Cahaya
era Robonium menyelubungi bumi, menjadi awal yang terlalu menyilaukan bagi
peradaban baru umat manusia. Jalanan tampak dipadati oleh kendaraan yang
melesat seolah dikejar kesibukan yang tiada mati-matinya serta oleh orang-orang
yang sekadar ingin menikmati udara kota yang sejuk, melepaskan diri dari
rutinitas yang mematikan.
“Apa berita hari ini, Bar?” Illa muncul dengan baju kitin terusannya
yang sama seperti yang ia kenakan tiga hari lalu, melirik ke arah kapsul data
yang sedang menampilkan data dalam flatop, komputer era Robonium yang setipis
kertas, seringan kapas, touch screen, dan transparan. Wangi melati yang
menyegarkan menguar dari baju anti-bakterinya. Beberapa Robotters hilir mudik
membawakan pesanan makanan dalam sekali tolakan saja. Lala selalu ingin bisa melayang-layang
seperti mereka, dan betapa senangnya ia ketika Papanya membelikan shoegas pertamanya
saat ia balita! Namun, kekagumannya memudar setelah tahu bahwa medan
nol-gravitasilah yang menyebabkan mereka bisa melayang dalam sekali tolakan.
Oh, ia sungguh tak percaya sesederhana itu!
“Masih soal krisis pangan. Pemerintah masih
kewalahan menangani krisis pangan, Semenjak bioethanol jadi bahan bakar
masyarakat dunia, kita semua awalnya merasa inilah jalan keluar untuk
mengakhiri era bahan bakar fosil. Namun, lihat saja berita serta penemuan yang
menggemparkan media akhir-akhir ini,” Akbar, yang mengenakan mantel kitin
abu-abu, berargumen sambil menekan beberapa tombol yang membuat layar
transparan di hadapan mereka menampilkan beberapa artikel dengan foto yang
bergerak-gerak. Mereka menyensor artikel itu dalam beberapa detik menggunakan
lensa penyensor yang tertanam di permukaan mata dan berdecak keras, tampak
prihatin.
Illa memulai argumennya, “Publik sudah
terlanjur bergantung pada bioethanol. Namun krisis pangan tidak bisa diabaikan
juga. Penemuan terbaru bahkan mengatakan bahwa karbon dioksida hasil pembakaran
bioethanol yang diklaim dapat dirombak oleh alam sebab lebih alami dari pada
karbondioksida haril pembakaran premium, rupanya jika jumlahnya menumpuk di
alam dapat bereaksi dengan sesamanya membentuk sampah radioaktif—hei!!“
Akbar rupanya tidak mendengarkan
argumennya, malah melirik gadis di sampingnya yang sedang asyik melukis di atas
kanwall—kanvas digital. Gadis itu tampak asyik menggoreskan pena ke atas layar
kanwall yang sesungguhnya flatop multifungsi. Hanya saja, semakin banyak aplikasi
dan semakin sederhana tampilan dari flatop, semakin mahal harganya. Bedanya
dengan kanvas konvensional, hasil lukisan yang dibuat di atas kanwal adalah
gambar tiga atau empat dimensi, tergantung resolusi alatnya.
“Eh,
aku hanya lihat saja, habis
benda itu keren sih. Aku dari dulu selalu ingin, hanya saja Papa selalu bilang
aku belum cukup besar untuk memiliki—“
Akbar
cepat-cepat menyela ucapan yang nyaris ribuan kali didengarnya dari bibir
kembarannya itu, “Kau akan mendemonstrasikan kendaraan yang memiliki teknologi
tolakan gravitasi, dan namamu akan menjadi merek mobil, dan akan terus dibahas
di media massa dunia sebab kau adalah Menristek wanita pertama di negaramu
dan—dan—“
“Daripada debat kusir gak jelas, mending kalian bantuin
Ayah melayani para tamu. Baterai beberapa Robotters sudah mulai lemah. Ayo,
kita tak punya banyak waktu. Para pelanggan sangat sibuk.” tiba-tiba sebuah
suara menyela diskusi mereka. Sesosok pria berbadan gempal berdiri
melayang-layang di atas shoegas tak jauh dari mereka.
