Bu,
Saya Mau Buktikan Mengapa Anak Jurusan Ilmu Komunikasi adalah Calon Menantu
Terbaik untuk Ibu
Bu, tahukah Ibu
bahwa anak jurusan Ilmu Komunikasi, biasanya selalu dilabeli dengan mahasiswa
atau mahasiswi asal ceplos? Jurusan Ilmu Komunikasi juga sering
dikira jurusan yang mengajarkan mahasiswanya seni berbicara. Oh tidak salah,
tapi sayangnya pemahaman orang –orang hanya terbatas pada berbicara saja.
Padahal tahukah Ibu bahwa dunia yang dipelajari mahasiswa Ilmu Komunikasi jauh
lebih luas dari yang pernah dibayangkan oleh orang-orang? Bahkan oleh mahasiswa
Ilmu Komunikasi itu sendiri.
1.
Bu, kami bukan mempelajari ilmu eksak atau pasti, tetapi sebuah ilmu sosial
yang bersifat dinamis.
Kami mempelajari
suatu hal yang kerap berubah seiring berjalannya waktu. Kami juga mempelajari
apa yang dilakukan oleh manusia setiap saat, Bu. Karena itu, jangan khawatir
karena kami pasti akan tidak pernah berhenti belajar dan mengerti anak Ibu,
yang kelak akan menjadi pasangan hidup kami.
2.
Kami pernah belajar statistik Bu, kami tahu bagaimana menghitung dan
menganalisa juga.
Jangan takut Bu,
kami bisa kok menghitung dan menganalisis suatu deretan angka-angka. Di
kehidupan rumah tangga kami mendatang, Ibu bisa mengandalkan kami untuk
mengurus hal-hal di rumah tangga yang berkaitan dengan angka, misalnya saja
pengeluaran rumah tangga. Kalau Ibu mau dibuatkan laporan pengeluaran rumah
tangga setiap bulan beserta analisis mendalamnya, bisa Bu. Cuma repot saja dan
memakan banyak waktu.
3.
Anak Ilmu Komunikasi mayoritas memiliki kepribadian yang ramai dan
menyenangkan.
Orang-orang
mungkin sering melihat kami banyak bicara dan suka bergerombol. Jelas sih Bu,
karena kami semua pecinta ilmu sosial yang sejatinya juga selalu berhubungan
dengan orang-orang di sekitar kami. Ibu tidak perlu takut apakah nanti cucu Ibu
akan kesepian ataupun selalu merasa sedih karena kami, calon menantu Ibu ada di
sini untuk selalu mendampingi anak kami. Menghiburnya waktu mereka sedih,
menjadi sahabat nomor satu mereka dalam hidup. Ibu takut anak Ibu akan
bersedih? Jangan takut Bu, karena kami, anak Ilmu Komunikasi ada di di sini,
siap mewarnai hidupnya agar lebih indah dan berwarna.
4.
Kami juga jago lho menyampaikan suatu ide atau pemikiran, baik lisan maupun
tulisan.
Kami sudah biasa
Bu untuk memikirkan suatu ide atau pemikiran akan suatu hal, kemudian
menyampaikan ide tersebut untuk umum. Ibu jangan pernah khawatir, kami pasti
akan menyatakan cinta kami pada keluarga kami masing-masing. Anak Ilmu
Komunikasi pasti mau duduk bersama, membentuk tim dengan pasangan hidupnya dan
memikirkan ide-ide kehidupan masa depannya bersama-sama.
5.
Ibu tinggal pilih, kami yang kuliah di Ilmu Komunikasi belajar bagaimana
menjadi seorang Public Relations alias Humas.
Ibu tidak perlu
bingung dengan pencitraan keluarga kami dan keluarga Ibu. Bagaimana pun setiap
orang di dunia ini pasti melakukan pencitraan, cuma bedanya ada yang sangat
kelihatan dan ada yang melakukannya dengan cara yang ‘halus’. Kami, anak Ilmu
Komunikasi sudah terbiasa Bu. Nggak sebatas pencitraan Bu, untuk mengurus
sebuah event maupun krisis, kami yang belajar Public Relations juga sudah
dilatih kok, Bu. Ibu tinggal pilih saja mau event apa dan jangan khawatir
karena kami juga biasa mengatasi krisis yang menghampiri.
6.
Kami juga belajar lho Bu mengenai hal-hal penyiaran di televisi maupun radio.
Bukan berarti
kami haus jadi artis ini, Bu. Tapi kami tahu bagaimana harus menyampaikan pesan
untuk orang banyak. Kami tahu bagaimana mempublikasikan cinta kami di depan
umum, kami tahu bagaimana kerja sama dari sebuah tim sangatlah penting untuk
bisa menyampaikan pesan dengan baik. Jadi, kami sendiri sadar bagaimana
pentingnya kerja sama dalam kehidupan rumah tangga kami.
7. Anak Ilmu
Komunikasi juga belajar dunia jurnalistik yang mewajibkan kami mempublikasikan
sesuatu yang benar
Bu, kami juga
belajar tulis menulis serangkaian informasi ketika masuk ke dunia jurnalistik.
Untuk pintar menulis kami harus banyak membaca. Sama kok Bu sama kehidupan
rumah tangga kami kelak. Seorang anak Ilmu Komunikasi tahu bagaimana mencari
kebenaran, membaca dan menelaah terlebih dahulu sebelum kami menyampaikan
sesuatu. Hal ini bisa kami praktikkan sewaktu terjadi konflik di rumah tangga
kami, Bu. Kami akan berusaha untuk membicarakan dan berdiskusi terlebih dahulu
soal konflik kami, bukannya langsung ‘asal bunyi’ ketika suami dan istri ribut.
8.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi juga belajar bagaimana berstrategi dan bernegosiasi.
Strategi dan
negosiasi adalah dua hal yang erat kaitannya dengan kami. Ketika nanti kami
berumah tangga, Bu, kami bisa menerapkan bagaimana menyiapkan strategi berdua
dengan suami atau istri kami masing-masing. Ibu bingung kenapa rumah tangga
butuh strategi? Penting Bu, kita semua perlu strategi untuk mencapai tujuan
hidup kita kan, Bu? Soal bernegosiasi, kami juga sudah diajarkan selama
berkuliah bagaimana bernegosiasi dengan pihak lainnya. Ibu tidak perlu khawatir
karena kami akan mendahulukan negosiasi ketika kami berselisih pendapat dengan
anak Ibu (atau bahkan dengan Ibu sendiri).
9.
Karena belajar sesuatu yang kerap berubah, kami jadi harus mengikuti
perkembangan zaman.
Kami selalu update,
Bu, jadi tidak perlu takut apakah kami akan selalu berpikir terkotak dan juga
konservatif. Kami mungkin akan tetap memegang prinsip hidup kami masing-masing,
tapi kami juga akan selalu berusaha berpikiran terbuka, diikuti dengan
toleransi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi kelak di rumah tangga kami.
10.
Kemampuan bahasa asing kami juga diasah dengan keras sejak kami menginjak masuk
gedung tempat kami berkuliah.
Jurusan kami saja
namanya Ilmu Komunikasi, kalau kami tidak bisa berkomunikasi secara global, maka
sia-sia lah ilmu yang kami pelajari di bangku perkuliahan dulu. Tapi satu hal
yang masih terus kami pelajari sampai sekarang yakni bahasa cinta guna mengerti
anak Ibu lebih dalam lagi.
11.
Eits, jangan kira kami tidak tahu area budaya, politik dan ekonomi, karena
masih sering beririsan dengan ilmu komunikasi, jelas saja kami juga harus
belajar.
Kami belajar kok
Bu dunia lainnya, seperti budaya, politik dan ekonomi. Jangan takut kalau nanti
kami tidak bisa mengajari cucu Ibu kelak banyak hal di luar sana. Kami pasti
selalu siap menggandeng cucu Ibu untuk mengenalkan dirinya pada dunia yang
begitu luas dan indah.
12.
Bangga lho Bu, kami juga pernah mengikuti kelas fotografi walau tidak sedalam
anak-anak desain.
Kami bisa
memanfaatkan kemampuan kami lho, Bu, kami akan selalu menangkap momen-momen
indah bersama anak Ibu dan cucu Ibu kelak serta mengabadikannya dalam hati kami
masing-masing. *Cieee*
13.
Anak Ilmu Komunikasi juga belajar manajemen, walau mungkin tidak sedalam
mahasiswa manajemen, tapi setidaknya kami mengerti pola berpikirnya.
Tidak perlu ragu
memilih kami, Bu, sebagai calon menantu terbaik yang akan mendampingi anak Ibu
di pelaminan. Kami mengerti bagaimana cara mengatur apa yang kami miliki untuk
mencapai tujuan kami bersama, yakni pernikahan yang sehat dan bahagia.
14. Yang pasti,
Bu, mohon dimengerti Bu, walau kami anak Ilmu Komunikasi yang belajar
komunikasi, bukan berarti kami makhluk sempurna yang tidak bercacat dan tidak
pernah melakukan miss-communication
Kami juga
merupakan manusia yang masih dan akan terus belajar. Tapi percayalah, bu, bahwa
kami adalah calon menantu terbaik yang cocok untuk menemani anak Ibu untuk
seumur hidup.
Mana suaranya
anak-anak Ilmu Komunikasi?
Keterangan
selengkapnya bisa kamu baca di www.idntimes.com/sharingiscaring.
- See more at: http://www.idntimes.com/relationship/dating/465/Bu-Saya-Mau-Buktikan-Mengapa-Anak-Jurusan-Ilmu-Komunikasi-adalah-Calon-Menantu-Terbaik-untuk-Ibu#sthash.AxMQ7bDn.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar