Ketika semua
orang menjauh, aku mencoba untuk bertahan. Entah. Seakan dunia berputar 180
derajat. Aku tak menyangka ini akan terjadi. Menurutku, Ini bukan salahku.
Tapi, persepsi orang berbeda-beda, dan aku tak bisa menyamakan persepsi itu,
karena meraka, telah melihat sensasi diawal.
Aku
berusaha kuat untuk menjadi yang terbaik diantara mereka semua. Baik itu keluarga, saudara,
sahabat, teman dekat, bahkan semuanya. Namun, apakah itu akan menjadikanku
kuat? Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya, aku rapuh, tonggaku sudah
rapuh. Tak ada lagi. Hanya atas dasar itukah? Mereka tak mempercayai aku lagi?
Tuhaan.. apa lagi ini? Rintihku selalu demikian
Aku
berusaha hidup senormal mungkin, ayah ibuku orang terhormat dikampung,
temen-teman dekatku menghargaiku, mereka amat mulia, tak pernah memarahiku. Terkadang
aku merasa mereka berlebihan dalam hal
memperlakukanku seperti demikian. Sangat santun, seakan aku orang yang
patut untuk dihormati dan diberikan sopan santun. Dan setiap kali aku bertanya.
Mengapa mereka seperti itu dalam menghadapiku? Mereka hanya menjawab itu
kelebihanmu Sarah. Kau patut mendapatkan itu. Selalu seperti itu.
Terkadang
aku merasa risih atas apa yang mereka
lakukan untukku. Aku terbilang perempuan paling rapih diantara mereka. Bajuku
selalu menutupi bagian belakangku. Kerudungku tak pernah aku macam-macamkan,
yang terpenting, aku selalu mengenakannya sampai di bawah dadaku. Dan
bawahanku, aku tak pernah lagi
mengenakan celana jeans ketat ataupun semacamnya. Jika dikatakan aku paling
soleha, aku merasa ini biasa saja, tetapi, orang menanggapku benar-benar lebih
dari itu. memang, aku merasakannya sendiri bahwa aku tak sama dengan mereka.
Teman-temanku. Aku sangat berbeda.
Namun,
itu semua tak menjadikan mereka sepenuhnya mempercayaiku. Tak menjadikan meraka
benar-benar mengikuti langkah dan arusku. Namanya juga manusia, aku juga sama,
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. aku bahkan sempat mencoba untuk
menjadi perempuan yang biasa aja yang ada dan care untuk urusan dan kalangan
anak-anak kampus
Hey.. sarah! Apa yang kau
lakukan? Sapa seorang anak perempuan cantik bermata pingpong
“hmm.. aku sama sekali tak
mengerti mengapa ini bisa seperti zombie” huft.. kataku lirih
“lagipula, itu salahmu, mengapa
kau semakin membuatnya rusak?” sergahnya cuek
“hey, mengapa kau malah
menyalahkanku? Cerocosku kemudian. Ya sudah-ya sudah aku tak mau memperpanjang
masalah ini” lanjutku kemudian
“ye.. siapa lagi yang ingin
memperpanjang masalahmu itu,! lagipula, aku sudah tidak tertarik lagi” katanya
“ya sudah, mengapa kau masih
melihatku dan masih berdiri disampingku? Lirikku padanya
Dia hanya pergi seloroh
meninggalkan aku sendiri dalam balutan masalahku ini. Sedikit mengeraskan
langkahnya pertanda bahwa ia sangat kesal.
Aku memang tak mengerti mengapa
semuanya tertuju padaku, padahal pertama kali memegang saja aku sudah malas,
apalagi sampai merubah-rubah dan mengotak atiknya. Tapi mengapa semua orang
malah menyalahkanku. Seakan-akan aku yang benar-benar merusak itu. teman-teman
sepanitia dan seanggota BEM J saja sudah cukup membuatku pusing. Apalag sampai
semua orang tahu bahwa aku yang benar-benar difonis salah dalam masalah ini.
Huh.. setidaknya aku masih bisa
bernafas sekarang, aku tidak patut marah-marah dan menjelaskan kepada mereka
semua bahwa aku tak bersalah? Bukan aku yang merusak? Percuma saja, suatu saat
nanti aku yakin bahwa kebenaran itu akan muncul. Lihat saja, aku selalu berkata demikian untuk memotifasi diri.
Bersambung…. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar