Setelah diterima disalah satu Universitas Negeri di
Bandung,tepatnya 2014 lalu, saya terkesima ketika pertama kali mendatangi kota
ini. Rapih, Indah, Sejuk dan yang paling membuat saya tertegun adalah biaya ongkos
Trans Metro Bandung (TMB), salah satu bus kota yang ada di Bandung saat itu dan
sangat murah sekali. Jarak jauh-dekat hanya 1500 untuk kalangan Mahasiswa.
Namun, tepat ketika saya ingin kembali pulang ke kampung
halaman, entah sejak kapan,namun masih pada tahun 2014, saya tak pernah lagi
melihat bus TMB (Trans Metro Bandung). Dan ternyata, itu tergantikan oleh bus
Damri yang ongkosnya dua kali lipat jauh lebih mahal. Sekitar 3500 rupiah.
Tahun berganti, ketika saya kembali mendatangi kota ini, tepatnya
saya selalu berhenti di terminal Leuwi Panjang. Ketika saya hendak mengantri
dan menunggu bus menuju daerah Cibiru,saya menunggu di Halte. Jauh dari
perkiraan, halte yang saya pijaki jauh dari kesan indah, tak ada penjaga karcis
seperti dulu, tak ada kursi yang memadai untuk duduk disekitar, ruangannya yang
kotor dan sampah dimana mana membuat saya semakin prihatin.
Tak sampai disitu, ketika saya mendapatkan bus, saya mencoba
bertanya kepada bapak petugas kondektur. Berapa ongkos dari Leuwi Panjang
menuju Cibiru, kemudian petugas kondektur tersebut menyebutkan nominal “7000 neng” jawabnya asal. Saya
kembali bertanya, “bukannya 4500 pak?” menyebutkan nominal yang saya tahu,
sebab ongkos damri sudah naik tahun ini. Bapak tersebut kemudian menjawab,”
tidak neng, soalnya jauh”.
Saya hanya bisa ber -oh- ketika petugas kondektur
mengatakan demikian. Dan dengan berat hati saya menyerahkan nominal yang bapak
sebutkan. Namun setelahnya saya ditegor oleh ibu-ibu samping tempat duduk saya,
beliau memberitahuku “ ongkos dari leuwi panjang sampai cibiru hanya 4500
neng. Tidak semahal itu”. katanya
Bukankah kenyamanan pubik itu nomor satu? sangat disayangkan
ketika semua orang menggunakan halte bus untuk menunggu, namun jauh dari kesan
indah. Begitupun yang terjadi ketika saya sampai di halte bus daerah cibiru.
bahkan ini jauh lebih parah. Halte bus masih sering digunakan oleh para
pengguna damri sampai saat ini, tapi apkah pantas dibiarkan kotor dan tak
terurus? Bahkan hingga sekarang. Diharapkan ada perbaikan dan perubahan untuk
kenyamanan publik.
Penyalahgunaan ongkos damri? Masih ada sampai sekarang?
Jawabannya masih. Saya dan beberapa teman saya pernah megalami hal yang serupa
mengenai hal ini. diharapkan ada tindakan tagas dari pemerintah mengenai hal ini.
sehingga para petugas kondektur jera dan tak berani untuk kembali melakukan hal
yang serupa. Terimakasih. Mohon diindahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar