Minggu, 25 Oktober 2015

SURAT PEMBACA : HALTE BUS TAK TERURUS DAN PENYALAHGUNAAN ONGKOS DAMRI



Setelah diterima disalah satu Universitas Negeri di Bandung,tepatnya 2014 lalu, saya terkesima ketika pertama kali mendatangi kota ini. Rapih, Indah, Sejuk dan yang paling membuat saya tertegun adalah biaya ongkos Trans Metro Bandung (TMB), salah satu bus kota yang ada di Bandung saat itu dan sangat murah sekali. Jarak jauh-dekat hanya 1500 untuk kalangan Mahasiswa.
Namun, tepat ketika saya ingin kembali pulang ke kampung halaman, entah sejak kapan,namun masih pada tahun 2014, saya tak pernah lagi melihat bus TMB (Trans Metro Bandung). Dan ternyata, itu tergantikan oleh bus Damri yang ongkosnya dua kali lipat jauh lebih mahal. Sekitar 3500 rupiah.
Tahun berganti, ketika saya kembali mendatangi kota ini, tepatnya saya selalu berhenti di terminal Leuwi Panjang. Ketika saya hendak mengantri dan menunggu bus menuju daerah Cibiru,saya menunggu di Halte. Jauh dari perkiraan, halte yang saya pijaki jauh dari kesan indah, tak ada penjaga karcis seperti dulu, tak ada kursi yang memadai untuk duduk disekitar, ruangannya yang kotor dan sampah dimana mana membuat saya semakin prihatin.
Tak sampai disitu, ketika saya mendapatkan bus, saya mencoba bertanya kepada bapak petugas kondektur. Berapa ongkos dari Leuwi Panjang menuju Cibiru, kemudian petugas kondektur tersebut menyebutkan nominal  “7000 neng” jawabnya asal. Saya kembali bertanya, “bukannya 4500 pak?” menyebutkan nominal yang saya tahu, sebab ongkos damri sudah naik tahun ini. Bapak tersebut kemudian menjawab,” tidak neng, soalnya jauh”.
Saya hanya bisa ber -oh- ketika petugas kondektur mengatakan demikian. Dan dengan berat hati saya menyerahkan nominal yang bapak sebutkan. Namun setelahnya saya ditegor oleh ibu-ibu samping tempat duduk saya, beliau memberitahuku “ ongkos dari leuwi panjang sampai cibiru hanya 4500 neng. Tidak semahal itu”. katanya
Bukankah kenyamanan pubik itu nomor satu? sangat disayangkan ketika semua orang menggunakan halte bus untuk menunggu, namun jauh dari kesan indah. Begitupun yang terjadi ketika saya sampai di halte bus daerah cibiru. bahkan ini jauh lebih parah. Halte bus masih sering digunakan oleh para pengguna damri sampai saat ini, tapi apkah pantas dibiarkan kotor dan tak terurus? Bahkan hingga sekarang. Diharapkan ada perbaikan dan perubahan untuk kenyamanan publik.
Penyalahgunaan ongkos damri? Masih ada sampai sekarang? Jawabannya masih. Saya dan beberapa teman saya pernah megalami hal yang serupa mengenai hal ini. diharapkan ada tindakan tagas dari pemerintah mengenai hal ini. sehingga para petugas kondektur jera dan tak berani untuk kembali melakukan hal yang serupa. Terimakasih. Mohon diindahkan.

Jumat, 02 Oktober 2015

surat pembaca : Pelayanan Smartfren Cukup Sulit


                Saya memakai produk Smartfren selama satu tahun belakangan ini. lebih tepatnya saya membeli produk handphone Smartfren type Andromax AD688G 16 Agustus 2014 lalu.
                Hingga akhirnya, tepat akhir maret 2015 lalu, handphone saya mengalami kerusakan dibagian Screen, Charger, dan Blank Total. Ketika itu, saya langsung membawa handphone saya ke Galeri Smartfren di Soekarno Hatta Bandung, dan ternyata respon dari petugas sangat nyaman dan cepat. Dan tepat pada awal april 2015, handphone saya dapat kembali diambil dengan kondisi yang baik.
                Namun, Agustus 2015 bulan lalu, handphone saya kembali mengalami kerusakan. Akhirnya saya membawa handphone saya ke cabang Smartfren terdekat didaerah tempat tinggal saya, tepatnya di cabang Smartfren Jl. A.H Nasution Cibiru Bandung Timur. Disana saya mendapat penjelasan dari petugas dengan baik dan benar,dan ternyata handphone saya rusak dibagian konektornya.  tetapi kantor cabang mengatakan bahwa saya harus pergi ke galeri yang lebih besar dan lengkap yang berada di Jl. Soekarno Hatta Bandung. Tapi disana pun saya diminta untuk pergi ke galeri Smartfren yang berada di Jl.Pasir Kaliki sebagai kantor pusat Smartfren di Bandung.
                Dan ternyata, saya harus dipindah-pindahkan, dioper kesana kemari hanya untuk memperbaiki handphone yang rusak dibagian konektor. Sedangkan kondisi saya yang tidak tahu jalan membuat saya semakin geram ketika saya harus dilempar ke tempat yang tidak saya ketahui. Bahkan hingga saat ini,handphone saya belum juga mengalami perbaikan. Masih dalam kondisi yang sama.
                Sangat disayangkan, ketika kantor cabang terdekat sudah ada, namun belum bisa memenuhi kebutuhan. Lalu untuk apa dibangun kantor cabang jika pada akhirnya setiap orang harus dilempar dan diminta untuk mendatangi kantor cabang pusat yang lebih jauh? Smartfren adalah produk bagus dan besar. Bahkan selalu megeluarkan inovasi terbaru. Maka akan lebih baik jika pelayanan smartfren tidak dipersulit sehingga konsumen pun nyaman dengan segala hal yang menyangkut tentang pelayanan. Terimakasih.


                

Varian Masa Depan



          Cahaya era Robonium menyelubungi bumi, menjadi awal yang terlalu menyilaukan bagi peradaban baru umat manusia. Jalanan tampak dipadati oleh kendaraan yang melesat seolah dikejar kesibukan yang tiada mati-matinya serta oleh orang-orang yang sekadar ingin menikmati udara kota yang sejuk, melepaskan diri dari rutinitas yang mematikan.
“Apa berita hari ini, Bar?” Illa muncul dengan baju kitin terusannya yang sama seperti yang ia kenakan tiga hari lalu, melirik ke arah kapsul data yang sedang menampilkan data dalam flatop, komputer era Robonium yang setipis kertas, seringan kapas, touch screen, dan transparan. Wangi melati yang menyegarkan menguar dari baju anti-bakterinya. Beberapa Robotters hilir mudik membawakan pesanan makanan dalam sekali tolakan saja. Lala selalu ingin bisa melayang-layang seperti mereka, dan betapa senangnya ia ketika Papanya membelikan shoegas pertamanya saat ia balita! Namun, kekagumannya memudar setelah tahu bahwa medan nol-gravitasilah yang menyebabkan mereka bisa melayang dalam sekali tolakan. Oh, ia sungguh tak percaya sesederhana itu!
           “Masih soal krisis pangan. Pemerintah masih kewalahan menangani krisis pangan, Semenjak bioethanol jadi bahan bakar masyarakat dunia, kita semua awalnya merasa inilah jalan keluar untuk mengakhiri era bahan bakar fosil. Namun, lihat saja berita serta penemuan yang menggemparkan media akhir-akhir ini,” Akbar, yang mengenakan mantel kitin abu-abu, berargumen sambil menekan beberapa tombol yang membuat layar transparan di hadapan mereka menampilkan beberapa artikel dengan foto yang bergerak-gerak. Mereka menyensor artikel itu dalam beberapa detik menggunakan lensa penyensor yang tertanam di permukaan mata dan berdecak keras, tampak prihatin.
Illa memulai argumennya, “Publik sudah terlanjur bergantung pada bioethanol. Namun krisis pangan tidak bisa diabaikan juga. Penemuan terbaru bahkan mengatakan bahwa karbon dioksida hasil pembakaran bioethanol yang diklaim dapat dirombak oleh alam sebab lebih alami dari pada karbondioksida haril pembakaran premium, rupanya jika jumlahnya menumpuk di alam dapat bereaksi dengan sesamanya membentuk sampah radioaktif—hei!!“
Akbar rupanya tidak mendengarkan argumennya, malah melirik gadis di sampingnya yang sedang asyik melukis di atas kanwall—kanvas digital. Gadis itu tampak asyik menggoreskan pena ke atas layar kanwall yang sesungguhnya flatop multifungsi. Hanya saja, semakin banyak aplikasi dan semakin sederhana tampilan dari flatop, semakin mahal harganya. Bedanya dengan kanvas konvensional, hasil lukisan yang dibuat di atas kanwal adalah gambar tiga atau empat dimensi, tergantung resolusi alatnya.
“Eh, aku hanya lihat saja,  habis benda itu keren sih. Aku dari dulu selalu ingin, hanya saja Papa selalu bilang aku belum cukup besar untuk memiliki—“
Akbar cepat-cepat menyela ucapan yang nyaris ribuan kali didengarnya dari bibir kembarannya itu, “Kau akan mendemonstrasikan kendaraan yang memiliki teknologi tolakan gravitasi, dan namamu akan menjadi merek mobil, dan akan terus dibahas di media massa dunia sebab kau adalah Menristek wanita pertama di negaramu dan—dan—“

          “Daripada debat kusir gak jelas, mending kalian bantuin Ayah melayani para tamu. Baterai beberapa Robotters sudah mulai lemah. Ayo, kita tak punya banyak waktu. Para pelanggan sangat sibuk.” tiba-tiba sebuah suara menyela diskusi mereka. Sesosok pria berbadan gempal berdiri melayang-layang di atas shoegas tak jauh dari mereka.
“Kami tidak debat, Pah. Ayolah. Masa kerja terus,” jawab Illa sebal, namun ditolakkannya juga badannya yang mungil dengan kedua shoegas pinknya, melesat menyusul Ayah mereka. Latie bergegas menyusul mereka dan lenyap ditelan pintu sebuah ruangan sederhana di sisi barat restoran.
****

Pulau-pulau satelit tampak berlumuran cahaya di kejauhan, melayang-layang anggun beberapa meter di atas permukaan air laut, berpusing dengan kecepatan cahaya mengitari pulau-pulau utama, sehingga menghasilkan gaya sentrifugal dan sentripetal yang membuat mereka tetap berpusing dalam orbit masing-masing.
I
lla menatap nanar ke arah cahayanya yang menyilaukan, membiarkan matanya sesaat larut dalam gemerlap magis yang diciptakannya. Inilah saatnya, ia menguatkan hati. Tak sampai sepersekian detik, terdengar bunyi alarm berkumandang di ruangannya, diikuti suara sebuah robboters, “Lapor. Uraian komposisi udara terbaru. Berikut rinciannya, kadar gas metan 60%, sampah radioaktif mencapai 10%, dan 30% lainnya adalah unsur yang dibutuhkan makhluk hidup untuk melakukan aktivitas seluler. Laporan selesai.” Terdengar bunyi pip sebentar, dan hening. Illa mengerutkan dahinya, mencoba berpikir keras—

Tiba-tiba pintu kantornya terkuak…
Rupanya seketarisnya yang masuk tanpa permisi. “Ah, jadi kau baru saja mempelajari etika baru, eh? Kenapa—“ Illa menelan kembali emosinya ketika melihat sosok yang mengikuti sekretarisnya—Tuan Hakim! Buru-buru dihampirinya sosok itu, dan mereka berjabat tangan erat. Sekretarisnya bergegas keluar dengan satu tolakan cepat, dan menghilang di pintu. Illa memulai, “Ah. Tuan Hakim, saya kira sekretaris saja masuk saja tanpa permisi. Rupanya saya kedatangan tamu penting. Silakan duduk—“
          “Aku tak punya banyak waktu melayani basa-basimu. Dengar, situasi genting. Aku sengaja tidak memberitahumu kedatanganku ini, atau meneleponmu melalui boks realphone atau saluran hubungan lain. Mereka—para wartawan yang haus berita—pasti sudah menyadap semua hubungan yang keluar dan masuk ke dalam flaptop atau realphoneku. Mengerti? Nah, begini. Publik sudah tahu kau bekerja di lembaga penelitian di USA. Entah bagaimana kabar pengangkatanmu menjadi Menristek wanita pertama diikuti kabar bahwa jika terjadi hal itu akan berdampak peluncuran besar-besaran Eimobil ke pasaran. Phobia publik tentang kadar udara yang sudah tercemar radioaktif membuat mereka takut bahwa peralihan transportasi ini akan memperparah kondisi atmosfer—“

“Apa bedanya?” entah mengapa kata-kata itu yang keluar dari bibir Illa. Ia melanjutkan, “Sebuah sistem pasti memiliki sisi negatifnya, no one perfect! Manusia dulu mengeluh akan bahan bakar fosil sebab nyatanya memang membawa polusi dan menaikkan suhu bumi sehingga berdampak pada kenaikan air laut yang menenggelamkan pulau-pulau di dunia, termasuk Indonesia. Lagipula, persediaan gas alam memang sudah tidak dapat digunakan untuk konsumsi dunia. Persediaannya nyaris habis. Masyarakat dunia pun beralih ke bahan bakar pangan—bioethanol.
“Memang  sudah ada solusi untuk mengatasi krisis pangan akibat penggunaan bioethanol, yakni dengan mensintesa growth artificial hormone yang akan mempercepat pertumbuhan tanaman yang digunakan sebagai bahan pokok untuk pangan dan bioethanol, sehingga tanaman itu menjadi dewasa sebelum waktunya. Tapi akibatnya kadar gas metan dan radioaktif meningkat pesat. Orang-orang pun sudah jenuh sebab harus berjalan-jalan keluar rumah mereka dengan tabung oksigen. Mereka sudah terlalu takut untuk berharap. Jadi, kalaupun berita tentang program peralihan transportasi yang memang akan kugalakkan diketahui publik, apa yang bisa kita lakukan untuk menekan angka demonstrasi dan kekhawatiran ini?” masih sama seperti Illa kecil, ia selalu senang berargumen. Hanya saja, pelantikannya menjadi menteri tinggal hitungan minggu saja, ia tak akan mundur—
“Kau  harus membeberkan programmu tentang Eimobil dalam waktu beberapa hari ini ke publik, dan yakinkan publik rencanamu ini tidak berbahaya.”
“Aku—oh tidak. Rancangannya belum sempurna—“
“Kau bisa. Kau yang selalu bilang begitu padaku dulu. Buktikan kata-katamu!” sebuah suara membuat Illa menoleh. Dan agak terkejut ketika didapatinya Akbar melayang-layang beberapa meter dari pintu masuk… dan di sebelahnya.. Oh—Ryan, tunangannya. Maka, gadis itu pun perlahan mengangguk mantap, “Baiklah, akan saya usahakan.”
****
“Eimobil  adalah singkatan dari A-mobil atau mobil artifisial kloroplas. Deksripsi Eimobil adalah sebagai berikut. Mesinnya menggunakan kapasitor sensor cahaya yang dapat digunakan saat matahari bersinar dan cara kerjanya dengan mengubah energi cahaya menjadi energi kinetik yang dipadukan dengan gaya tolakan sebagai gaya geraknya, sehingga dihasilkan kecepatan maksimum, namun kami belum menyamai kecepatan cahaya. Jika hari gelap, kapasitor akan menonaktifkan diri. Maka mesin akan menggunakan energi yang disimpan di dalam membran tilakoid artifisial yang menyelubungi keseluruhan permukaan Eimobil dan mengubahnya menjadi energi kinetik dengan katalisator panas dan bahan-bahan kimia yang tersimpan dalam mesin mobil. Dengan kata lain, saat matahari bersinar, maka kapasitor sensor cahaya yang akan berfungsi menjalankan mesin mobil yang energinya diimbangi dengan gaya tolakan mobil, sedangkan seluruh permukaan mobil aktif menyerap energi cahaya matahari dan menyimpannya untuk digunakan saat hari gelap.

“Bentuk mobil ini adalah cakram pejal—umumnya masyarakat lebih mengenal sebagai bentuk piring terbang. Kami menggunakan bentuk tersebut sebab itulah bentuk yang paling ideal untuk dapat menghasilkan gaya tolakan—tentunya Anda semua sudah tidak asing dengan teknologi tersebut, sebab teknologinya sudah berhasil diterapkan pada shoegas yang Anda kenakan sehari-hari. Setelah melalui riset panjang, diketahui hasil pembuangan dari mesin ini adalah—mungkin Anda tidak akan percaya—oksigen yang selama ini kadarnya semakin menipis di bumi kita.
“Secara  keseluruhan, kredibilitas Emobil telah diakui dan belum lama ini Emobil mendapatkan pengakuan dari beberapa negara maju dan berkembang. Mereka menyambut ide brilian ini dengan positif. Jadi, saya berpikir mengapa kita yang cukup banyak terlibat dalam proyek Emobil tidak memprakarsai penggunaan kendaraan ini sebagai kendaraan nasional?” Illa mengakhiri jumpa pers resminya dengan sebuah pertanyaan menggantung, yang disambut oleh gemuruh aplaus yang menggetarkan dinding ruang konferensi.
Disampingnya, Ryan menggenggam lengan kirinya yang tersembunyi di balik meja konferensi, menjalarkan kehangatan dan dukungan yang bagi Illa melebihi tepuk tangan para audiens yang jumlahnya mencapai jutaan!
****
“Saya akan terus meningkatkan efisiensi Emobil dan mengurusi masalah teknologi selain masalah transportasi, terutama dalam bidang kedokteran yang beberapa tahun belakangan ini dibingungkan oleh penemuan virus-virus jenis baru. Saat ini saya bersama rekan-rekan sedang berusaha mencari obat dari berbagai penyakit dengan memetakan struktur kuantitatif dari aktivitas reaksi virus tersebut—klik.” siaran berita saluran 7 yang sejak tadi menampilkan sosok Illa yang sedang berpidato tentang hasil penelitiannya langsung padam ketika pria yang sejak tadi duduk di hadapan flaptop menggumamkan kata ‘padam’. Ya, flaptop multifungsi miliknya tidak lagi touchscreen, melainkan sudah menggunakan perintah sensor suara dari si pemilik flaptop.

          Ryan mendesah panjang. Ah, I
lla. Gadis itu memang sempurna. Ia tak sabar akan menjemput dan mengajaknya berkeliling pulau satelit untuk memastikan seluruh persiapan pernikahan mereka siap digunakan saat hari-H yang tinggal menghitung hari. Tanpa membuang waktu, Ryan langsung menolakkan tubuhnya ke atas lantai dan melesat ke bagasi, mengenyakkan diri di atas jok Eimobil yang menawarkan kenyamanan penuh. Dalam hitungan detik, Eimobilnya sudah berada di jalan tol menuju rumah Illa.
Namun tubuhnya tiba-tiba menegang ketika dirasakannya Eimobil yang dikemudikannya dalam kecepatan penuh mendadak berhenti, sehingga membuat seluruh badan mobil yang ringan terpelanting tinggi ke arah samping—menuju jurang yang pekat dan tak berujung…
****
  
