan gelisah, gabisa ada terus disamping kamu bantu segala kebutuhan kamu, ga punya telinga yang terus-terusan sedia kala mendegarkan, gapunya tangan yang mampu menjabat dan menghapus air mata, ga punya waktu untuk mendatangimu ke Ternate, dan gapunya segala sesuatu yang kamu butuhkan untuk hadir dihadapanmu. Tapi ketahuilah, walaupun begitu, rasaku tetap sama, utuh. Sayang, dan tidak pernah berubah. Sampai kapanpun. Sama kamu. Terimakasih ya telah hadir.

Oke sebelum menutup surat ini, izinkan aku menulis beberapa celotehan dihari spesialmu kali ini. Tasya, Selamat menempuh bertambahnya usia dan berkurangnya usia. Selamat menjadi manusia baru yang terus maju. Bertambahnya usia hanya angka, berkurangnya usia dicatatan Tuhan adalah nyata. Umurmu 20 tahun, tapi jatah usia hidupmu berkurang, entah sampai kapan. Tidak pernah tau, semuanya rahasia.

Tasya, tetap pegang teguh keistiqomahan yang udah kamu yakini. Barakallah untuk miladmu. Semoga dan kesemogaan baik selalu kudoakan untukmu. Menjadi dan dijadikan manusia adalah pilihan. Tetap lakukan yang terbaik, gunakan sisa umurmu untuk terus mengabdi dan beribadah kepada yang kuasa dengan segala abdi diri. Semoga keberkahan selalu menyertai kamu, keluargamu, sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, dan seluruh orang orang yang kamu sayang dan cintai. Tetap pada garis edar. Lakukan apa yang kamu sukai dan tekunilah hal itu. Ingat, Tuhan menjawab semua doa, suatu saat.

Jadi, sudah ya! Jangan marah lagi, aku mengerjaimu beberapa hari ini sengaja tidak membalas pesanmu. Semoga tidak marah lagi! Barakallah fiumrik, panjang umur dan sehat selalu. Hani sayang tasya, selaluđź’• I Love you 300000000000000000 dong hehe. 

Kamis, 07 Februari 2019

Kamu Tidak Tahu


Ada satu masa, dimana kita benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya orang lain lakukan. Mungkin hanya lewat sosial media saja kita mengetahui aktivitas setiap orang. Padahal, kamu belum tentu tahu.

Contohnya gini, ada orang yang bawa buku, tapi belum tentu dia mau baca buku itu, ada orang yang bawa bola, tapi belum tentu juga dia mau main bola, ada pula orang yang bawa bantal, itupun belum tentu kalo dia mau tidur, ada juga yang bawa piring, tapi belum tentu kalo dia mau makan, dan ada orang juga yang bawa makanan, tapi belum tentu pula ia lapar.

Begitupun dengan kita, kamu, aku dan kalian semua. Apa yang kalian rasakan, kesedihan apa yang kalian dapatkan, kebahagiaan seperti apa yang kalian punya, kemudahan apa yang kalian miliki, semuanya punya porsi masing-masing, aku sama kamu gak sama. Kalian juga. Pasti beda.

Kadang, banyak orang yang terlihat jelas bahagia dilinimasa sosial media, tapi belum tentu ia benar-benar bahagia. Banyak orang yang hobinya posting makanan mahal dan enak, padahal kamu gatau aja kalo dia dapetin itu harus puasa dulu sebulan, kadang juga ada orang yang gampang banget nunjukin sesuatu yang pengen dia tunjukin, padahal kamu gatau aja sebenernya seberapa besar pengorbanan dia buat sesuatu itu.

Hanya saja terkadang, apa yang kita sebarkan, apa yang kita posting, apa yang kita beritahukan kepada khalayak, apa yang ingin kita beritahu kepada banyak orang, hanya sepenggal dan hanya yang enak-enaknya aja. Karena, kita hanya tahu sepotong-nya saja. Kita gatau kesusahan atau kepedihan yang dia rasakan. Karena sesungguhnya, yang mereka, kamu dan yang kita sebar  dan beritahu itu tidak penuh satu episode, hanya sepenggal saja.

Kamu tidak tahu terkadang mereka bahagia bisa pergi kesana kemari karena sebelumnya ia harus bersusah payah mencari untuk memenuhi keinginanya itu, kamu juga tidak tahu ketika keberhasilan seseorang misalnya, harus ada yang dikorbankan sebelumnya, entah waktu, fisik bahkan finansial misalnya. Bahkan kamu tidak tahu untuk menjadi seseorang yang dihormati misalnya, ia harus terlebih dulu merasakan sakit yang berkepanjangan.

Jadi, mari kita bertanya terlebih dulu sebelum men-judge seseorang, mari kita berdiskusi dulu sebelum memandang orang hanya sebelah mata, dan mari kita berfikir positif sebelum kita menilai negatif orang lain :)).

Cukup sekian hari ini, terimakasih sudah membaca, panjang ya? Iya gapapa kalo kepanjangan gausah dibaca, skip aja hehe. Mohon maap warganet,  Selamat malam, salam damai peace✌

Kamis, 31 Januari 2019

Rela-


Saat ini sebuah kata rela yang disematkan untuk senja yang biasa aku sebut-sebut dalam linimasa sosial mediaku sedang merajuk kepadaku. Kata rela yang selama ini aku yakini, yang ada pada si "senja" memihak kepadaku sekarang.

Bagaimanapun, rela meninggalkan, rela ditinggalkan, harus menjadi dasar prinsip sebuah keputusan. Kadang, semua yang kita inginkan belum tentu dapat terwujudkan, dibutuhkan sesuatu yang mendorong keras agar bisa menerima kata rela hadir dalam diri kita.

Rela meninggalakan tempat tercinta misalnya, rela untuk ditinggalkan seseorang yang selama ini telah menjadi penopang, rela memberi segala sesuatu yang teramat sangat disukai, rela menjadi bagian dari sebuah perjalanan dan kehidupan baru walaupun tidak disukai misalanya, merelakan pula ia yang sudah lama pergi tanpa tau alasan, dan rela untuk bertahan bahkan menyengajakan melupakan karena tak kunjung diingat.

Seperti itulah rela, bagaimanapun menerima dengan ikhlas dan rasa syukur yang amat sangat dalam, membantu kita menuju menerima dalam tahap kata "rela". Terimakasih telah hadir dihidupku, hehe

Penghujung Januari
(HAN, 2019) 

Kamis, 17 Januari 2019

Tanti, Terimakasi dan Happy Birthday ya!


Manusia ini suka banget bikin aku nangis ga karuan. Manusia ini suka banget bikin aku tiba-tiba ngomong bak seluncur tanpa pernah tau jeda. Manusia ini emang suka banget bikin aku bahagia setengah mati. Manusia ini juga yang bisa banget bikin aku moodnya baik, setelah seharian mengalami mood yang cukup buruk. Manusia ini juga lah yang kadang sering bikin aku ngambek karena aku suka pundung. Gatau, kenapa manusia ini ada terus kalo aku butuh. Gatau lagi, kenapa manusia ini suka banget bikin kejutan yang ga pernah kepikiran sama aku sebelumnya. Dan emang cuma manusia ini yang selalu punya keinginan yang sama dalam hal apapun.

Ah ngomongin dia jadi kangen banget gatau kenapa. Dari semenjak beberapa hari yang lalu dia yang selalu nge-PC bilang kangen, dan ajaibnya, gue juga! Ga ngerti kenapa dia bisa ngerasain apa yang gue rasain. Parah sih. Chemistry kita udah nyatu banget. Dari mulai soal hidup, soal nasib, soal pekerjaan, soal hobi, soal keluarga, bahkan soal percintaan aja, kita ngalamin hal yang serupa. Bahkan aku ngerasain apa yang pernah dia rasain selama ini menyangkut soal rasa 'sayang' sama seseorang.

Selama ini, dia ga pernah ngeluh punya kating yang bawelnya kaya aku, yang teledornya kaya aku, yang cengeng dan manjanya kaya aku, berasa bukan jadi kaka, tapi udah kaya temen sepantaran. Sumpah ya, baru nemu manusia se-baik dia yang ga pernah minta pamrih apapun! Gue ampe bingung mau bales kebaikan dia sama apa, bahkan waktu gue buat diapun jarang banget bisa didapetin sekarang.

Sebuah kebahagiaan dan rasa syukur yang tak terhingga bisa dikasih manusia kaya Tanti di hidup Hani. Entah, kalo ga ada dia, mental sama psikis aku udah jauuh dari kata normal mungkin. Depressed, stress, slama ini selalu bisa dihindari karena aku punya Tanti yang selalu nemenin ngopi dan jalan-jalan tiap kali aku butuh. Manusia macem Tanti emang patut banget disayangi, ga pernah semudah ini aku menyayangi seseorang, tapi sama kamu engga Tan, mudaaaah banget buat sayang sama kamu.

Emang cuma dia yang beberapa tahun ini nemenin Hani dari suka sampai duka. Dari yang masih mahasiswa sampe jadi sarjana. Dari yang pengangguran, sampe bisa punya kerjaan dan jadi pengangguran lagi. Tapi, Tanti selalu ada dan setia buat ada dideket Hani pas Hani butuh. Dan Tanti selalu jadi salah satu orang yang selalu bahagiain hari hari Hani dan kasih banyak warna di setiap hembusan Nafas Hani.

Tan, Hani gabisa merangkai kata dengan indah, Hani juga gabisa kasih sesuatu yang berharga, dan Hani juga ga ada disamping Tanti sekarang, tapi, asal Tanti tau, doa hani tulus dari doa-doa sebelumnya. Selamat bertambah usia ke-22, semoga keberkahan selalu ada buat kamu. Menjadi orang baik kaya kamu bikin aku jadi pengen berbuat baik terus sama orang lain. Selamat berkurang usia pula semoga hari-hari mu selalu mengingat bahwa pengurangan usia membawa kita pada kata -pulang. Semoga hari-hari mu selalu bahagia ya Tan, Hani sayang!

Dan Terimakasi ya, buat waktu, tenaga, pikiran, kebaikan, dan hal-hal lain yang ga pernah Hani bisa bales satu-satu semuanya. Terimakasi banyak untuk seluruh cerita yang pernah kita rangkai. Semoga tidak lupa. Dan kutunggu kau wisuda tahun ini, semangat UP, semangat Mubes, semangat melaksanakan sisa-sisa masa perkuliahan terakhirmu. Semoga Allah memberkati kita, semangat, dan jangan lupa Move On. Salam Rindu, mwah!


Dari yang tersayang,



HANI-  

Rabu, 02 Januari 2019

Bandung, Aku Pulang-



Kata orang, Bandung itu dingin. Kata orang Bandung itu ramah. Kata orang, Bandung itu surgaanya kuliner. Kata orang Bandung itu Indah, dan kata orang Bandung itu tempat pulang. Ah, semua yang dibicarakan orang-orang memang selalu benar. Benar tak tersisa. Bandung dingin, tapi hangat suasananya. Bandung memang ramah, sehingga banyak sekali orang baik terlahir dari kota ini. Bandung memang surganya kuliner, sampai aku bingung, harus berapa banyak lagi kuliner yang harus aku kunjungi. Bandung memang indah, sama kaya seluruh kisah aku yang ada di kota ini. Dan Bandung tempat pulang, suatu saat aku akan kembali lagi dikota ini, Bandung memang selalu menjadi tempat pulang, baik hanya singgah atau selamanya.

Aku, bersama Bandung. Aku, kamu, kita, kalian, terimakasih sudah mewarnai hari-hari aku selama berada dikota ini. Sedih sekali rasanya tidak bisa berlama-lama untuk berada di Kota ini, sedih sekali rasanya akan sulit bertemu dangan teman teman baik dikota ini, sedih sekali rasanya akan jarang lagi bertemu dengan suasana dan seluruh keindahan tentang Bandung, sedih sekali rasanya untuk tidak bisa lagi sekedar nongkrong atau ngopi sama orang-orang kesayangan.  Suliiiitt sekali rasanya. Ah, aku jadi melow gini setiap kali menulis tentang Bandung.

Menginjakkan kaki dikota ini, awalnya hanya sebuah mimpi masa kecil. Melihat film yang rata-rata tempatnya didominasi di kota Bandung, aku terkesima sekali ingin mengunjugi Bandung dan bahkan mentap di Bandung untuk selamanya. Dan terwujudlah mimpiku diumur ke-18 tahun. Berkesempatan menempuh studi dikota ini. Dan ternyata, suliiitt sekali meninggalkan Bandung. Suliiitt sekali setelah 4 tahun 5 bulan berada dikota sejuk ini, aku suka sekali suasana dingin.  Aku suka sekali kota ini, suka sekali seluruh yang dimiliki oleh Bandung.

Mungkin tidak banyak orang yang meraskan “Nuansa” seperti yang aku rasakan, tapi setidaknya aku mencoba untuk menjadi satu diantara banyak orang yang bahkan sulit sekali meninggalkan Bandung dan segala isinya. Sebagian hidupku ada dikota ini, sebagian lagi masih tertinggal dikota kelahiran. Coba saja aku bisa dibagi dua, aku pasti bisa berada didua tempat yang paling aku inginkan, jika diminta memilih, aku tidak akan memilih salah satunya. Serius.

Menjalani hari di Kota Bandung seperti candu, suka, duka, tangis, tawa, indah, bahagia, sengsara, aku pernah rasakan itu dikota ini. Membangun link-link kolega dan mencari kenalan sebanyak-banyaknya dikota ini, semakin membuat aku sulit sekali meninggalkan Bandung. Mengais rezeki sejak semester lima, mencoba mencari jati diri, meraskan suka, cinta, sayang, terhadap seseorang, cuma dikota ini.

