Minggu, 25 Oktober 2015

SURAT PEMBACA : HALTE BUS TAK TERURUS DAN PENYALAHGUNAAN ONGKOS DAMRI



Setelah diterima disalah satu Universitas Negeri di Bandung,tepatnya 2014 lalu, saya terkesima ketika pertama kali mendatangi kota ini. Rapih, Indah, Sejuk dan yang paling membuat saya tertegun adalah biaya ongkos Trans Metro Bandung (TMB), salah satu bus kota yang ada di Bandung saat itu dan sangat murah sekali. Jarak jauh-dekat hanya 1500 untuk kalangan Mahasiswa.
Namun, tepat ketika saya ingin kembali pulang ke kampung halaman, entah sejak kapan,namun masih pada tahun 2014, saya tak pernah lagi melihat bus TMB (Trans Metro Bandung). Dan ternyata, itu tergantikan oleh bus Damri yang ongkosnya dua kali lipat jauh lebih mahal. Sekitar 3500 rupiah.
Tahun berganti, ketika saya kembali mendatangi kota ini, tepatnya saya selalu berhenti di terminal Leuwi Panjang. Ketika saya hendak mengantri dan menunggu bus menuju daerah Cibiru,saya menunggu di Halte. Jauh dari perkiraan, halte yang saya pijaki jauh dari kesan indah, tak ada penjaga karcis seperti dulu, tak ada kursi yang memadai untuk duduk disekitar, ruangannya yang kotor dan sampah dimana mana membuat saya semakin prihatin.
Tak sampai disitu, ketika saya mendapatkan bus, saya mencoba bertanya kepada bapak petugas kondektur. Berapa ongkos dari Leuwi Panjang menuju Cibiru, kemudian petugas kondektur tersebut menyebutkan nominal  “7000 neng” jawabnya asal. Saya kembali bertanya, “bukannya 4500 pak?” menyebutkan nominal yang saya tahu, sebab ongkos damri sudah naik tahun ini. Bapak tersebut kemudian menjawab,” tidak neng, soalnya jauh”.
Saya hanya bisa ber -oh- ketika petugas kondektur mengatakan demikian. Dan dengan berat hati saya menyerahkan nominal yang bapak sebutkan. Namun setelahnya saya ditegor oleh ibu-ibu samping tempat duduk saya, beliau memberitahuku “ ongkos dari leuwi panjang sampai cibiru hanya 4500 neng. Tidak semahal itu”. katanya
Bukankah kenyamanan pubik itu nomor satu? sangat disayangkan ketika semua orang menggunakan halte bus untuk menunggu, namun jauh dari kesan indah. Begitupun yang terjadi ketika saya sampai di halte bus daerah cibiru. bahkan ini jauh lebih parah. Halte bus masih sering digunakan oleh para pengguna damri sampai saat ini, tapi apkah pantas dibiarkan kotor dan tak terurus? Bahkan hingga sekarang. Diharapkan ada perbaikan dan perubahan untuk kenyamanan publik.
Penyalahgunaan ongkos damri? Masih ada sampai sekarang? Jawabannya masih. Saya dan beberapa teman saya pernah megalami hal yang serupa mengenai hal ini. diharapkan ada tindakan tagas dari pemerintah mengenai hal ini. sehingga para petugas kondektur jera dan tak berani untuk kembali melakukan hal yang serupa. Terimakasih. Mohon diindahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...