“Kami
tidak debat, Pah. Ayolah. Masa kerja terus,” jawab Illa sebal, namun ditolakkannya juga
badannya yang mungil dengan kedua shoegas pinknya, melesat menyusul Ayah
mereka. Latie
bergegas menyusul mereka dan lenyap ditelan pintu sebuah ruangan sederhana di
sisi barat restoran.
****
Pulau-pulau
satelit tampak berlumuran cahaya di kejauhan, melayang-layang anggun beberapa
meter di atas permukaan air laut, berpusing dengan kecepatan cahaya mengitari
pulau-pulau utama, sehingga menghasilkan gaya sentrifugal dan sentripetal yang
membuat mereka tetap berpusing dalam orbit masing-masing.
Illa
menatap nanar ke arah cahayanya yang menyilaukan, membiarkan matanya sesaat
larut dalam gemerlap magis yang diciptakannya. Inilah saatnya, ia menguatkan
hati. Tak sampai sepersekian detik, terdengar bunyi alarm berkumandang di
ruangannya, diikuti suara sebuah robboters, “Lapor. Uraian komposisi udara
terbaru. Berikut rinciannya, kadar gas metan 60%, sampah radioaktif mencapai
10%, dan 30% lainnya adalah unsur yang dibutuhkan makhluk hidup untuk melakukan
aktivitas seluler. Laporan selesai.” Terdengar bunyi pip sebentar, dan hening.
Illa
mengerutkan dahinya, mencoba berpikir keras—
Tiba-tiba pintu kantornya terkuak…
Rupanya
seketarisnya yang masuk tanpa permisi. “Ah, jadi kau baru saja mempelajari
etika baru, eh? Kenapa—“ Illa
menelan kembali emosinya ketika melihat sosok yang mengikuti sekretarisnya—Tuan
Hakim!
Buru-buru dihampirinya sosok itu, dan mereka berjabat tangan erat.
Sekretarisnya bergegas keluar dengan satu tolakan cepat, dan menghilang di
pintu. Illa
memulai, “Ah. Tuan Hakim,
saya kira sekretaris saya
masuk saja tanpa permisi. Rupanya saya kedatangan tamu penting. Silakan duduk—“
“Aku tak punya
banyak waktu melayani basa-basimu. Dengar, situasi genting. Aku sengaja tidak
memberitahumu kedatanganku ini, atau meneleponmu melalui boks realphone atau
saluran hubungan lain. Mereka—para wartawan yang haus berita—pasti sudah
menyadap semua hubungan yang keluar dan masuk ke dalam flaptop atau
realphoneku. Mengerti? Nah, begini. Publik sudah tahu kau bekerja di lembaga
penelitian di USA. Entah bagaimana kabar pengangkatanmu menjadi Menristek
wanita pertama diikuti kabar bahwa jika terjadi hal itu akan berdampak
peluncuran besar-besaran Eimobil ke pasaran. Phobia publik tentang kadar udara
yang sudah tercemar radioaktif membuat mereka takut bahwa peralihan
transportasi ini akan memperparah kondisi atmosfer—“
“Apa
bedanya?” entah mengapa kata-kata itu yang keluar dari bibir Illa. Ia melanjutkan, “Sebuah sistem pasti
memiliki sisi negatifnya, no one perfect!
Manusia dulu mengeluh akan bahan bakar fosil sebab nyatanya memang membawa
polusi dan menaikkan suhu bumi sehingga berdampak pada kenaikan air laut yang
menenggelamkan pulau-pulau di dunia, termasuk Indonesia. Lagipula, persediaan
gas alam memang sudah tidak dapat digunakan untuk konsumsi dunia. Persediaannya
nyaris habis. Masyarakat dunia pun beralih ke bahan bakar pangan—bioethanol.
“Memang sudah ada
solusi untuk mengatasi krisis pangan akibat penggunaan bioethanol, yakni dengan
mensintesa growth artificial hormone
yang akan mempercepat pertumbuhan tanaman yang digunakan sebagai bahan pokok
untuk pangan dan bioethanol, sehingga tanaman itu menjadi dewasa sebelum
waktunya. Tapi akibatnya kadar gas metan dan radioaktif meningkat pesat.
Orang-orang pun sudah jenuh sebab harus berjalan-jalan keluar rumah mereka
dengan tabung oksigen. Mereka sudah terlalu takut untuk berharap. Jadi,
kalaupun berita tentang program peralihan transportasi yang memang akan
kugalakkan diketahui publik, apa yang bisa kita lakukan untuk menekan angka
demonstrasi dan kekhawatiran ini?” masih sama seperti Illa kecil, ia selalu senang berargumen.
Hanya saja, pelantikannya menjadi menteri tinggal hitungan minggu saja, ia tak
akan mundur—
“Kau harus
membeberkan programmu tentang Eimobil dalam waktu beberapa hari ini ke publik,
dan yakinkan publik rencanamu ini tidak berbahaya.”
“Aku—oh
tidak. Rancangannya belum sempurna—“
“Kau
bisa. Kau yang selalu bilang begitu padaku dulu. Buktikan kata-katamu!” sebuah
suara membuat Illa
menoleh. Dan agak terkejut ketika didapatinya Akbar melayang-layang beberapa meter dari
pintu masuk… dan di sebelahnya.. Oh—Ryan, tunangannya. Maka, gadis itu pun
perlahan mengangguk mantap, “Baiklah, akan saya usahakan.”
****
“Eimobil adalah
singkatan dari A-mobil atau mobil artifisial kloroplas. Deksripsi Eimobil
adalah sebagai berikut. Mesinnya menggunakan kapasitor sensor cahaya yang dapat
digunakan saat matahari bersinar dan cara kerjanya dengan mengubah energi
cahaya menjadi energi kinetik yang dipadukan dengan gaya tolakan sebagai gaya
geraknya, sehingga dihasilkan kecepatan maksimum, namun kami belum menyamai
kecepatan cahaya. Jika hari gelap, kapasitor akan menonaktifkan diri. Maka
mesin akan menggunakan energi yang disimpan di dalam membran tilakoid
artifisial yang menyelubungi keseluruhan permukaan Eimobil dan mengubahnya
menjadi energi kinetik dengan katalisator panas dan bahan-bahan kimia yang
tersimpan dalam mesin mobil. Dengan kata lain, saat matahari bersinar, maka
kapasitor sensor cahaya yang akan berfungsi menjalankan mesin mobil yang
energinya diimbangi dengan gaya tolakan mobil, sedangkan seluruh permukaan
mobil aktif menyerap energi cahaya matahari dan menyimpannya untuk digunakan
saat hari gelap.
“Bentuk
mobil ini adalah cakram pejal—umumnya masyarakat lebih mengenal sebagai bentuk
piring terbang. Kami menggunakan bentuk tersebut sebab itulah bentuk yang
paling ideal untuk dapat menghasilkan gaya tolakan—tentunya Anda semua sudah
tidak asing dengan teknologi tersebut, sebab teknologinya sudah berhasil
diterapkan pada shoegas yang Anda kenakan sehari-hari. Setelah melalui riset
panjang, diketahui hasil pembuangan dari mesin ini adalah—mungkin Anda tidak
akan percaya—oksigen yang selama ini kadarnya semakin menipis di bumi kita.
“Secara
keseluruhan, kredibilitas Emobil telah
diakui dan belum lama ini Emobil mendapatkan pengakuan dari beberapa negara
maju dan berkembang. Mereka menyambut ide brilian ini dengan positif. Jadi,
saya berpikir mengapa kita yang cukup banyak terlibat dalam proyek Emobil tidak
memprakarsai penggunaan kendaraan ini sebagai kendaraan nasional?” Illa mengakhiri jumpa pers
resminya dengan sebuah pertanyaan menggantung, yang disambut oleh gemuruh
aplaus yang menggetarkan dinding ruang konferensi.
Disampingnya,
Ryan menggenggam lengan kirinya yang tersembunyi di balik meja konferensi,
menjalarkan kehangatan dan dukungan yang bagi Illa melebihi tepuk tangan para
audiens yang jumlahnya mencapai jutaan!
****
“Saya
akan terus meningkatkan efisiensi Emobil dan mengurusi masalah teknologi selain
masalah transportasi, terutama dalam bidang kedokteran yang beberapa tahun
belakangan ini dibingungkan oleh penemuan virus-virus jenis baru. Saat ini saya
bersama rekan-rekan sedang berusaha mencari obat dari berbagai penyakit dengan
memetakan struktur kuantitatif dari aktivitas reaksi virus tersebut—klik.”
siaran berita saluran 7 yang sejak tadi menampilkan sosok Illa yang sedang
berpidato tentang hasil penelitiannya langsung padam ketika pria yang sejak
tadi duduk di hadapan flaptop menggumamkan kata ‘padam’. Ya, flaptop
multifungsi miliknya tidak lagi touchscreen, melainkan sudah menggunakan
perintah sensor suara dari si pemilik flaptop.
Ryan
mendesah panjang. Ah, Illa.
Gadis itu memang sempurna. Ia tak sabar akan menjemput dan mengajaknya
berkeliling pulau satelit untuk memastikan seluruh persiapan pernikahan mereka
siap digunakan saat hari-H yang tinggal menghitung hari. Tanpa membuang waktu,
Ryan langsung menolakkan tubuhnya ke atas lantai dan melesat ke bagasi,
mengenyakkan diri di atas jok Eimobil yang menawarkan kenyamanan penuh. Dalam
hitungan detik, Eimobilnya sudah berada di jalan tol menuju rumah Illa.
Namun
tubuhnya tiba-tiba menegang ketika dirasakannya Eimobil yang dikemudikannya
dalam kecepatan penuh mendadak berhenti, sehingga membuat seluruh badan mobil
yang ringan terpelanting tinggi ke arah samping—menuju jurang yang pekat dan
tak berujung…
****
Aku pernah mendengar bahwa dalam keadaan di antara hidup dan
mati seseorang akan menyaksikan flashback seluruh kejadian berharga dalam
hidupnya, seperti potongan-potongan puzzle yang bertebaran di alam bawah
sadarnya. Lantas aku pun bertanya-tanya, apakah pertemuan pertama kami ada
dalam flashback itu? Apakah momen saat ia melukis wajahku di kanwall
ditayangkan juga? Atau apakah saat-saat ia menggenggam lenganku di balik meja
konferensi masih memiliki tempat untuk diputar dalam kilasan kejadian paling
berharga yang dialaminya? Apakah—apakah—
“Jangan
lagi menyalahkan mimpi masa kecilmu. Berpikirlah lebih dewasa, Illa! Ryan juga
tidak ingin kau mengakhiri keberhasilanmu akibat kematiannya. Suatu peristiwa
itu tidak hanya berdampak negatif—suatu saat kau pasti akan mengetahui dampak
positifnya. Kita semua hanya bisa berdoa dan menginginkan Ryan tetap hidup.“ Akbar yang muncul dalam balutan jaket kitin
hitam berkata lirih sambil melirik ke ruang ICU yang dingin dan menguarkan
aroma kematian. Beberapa Robboters hilir mudik di koridor, tampak menenteng
pil-pil makanan bernutrisi tinggi di atas keranjang makanan.
“Jangan katakan
itu lagi. Ryan pasti sebentar lagi akan bangun dan memastikan seluruh
perlengkapan pernikahan kami akan siap saat hari—“
Akbar tak tahan lagi, “Hentikan! Tolong!
Cobalah untuk tenang dan—“
“Akbar, mengertilah! Bagaimana aku bisa
tenang jika hasil penemuanku—Emobil sialan itu—ternyata mencelakai
tunanganku—orang yang beberapa hari lagi akan menjadi pendamping hidupku.
Rasanya, kau tahu… aku seperti dilayangkan tinggi sekali oleh tangan nasib dan aku
terbuai oleh gumpalan awan, bintang gemintang, alam semesta… aku terus saja
naik ke atas hingga aku sadar di atas sana tidak ada oksigen—maka aku pun
terlontar kembali ke bumi… terjatuh dari ketinggian tak terhingga—sungguh
menyakitkan rasanya! Baru saja aku berhasil mewujudkan seluruh mimpiku—dan
sekarang—rasanya semua itu tak berarti lagi: Ryan koma dan—“ suara Illa
menghilang, ditelan oleh isak tangisnya yang menyayat hati. “Entahlah. Mungkin
aku hanya berharap agar Tuhan mengambil saja hasil penelitianku, pekerjaanku,
tapi kumohon jangan ambil Ryanku…”
****
“Kematian
tunangan Anda ada dampak positifnya juga, eh? Anda jadi tahu kelemahan Emobil
dan dapat membenahinya, bukan?” sebuah suara digital yang berasal dari kumpulan
elektron yang bergerak-gerak di atas bangku direktur menggema ke seluruh ruang meeting.
Tubuh Illa
membeku, memerhatikan transmisi realphone antara para staf dengan Pak direktur
yang sedang berada di USA. Transmisi itu mengirimkan sinyal elektron dari
keseluruhan tubuh, suara, gerakan orang di seberang, sehingga seolah-seolah
orang itu hadir di tempat orang yang menghubunginya.
“Eh, iya,
Pak.” Jawab Illa
gugup, menatap nanar ke lantai. Dicobanya untuk menghadirkan suara Akbar dalam pikirannya. Suatu peristiwa itu
tidak hanya berdampak negatif—suatu saat kau pasti akan mengetahui dampak positifnya.
Illa
termenung sesaat. Yah—mungkin apa yang dikatakan Pak Direktur ada benarnya.
Pasti ada pelajaran yang bisa diambilnya dari kematian Ryan, ia jadi bisa
meningkatkan efisiensi Emobil agar tidak ada Ryan-Ryan lain yang mengalami
kecelakaan serupa. Tanpa dikehendakinya, sudut-sudut bibirnya tertarik sedikit
ke samping, menyunggingkan senyuman singkat yang membuat orang-orang yang hadir
di sana terkaget-kaget.
“Memang
kadang harus ada yang dikorbankan,” Illa memulai perlahan.
“Aku sadar, sungguh tidak etis aku menempatkan
keegoisanku di tengah kepentingan nasional untuk menemukan jalan keluar
terhadap masalah krisis energi yang sedang melanda negeri ini. Jadi, aku akan
menempatkan kematian Ryan di dalam urusan pribadiku tanpa mengait-ngaitkannya
dengan penelitianku. Nah, lupakan Ryan. Mari kita lanjutkan meeting ini.”
“Aku senang
melihatmu bersemangat lagi,” ujar Pak Direktur.
“Hei,
bagaimana kalau kita namakan Emobil yang akan kita produksi besar-besaran
dengan merek Ryan?” tiba-tiba sebuah suara lantang bergema ke seluruh ruangan,
memubuat orang-orang bergumam kaget. Illa sendiri nyaris tersedak mendengarnya.
Akbar menjawab singkat, “Kupikir ide yang
bagus. Tapi merek Ryan kan norak! Coba pakai tambahan kata lain, tapi tetap ada
unsur Ryan-nya. Bagaimana kalau Varian?”
“Itu lebih
NORAAK!!” semua yang hadir di sana berteriak. Robboters yang mendengar teriakan
itu langsung membunyikan alarm. Suasana mendadak ricuh. Meeting hari itu
berakhir menjadi acara kumpul-kumpul para staf penelitian. Jauh di depan
mereka, kilau abad-abad Robonium masih menanti. Masa depan baru memasuki babak
awal!
****