Bandung, cukup jadi sejarah yang kelak akan kuceritakan kepada orang-orang kesayangan dengan sejuta cerita dan cinta, aku tidak pernah menyalahkan kepedihan yang kuraskan dikota ini, karena itu akan menjadi sebuah kenangan yang bahkan bisa menjadi sebuah pelajaran. Aku dan Bandung, bukan kenal sehari dua hari. Aku dan Bandung, menjadi bagian sejarah yang tak pernah ku lupa.

Terimakasih untuk orang-orang baik yang aku kenal di Kota ini, terimakasih teman-teman dekat yang selalau menyempatkan memenuhi keinginanku ketika berada dikota ini, terimaksih sahabat sahabat yang tak pernah menuntut ini itu untuk menjadi sahabat kalian, terimaksih rekan rekan kantor, terimaksih rekan rekan jurnalis, wartawan, reporter, camera-men yang aku kenal dan aku temui dikota ini, kalian hebat, aku bangga. Kalian kuat aku bangga, kalian luiar biasa, tiada kata lagi yang bisa kuungkapkan untuk semuaaaa orang yang telah banyak membantu aku selama ini. Yang telah memberikan kemudahan, kebahagiaan, kesengsaraan, kepedihan dan kenangan-kenangan lain yang tak pernah sama sekali bisa aku lupakan.

Bandung terimakasih sudah mengajari aku banyak hal, mengajari tatakrama berbicara didepan banyak orang, mengajari caranya sopan dan santun, mengajari caranya berbahasa menggunakan bahasa sunda, mengajari caranya mengikhlaskan, mengajari caranya menerima, mengajari caranya bertahan hidup, mengajari caranya bersyukur,  mengajari caranya bahagia, mengajari caranya menjadi diri sendiri, mengajari caranya menerima orang baru, mengajari caranya bersosialisasi, mengajari semua hal-hal yang aku dapatkan dikota ini.

Maaf, aku tidak bisa membelah diriku menjadi dua, maaf aku tidak bisa selamnya menetap dikota ini. Maaf aku tidak bisa terus-terusan menetap dan menganggap Bandung adalah segalanya, karena aku juga punya rumah yang harus aku datangi.

Ini keputusan yang sangaatt panjang, aku tidak bisa selamanya jadi bagian dari Kota ini, karena aku harus pulang. Kini, saatnya aku pulang, aku harus pulang. Aku punya rumah yang juga membutuhkanku. Terimakasih banyak atas seluruh kenangan yang ada dan terimakasih untuk tetap menjadi bagian dari hidup Hani...

Bandung, Aku pulang ya..


Hani, Di penghujung tahun 2018

Rabu, 21 November 2018

Hidup kurang bahagia atau Kamu yang tidak mensyukuri hidup?



Bosen ya denger kata-kata bahagia itu sederhana. Tapi emang kenyataannya gitu.  Hani ngomong gini terinspirasi dari hasil mendengarkan radio kemarin, kemarin, dan kemarin malem disalah satu frekuensi Radio di Kota Serang.  Waktu itu,  Hani ngedenger ada anak perempuan ngeluh dan curhat sama si penyiar tentang hidupnya.  Katanya dia masih ngerasa gak bahagia.  Dia selalu ngerasa hidup orang lain lebih bahagia dari pada hidupnya sendiri.
.
.
Nah ini yang hani pikirin dan sejalur sama pemikiran si penyiar radio. Si penyiar radio malah nanya ke si penelpon perempuan "Hidup kamu yang kurang bahagia,  atau kamu yang gak mensyukuri hidup kamu?"
.
.
Wah ngena banget nih omongan. Trus si penelpon bilang, "iya kali ya mas saya kurang nih bersyukurnya, apa-apanya suka ngerasa kurang terus dari orang lain" katanya.
.
.
Lah,  hani jadi mikir yah bahagia mah sederhana aja,  kita bersyukur sama hidup yang kita punya, terus lakuin apa yang Allah Kasih,  trus terima apa yang ada,  jangan terus ngeliat orang dan membandingkan kehidupan orang lain,  itu aja dijamin hidup mah bakal bahagia.
.
.
Kaya gini deh,  hani lagi diposisi apa sekarang,  punya keluarga seperti apa,  punya sodara kayak gimana,  punya sahabat kayak apa, punya temen-teman kayak gimana, terima aja, barangkali memang diantara mereka itu adalah yang menjadikan kamu hidup bahagia.
.
.
Hidup mah bakal bahagia kalo kamu ga ngebandingin hidup kamu jauh lebih kurang bahagia dari orang lain.  Jangan melihat hanya satu sisi kehidupan orang lain,  karena emang kamu -GAK PERNAH TAU- terkadang hidup orang lain justru pengen hidup kaya kamu!.

Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...