Rabu, 19 Oktober 2016

Pengalaman Didunia Jurnalistik

Dalam dunia modern kehidupan masyarakat tidak lagi dapat dipisahkan dari jurnalistik dan pers. Jurnalisme sastra muncul sebagai bagian dari gerakan New Journalism yang dicetuskan oleh Tom Wolfe
Saya dan dunia ini cukup akrab berkeliling dan mengenal satu sama lain. layaknya seorang pasangan, saya rasa saya sudah cukup mengenal dunia ini. walau sedikit. Namun bagi saya, Jurnalistik itu tidak hanya sebatas jurusan, tak hanya sebatas tulisan, tak hanya sebatas untaikan kata. Namun jurnalistik adalah jiwa saya, passion saya, mungkin yang saya sukai. 
Tak terluput dari sastra, jurnalistik juga memilki kaidah dalam penulisannya, salah satu yang dianut dan dipelajari adalah sastra. Ya, sudah sejak jaman kapan saya mengenal sastra. Saya rasa, jaman Sekolah Dasar dulu, saya sudah mengenal sastra. Terlihat dari apa yang saya cintai waktu itu, umur belia kala itu masih dalam tahap pecarian jati diri untuk memulai sesuatu yang menakjubkan.
Hal ini dimulai ketika saya senang sekali dengan “Buku Diary” itu salah satu karya tulis sastra menurutku. saya sudah mengenal tulisan jauh sebelum saya mengenal buku diary, namun saya mengenal sastra ketika saya menyukai kegiatan saya dalam menulis catatan dibuku diary.
Saya merasa saya menyukai puisi. Ya, puisi juga sastra bukan? Dahulu, umur saya masih 9 tahun, tapi, saya menjadi perwakilan utama dari sekolah untuk mengikuti perlombaan dalam ajang pembacaan puisi. Puisi itu tak hanya untaikan kata, namun terkandung didalamnya kata-kata yang tak semua orang tahu dan mengerti. Sebagai seorang pembaca puisi, sepatutnya, saat itu saya dituntut untuk mengerti bahasa jurnalistik dan bahasa sastra.
Tak hanya dalam perlombaaan ajang pembacaan puisi saja, setelahnya, saya mendapat juara pertama untuk lomba pembacaan puisi tingkat Sekolah Dasar. Dari situ saya mulai menyukai dunia tulis menulis (jurnalistik) dan dunia sastra. Tak banyak, namun setelahnya, saya terus memperdalam ilmu tulis menulis dan sastra, saya mulai sering mengkoleksi buku diary, dan mencatat beberapa tulisan, baik itu coretan harian, puisi, bahkan cerita pendek  yang sekiranya bagus untuk ditulis.
Setelahnya saya terus menyukai dan mengagumi dunia ini, hingga saya duduk dibangku sekolah Menengah Pertama disalah satu sekolah favorit didaerah saya dahulu. Saya masih menyukai tulisan, puisi, catatan, dan lain sebagainya. Saya megikuti kelas ekstrakulikuler tulis menulis dan pembacaan puisi.
Lagi lagi, saya diminta sekolah untuk menjadi perwakilan sekolah dalam perlombaan baca puisi tingakat Universitas didaerah saya waktu itu. Setelah beberapa kali dan untuk kesekian kalinya saya mendalami dunia ini, kemudian saya diminta untuk mengikuti kelas bercerita didepan publik, mau tak mau saya mengikutinya, yah, itung-itung untuk nambah pengalaman berbicara. Namun, tak disangka, perjalanan saya terus berlanjut, saya mendapat juara lagi dalam perlombaan baca puisi, hingga akhirnya saya mulai menyukai tulis menulis sastra dan tulis menulis dalam jurnalistik
Tak sampai disini, saya juga melanjutkan hobi dan kecintaaan saya terhadap dunia kejurnalistikan, saya mengikuti kelas menulis kreatif dijaman SMA Boarding School dahulu. Saya senang menulis mading dan menghiasnya, saya senang membaca, saya senang menulis beberapa catatan dan puisi pendek atau kalimat sepintas.  Saya juga beusaha menjadi orang yang sering datang keperpustakaan untuk mecari beberapa catatan puisi dan cerita terbaru. Maklum tahun saya waktu itu, sekolah saya dinobatkan sebagai sekolah yang meimiliki fasilitas perpustakaan dengan buku terlengkap se Provinsi Banten.
Lebih gila lagi. Ini yang ingin ku katakaan dan kuceritakan pada sesi ketika saya kemudian lulus SMA dan lanjut kesalah satu Universitas yang entahlah saat itu saya masih bingung memilih universitas apa. Yang terpenting, saat itu saya sudah punya tekad yang jelas untuk mengambil mata kuliah Jurnalistik atau Sastra Inggris atau paling tidak jurusan Sastra Indonesia. dan Alhamdulillah, Allah mengabulkan keinginku untuk mengambil mata kuliah ini. saya diterima di jurusan ilmu komunikasi Jurnalistik, yang memang pada dasarnya, sudah sejak lama saya menyukai jurusan ini.
Awanya sempat down selama satu tahun, berada dijurusan ini. namun, Dari sini, dikelas ini, diangkatan ini, dijurnalistik saya benar-benar mencintai bahkan mengagumi dunia ini. Entahlah, sejak mulai pertama kuliah saya sudah memilki tekad yang sangat kuat untuk aktiv dan bergelut didunia ini. hingga akhirnya, saya sangat dan bahkan over dalam mengikuti kegiatan dan  masuk kedalam dunia ini.
Kemudian, saya mengenal sastra lebih luas dijurusan ini, saya mengenal tata cara menulis feature dimata kuliah penulisan feature, feature yang saya ketahui adalah karangan khas yang tulisannya tertuju pada human interest seehingga dapat menggugah emosi pembaca, bahasa feature yang santai, seperti sebuah cerita dan novel membuat saya sedikit bernostalgia ketika jaman sekolah dahulu sering menulis cerpen.
Saya mengenal jurnalistik jauh jauh hari, namun saya baru paham ketika saya masuk kedalam jurusan ini dan kemudian menekuni jurnalistik. Pengalaman saya ketika saya masuk kedalam sebuah komunitas yang didalamnya mengajarkan tentang bagaimana cara berbicara yang baik didepan umum, bagaimana cara mengoperasikan kamera, bagaimana cara stand up, bagaimna cara menulis naskah, dan bagaimana bagaimana lain yang menurut saya baru ditelinga saya
Namun entah mengapa, semenjak kuliah, saya sudah jarang lagi menulis puisi, saya sudah terlalu senanag bergelut dibidang jurnalistik tv, saya sudah sibuk bergelut di organisasi organisasi, baik intern maupun ekstern. Saya sudah  terlalu sibuk untuk menulis. Namun, tak jauh jauh dari jurnalistik, saya masih tetap bergelut didunia ini. saya sering liputan event-event acara beasr yang ada dikota Bandung, saya mewawancarai beeberapa tokoh ternama, salah satunya adalah Ketua DPR RI komisi XI Dede Yusuf, Walikota Bandung Ridwan Kamil bahkan sudah terlalu sering untuk saya wawancarai, kemudian ada Atalia Kamil, ada Musisi Internasional Kafin Shulthan, ada Aktris Gita Gutawa, ada Ketua Bidang Humas Polda Jabar, ada Prabu Revolusi News Anchor, ada Marshall Sastra Host, ada Putri Indonesia 2014 dan Putri Kabupaten Bandung dan masih banyak yang lainnya, yang tak mungkin kusebut namanya satu persatu.
Selain dijurnalistik TV, saya juga mengenal Jurnalistik Foto dan Radio, karena saya masuk dijajaran Anggota Crew Laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunuikasi. Saya pernah siaran, saya juga pernah liputan menggunakan alat-alat yang lebih canggih di Laboratorium. Selain itu, saya juga menjadi bagian dari Organiasai Luar yang tiap minggunya saya harus menjadi Master of Ceremony diberbagai Universitas diBandung, saya juga menjadi ketua Divisi Komunikasi dan Informasi di Organisasi lintas kampus. Masih masuk kedalam dunia Jurnalistik bukan? Hehe
Seperti itulah pengalaman saya selama bergelut dibidang jurnlalistik, saya menyukai bahkan hampir mencintai dunia ini, tapi entahlah apakah ini baik untuk saya atau tidak. Yang terpenting, saya selalu enjoy nelakukan kegiatan apapun yang berhubungan dengan dunia jurnalistik. Terimakasih 

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Jurnalistik Sastra wkwk. Jadi maap ya berlebihan hahaa. Kayaknya kalo bukan tugas ya aku ga akan nulis wkwk.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...