Aku  pernah mendengar bahwa dalam keadaan di antara hidup dan mati seseorang akan menyaksikan flashback seluruh kejadian berharga dalam hidupnya, seperti potongan-potongan puzzle yang bertebaran di alam bawah sadarnya. Lantas aku pun bertanya-tanya, apakah pertemuan pertama kami ada dalam flashback itu? Apakah momen saat ia melukis wajahku di kanwall ditayangkan juga? Atau apakah saat-saat ia menggenggam lenganku di balik meja konferensi masih memiliki tempat untuk diputar dalam kilasan kejadian paling berharga yang dialaminya? Apakah—apakah—
“Jangan lagi menyalahkan mimpi masa kecilmu. Berpikirlah lebih dewasa, Illa! Ryan juga tidak ingin kau mengakhiri keberhasilanmu akibat kematiannya. Suatu peristiwa itu tidak hanya berdampak negatif—suatu saat kau pasti akan mengetahui dampak positifnya. Kita semua hanya bisa berdoa dan menginginkan Ryan tetap hidup.“ Akbar yang muncul dalam balutan jaket kitin hitam berkata lirih sambil melirik ke ruang ICU yang dingin dan menguarkan aroma kematian. Beberapa Robboters hilir mudik di koridor, tampak menenteng pil-pil makanan bernutrisi tinggi di atas keranjang makanan.
“Jangan katakan itu lagi. Ryan pasti sebentar lagi akan bangun dan memastikan seluruh perlengkapan pernikahan kami akan siap saat hari—“
Akbar tak tahan lagi, “Hentikan! Tolong! Cobalah untuk tenang dan—“
“Akbar, mengertilah! Bagaimana aku bisa tenang jika hasil penemuanku—Emobil sialan itu—ternyata mencelakai tunanganku—orang yang beberapa hari lagi akan menjadi pendamping hidupku. Rasanya, kau tahu… aku seperti dilayangkan tinggi sekali oleh tangan nasib dan aku terbuai oleh gumpalan awan, bintang gemintang, alam semesta… aku terus saja naik ke atas hingga aku sadar di atas sana tidak ada oksigen—maka aku pun terlontar kembali ke bumi… terjatuh dari ketinggian tak terhingga—sungguh menyakitkan rasanya! Baru saja aku berhasil mewujudkan seluruh mimpiku—dan sekarang—rasanya semua itu tak berarti lagi: Ryan koma dan—“ suara Illa menghilang, ditelan oleh isak tangisnya yang menyayat hati. “Entahlah. Mungkin aku hanya berharap agar Tuhan mengambil saja hasil penelitianku, pekerjaanku, tapi kumohon jangan ambil Ryanku…”
****

“Kematian tunangan Anda ada dampak positifnya juga, eh? Anda jadi tahu kelemahan Emobil dan dapat membenahinya, bukan?” sebuah suara digital yang berasal dari kumpulan elektron yang bergerak-gerak di atas bangku direktur menggema ke seluruh ruang meeting. Tubuh Illa membeku, memerhatikan transmisi realphone antara para staf dengan Pak direktur yang sedang berada di USA. Transmisi itu mengirimkan sinyal elektron dari keseluruhan tubuh, suara, gerakan orang di seberang, sehingga seolah-seolah orang itu hadir di tempat orang yang menghubunginya.
“Eh, iya, Pak.” Jawab Illa gugup, menatap nanar ke lantai. Dicobanya untuk menghadirkan suara Akbar dalam pikirannya. Suatu peristiwa itu tidak hanya berdampak negatif—suatu saat kau pasti akan mengetahui dampak positifnya. Illa termenung sesaat. Yah—mungkin apa yang dikatakan Pak Direktur ada benarnya. Pasti ada pelajaran yang bisa diambilnya dari kematian Ryan, ia jadi bisa meningkatkan efisiensi Emobil agar tidak ada Ryan-Ryan lain yang mengalami kecelakaan serupa. Tanpa dikehendakinya, sudut-sudut bibirnya tertarik sedikit ke samping, menyunggingkan senyuman singkat yang membuat orang-orang yang hadir di sana terkaget-kaget.
“Memang kadang harus ada yang dikorbankan,” Illa memulai perlahan.
 “Aku sadar, sungguh tidak etis aku menempatkan keegoisanku di tengah kepentingan nasional untuk menemukan jalan keluar terhadap masalah krisis energi yang sedang melanda negeri ini. Jadi, aku akan menempatkan kematian Ryan di dalam urusan pribadiku tanpa mengait-ngaitkannya dengan penelitianku. Nah, lupakan Ryan. Mari kita lanjutkan meeting ini.”
“Aku  senang melihatmu bersemangat lagi,” ujar Pak Direktur.
“Hei, bagaimana kalau kita namakan Emobil yang akan kita produksi besar-besaran dengan merek Ryan?” tiba-tiba sebuah suara lantang bergema ke seluruh ruangan, memubuat orang-orang bergumam kaget. Illa sendiri nyaris tersedak mendengarnya.
Akbar menjawab singkat, “Kupikir ide yang bagus. Tapi merek Ryan kan norak! Coba pakai tambahan kata lain, tapi tetap ada unsur Ryan-nya. Bagaimana kalau Varian?”
“Itu  lebih NORAAK!!” semua yang hadir di sana berteriak. Robboters yang mendengar teriakan itu langsung membunyikan alarm. Suasana mendadak ricuh. Meeting hari itu berakhir menjadi acara kumpul-kumpul para staf penelitian. Jauh di depan mereka, kilau abad-abad Robonium masih menanti. Masa depan baru memasuki babak awal!

****

MALEO ~ cerpen


Pagi – siang – malam lalu kembali lagi menjadi pagi. Perputaran waktu kian hari kian cepat. Cerah – terik – berawan – hujan, alam pun turut serta memainkan perannya. Lelaki gempal itu melihat kalender, terfokus pada lingkaran merah. Waktunya semakin dekat, tapi ia belum mempersiapkan apa – apa.
            “Hei Maleo, cepatlah kau kesini! Tak tahu pula aku sibuk hah ? Kau malah berdiri cengo disana”
            Seperti terlemparkan ke alam sadar, ia beringsut dan segera menghampiri sumber suara.
            “Jangan pakai teriak, kupingku ini masih berfungsi normal”
            “Beraninya kau. Hah sudahlah, ini, jajakkan belalang ini di pinggir jalan di depan sana. Kalau sudah habis, bolehlah kau pulang.”
            Maleo mencibir dan meniggalkannya sendiri.

*          *          *

            Matahari sudah di atas ubun-ubun. Ini sudah setengah hari, dan seperempat hari sudah ia menjajakkan sate belalangnya, tapi sate – satenya pun belum setengahnya habis. Ia mengelap peluh keringat di wajah, leher dan lengannya. Terik ini benar- benar telah menghajarnya habis – habisan.
            “Mas satu tusuk sate ini berapa ya ?”
            “Dua ribu rupiah aja bu”
            “Saya beli 20 ya, tolong di bungkus. Ini uangnya”
            “Ini bu, terimakasih”
            Ia memperhatikan ibu tersebut. Pakaiannya necis, dari penampilannya sudah dipastikan ibu tersebut termasuk golongan borju. Ia mematut dirinya, membandingkan dan membayangkan. Kenapa cepat sekali orang kaya itu bertambah kaya, tapi dirinya berusah bertahun – tahun pun belum mendapat apa yang diinginkan.
            Maleo memutuskan untuk memindahkan tempat jualannya. Melirik dagangannya yang sudah pasti tinggal setengah karena diborong ibu tadi. Ia mengelap peluh keringat di wajah, leher dan lengannya lagi.
            Tiba-tiba matanya tertuju pada sesosok kakek tua renta yang mengemis kasih di perempatan jalan. Huh, enak sekali dia, hanya pasang muka melas sudah dapat uang, gumamnya.
            “Maka kau jangan mengejar bayang semu. Hai anak muda, tahu makna namamu pun tidak, bagaimana hidupnya”
            Maleo terkaget. Ia memalingkan wajahnya, seorang nenek tua tengah menatapnya dan tersenyum kepadanya. Hah, apa aku gila, sejak kapan dia disitu?
            “Gila ?” nenek itu terbahak, “Hei anak muda, kau malah berfikir kau ini gila. Aku ini memang sudah dari tadi duduk disini, bahkan sebelum kau belajar berjalan pun aku sudah disini”
            Maleo mengernyit tidak mengerti. Ia memperhatikan nenek tua itu, rambut putih disanggul, kebaya, sirih, ia jadi merinding sendiri melihatnya. Ia lalu kembali melanjutkan jualannya, berfikir bahwa nenek itu gila.
            Tak lama seorang bapak memborong seluruh belalangnya tanpa terkecuali. Maleo senang bukan main. Ia segera merapihkan barangnya dan bergegas pulang. Diliriknya nenek tua itu, ia masih disana menatapnya. Di tengah kesibukannya, ia tidak tahu nenek itu menghampirinya dan menepuk pundaknya.
            “Maleo. Kau sadar kau ini perantau dan menghabiskan waktu tidak sesuai roda kehidupan. Kau ini seharusnya sudah di atas, tapi kau menunggu untuk di jemput. Takdir itu tidak seperti itu nak, berfikirlah lebih jernih dan siapkan dirimu.”

*          *          *

            “Lalu apa yang dilakukan Maleo setelah  itu ayah ?” Melati-ku membulatkan matanya
            “Hmm, setelah Maleo bertemu nenek misterius itu, ia segera memikirkan kalimat nenek itu. Setiap hari, sebelum tidur. Ia benar-benar tidak mengerti apa maksud ucapan nenek itu.
            Lingkaran merah di kalender itu adalah tes kerja di salah satu perusahaan asing. Ia akhirnya diterima sebagai office boy, tapi Tuhan menakdirkan lain. Sebulan kemudian perusahaan itu bangkrut. Perusahaan itu terpaksa ditutup dan membuat ribuan karyawan terlantar. Tapi ia tidak memberitahukan hal ini kepada pamannya.
            Suatu sore ketika ia tengah asyik menangkap belalang, ekor matanya menangkap suatu yang amat berkilau. Amat sangat berkilau. Hari itu, langit memilihnya untuk menemukan sebongkah emas. Hei, betapa beruntungnya dia, betul kan ?”
            Melati mengangguk. Aku menghela nafas.
            “Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera membawanya pulang, memperlihatkan kepada pamannya. Betapa mereka senang bukan kepalang. Ia menjual emas itu, lalu hasilnya ia jadikan usaha penangkaran belalang. Sebulan, dua bulan, usaha mereka melejit. Wuss, seperti roket.”
            “Ah, ayah, tapi itu hal biasa kan ? Seorang miskin yang mendapat keberuntungan”
            “Kau belum tahu kelebihannya. Melati, dia adalah yatim piatu dengan fisik yang serba kekurangan. Duduk di kursi roda, dengan tangan yang tidak sempurna. Jangan lupakan badannya yang gempal”
            “Sepertinya aku tahu Maleo siapa”
            “Betul sayang, Maleo adalah Paman Leo. Pastinya kau ingat, dia sering membawakanmu boneka kan ? Sekarang usahanya sudah terkenal di mancanegara. Dan ia sangat berterima kasih kepada nenek misterius yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya.”


Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...