Rabu, 19 Oktober 2016

Pengalaman Didunia Jurnalistik

Dalam dunia modern kehidupan masyarakat tidak lagi dapat dipisahkan dari jurnalistik dan pers. Jurnalisme sastra muncul sebagai bagian dari gerakan New Journalism yang dicetuskan oleh Tom Wolfe
Saya dan dunia ini cukup akrab berkeliling dan mengenal satu sama lain. layaknya seorang pasangan, saya rasa saya sudah cukup mengenal dunia ini. walau sedikit. Namun bagi saya, Jurnalistik itu tidak hanya sebatas jurusan, tak hanya sebatas tulisan, tak hanya sebatas untaikan kata. Namun jurnalistik adalah jiwa saya, passion saya, mungkin yang saya sukai. 
Tak terluput dari sastra, jurnalistik juga memilki kaidah dalam penulisannya, salah satu yang dianut dan dipelajari adalah sastra. Ya, sudah sejak jaman kapan saya mengenal sastra. Saya rasa, jaman Sekolah Dasar dulu, saya sudah mengenal sastra. Terlihat dari apa yang saya cintai waktu itu, umur belia kala itu masih dalam tahap pecarian jati diri untuk memulai sesuatu yang menakjubkan.
Hal ini dimulai ketika saya senang sekali dengan “Buku Diary” itu salah satu karya tulis sastra menurutku. saya sudah mengenal tulisan jauh sebelum saya mengenal buku diary, namun saya mengenal sastra ketika saya menyukai kegiatan saya dalam menulis catatan dibuku diary.
Saya merasa saya menyukai puisi. Ya, puisi juga sastra bukan? Dahulu, umur saya masih 9 tahun, tapi, saya menjadi perwakilan utama dari sekolah untuk mengikuti perlombaan dalam ajang pembacaan puisi. Puisi itu tak hanya untaikan kata, namun terkandung didalamnya kata-kata yang tak semua orang tahu dan mengerti. Sebagai seorang pembaca puisi, sepatutnya, saat itu saya dituntut untuk mengerti bahasa jurnalistik dan bahasa sastra.
Tak hanya dalam perlombaaan ajang pembacaan puisi saja, setelahnya, saya mendapat juara pertama untuk lomba pembacaan puisi tingkat Sekolah Dasar. Dari situ saya mulai menyukai dunia tulis menulis (jurnalistik) dan dunia sastra. Tak banyak, namun setelahnya, saya terus memperdalam ilmu tulis menulis dan sastra, saya mulai sering mengkoleksi buku diary, dan mencatat beberapa tulisan, baik itu coretan harian, puisi, bahkan cerita pendek  yang sekiranya bagus untuk ditulis.
Setelahnya saya terus menyukai dan mengagumi dunia ini, hingga saya duduk dibangku sekolah Menengah Pertama disalah satu sekolah favorit didaerah saya dahulu. Saya masih menyukai tulisan, puisi, catatan, dan lain sebagainya. Saya megikuti kelas ekstrakulikuler tulis menulis dan pembacaan puisi.
Lagi lagi, saya diminta sekolah untuk menjadi perwakilan sekolah dalam perlombaan baca puisi tingakat Universitas didaerah saya waktu itu. Setelah beberapa kali dan untuk kesekian kalinya saya mendalami dunia ini, kemudian saya diminta untuk mengikuti kelas bercerita didepan publik, mau tak mau saya mengikutinya, yah, itung-itung untuk nambah pengalaman berbicara. Namun, tak disangka, perjalanan saya terus berlanjut, saya mendapat juara lagi dalam perlombaan baca puisi, hingga akhirnya saya mulai menyukai tulis menulis sastra dan tulis menulis dalam jurnalistik
Tak sampai disini, saya juga melanjutkan hobi dan kecintaaan saya terhadap dunia kejurnalistikan, saya mengikuti kelas menulis kreatif dijaman SMA Boarding School dahulu. Saya senang menulis mading dan menghiasnya, saya senang membaca, saya senang menulis beberapa catatan dan puisi pendek atau kalimat sepintas.  Saya juga beusaha menjadi orang yang sering datang keperpustakaan untuk mecari beberapa catatan puisi dan cerita terbaru. Maklum tahun saya waktu itu, sekolah saya dinobatkan sebagai sekolah yang meimiliki fasilitas perpustakaan dengan buku terlengkap se Provinsi Banten.
Lebih gila lagi. Ini yang ingin ku katakaan dan kuceritakan pada sesi ketika saya kemudian lulus SMA dan lanjut kesalah satu Universitas yang entahlah saat itu saya masih bingung memilih universitas apa. Yang terpenting, saat itu saya sudah punya tekad yang jelas untuk mengambil mata kuliah Jurnalistik atau Sastra Inggris atau paling tidak jurusan Sastra Indonesia. dan Alhamdulillah, Allah mengabulkan keinginku untuk mengambil mata kuliah ini. saya diterima di jurusan ilmu komunikasi Jurnalistik, yang memang pada dasarnya, sudah sejak lama saya menyukai jurusan ini.
Awanya sempat down selama satu tahun, berada dijurusan ini. namun, Dari sini, dikelas ini, diangkatan ini, dijurnalistik saya benar-benar mencintai bahkan mengagumi dunia ini. Entahlah, sejak mulai pertama kuliah saya sudah memilki tekad yang sangat kuat untuk aktiv dan bergelut didunia ini. hingga akhirnya, saya sangat dan bahkan over dalam mengikuti kegiatan dan  masuk kedalam dunia ini.
Kemudian, saya mengenal sastra lebih luas dijurusan ini, saya mengenal tata cara menulis feature dimata kuliah penulisan feature, feature yang saya ketahui adalah karangan khas yang tulisannya tertuju pada human interest seehingga dapat menggugah emosi pembaca, bahasa feature yang santai, seperti sebuah cerita dan novel membuat saya sedikit bernostalgia ketika jaman sekolah dahulu sering menulis cerpen.
Saya mengenal jurnalistik jauh jauh hari, namun saya baru paham ketika saya masuk kedalam jurusan ini dan kemudian menekuni jurnalistik. Pengalaman saya ketika saya masuk kedalam sebuah komunitas yang didalamnya mengajarkan tentang bagaimana cara berbicara yang baik didepan umum, bagaimana cara mengoperasikan kamera, bagaimana cara stand up, bagaimna cara menulis naskah, dan bagaimana bagaimana lain yang menurut saya baru ditelinga saya
Namun entah mengapa, semenjak kuliah, saya sudah jarang lagi menulis puisi, saya sudah terlalu senanag bergelut dibidang jurnalistik tv, saya sudah sibuk bergelut di organisasi organisasi, baik intern maupun ekstern. Saya sudah  terlalu sibuk untuk menulis. Namun, tak jauh jauh dari jurnalistik, saya masih tetap bergelut didunia ini. saya sering liputan event-event acara beasr yang ada dikota Bandung, saya mewawancarai beeberapa tokoh ternama, salah satunya adalah Ketua DPR RI komisi XI Dede Yusuf, Walikota Bandung Ridwan Kamil bahkan sudah terlalu sering untuk saya wawancarai, kemudian ada Atalia Kamil, ada Musisi Internasional Kafin Shulthan, ada Aktris Gita Gutawa, ada Ketua Bidang Humas Polda Jabar, ada Prabu Revolusi News Anchor, ada Marshall Sastra Host, ada Putri Indonesia 2014 dan Putri Kabupaten Bandung dan masih banyak yang lainnya, yang tak mungkin kusebut namanya satu persatu.
Selain dijurnalistik TV, saya juga mengenal Jurnalistik Foto dan Radio, karena saya masuk dijajaran Anggota Crew Laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunuikasi. Saya pernah siaran, saya juga pernah liputan menggunakan alat-alat yang lebih canggih di Laboratorium. Selain itu, saya juga menjadi bagian dari Organiasai Luar yang tiap minggunya saya harus menjadi Master of Ceremony diberbagai Universitas diBandung, saya juga menjadi ketua Divisi Komunikasi dan Informasi di Organisasi lintas kampus. Masih masuk kedalam dunia Jurnalistik bukan? Hehe
Seperti itulah pengalaman saya selama bergelut dibidang jurnlalistik, saya menyukai bahkan hampir mencintai dunia ini, tapi entahlah apakah ini baik untuk saya atau tidak. Yang terpenting, saya selalu enjoy nelakukan kegiatan apapun yang berhubungan dengan dunia jurnalistik. Terimakasih 

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Jurnalistik Sastra wkwk. Jadi maap ya berlebihan hahaa. Kayaknya kalo bukan tugas ya aku ga akan nulis wkwk.




Dede Sukriman, Si Anak Tani Lanjut Kuliah


“saya berharap, diusia ayah yang ke 63 dan ibu yang ke 61 nanti, mereka dapat menyaksikan dan melihat saya mengenakan toga dengan bangga” itulah sekutip angan angan yang terlontar dari Dede Sukriman (18) dengan sesungging senyum bahagia ketika dirinya mampu mewujudkan mimpinya melanjutkan studi ke salah satu perguruan tinggi negeri bergengsi dikota Bandung. Universitas Padjajaran.
Adalah Dede, panggilan akrabnya, laki-laki kelahiran Pandeglang,  1 juli 1997 ini, lahir dari pasangan suami istri Suhandi dan Hesti. Hidup dari keluarga seorang anak tani, tak mengurungkan niatnya untuk tetap melanjutkan kuliah hingga ke jenjang pendidikan tertinggi. “saya anak ke 8 dari 9 bersaudara, 7 orang kaka saya tak ada yang bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya dan minimnya dukungan serta dorongan untuk melanjutkan kejanjang yang lebih tinggi lagi  ” ucap Dede
Dari Desa Terpencil Dikaki Gunung
Tinggal disebuah desa terpencil nan jauh dari pusat kota, tepatnya di kampung.Cikarang RT/RW 006/003 Desa.Banjarnegara Kec.Pulosari Pandeglang Banten ini merupakan kampung kedua terakhir dan  terpencil yang berlokasi di kaki gunung pulosari. Kondisi kampung ini, didominasi oleh penduduknya yang merupakan keluarga dari nenek moyang yang sama dan sebagian besar mata pencaharian warga kampung ini adalah petani dan wiraswatsta
Pendidikan yang minim dan angka putus sekolah didesa ini juga terbilang sangat tinggi, tak sedikit orang tua yang tak peduli tentang pentingnya pendidikan “pada umumnya pendidikan dikampung ini hanya berijazahkan SD, SMP, dan SMA, bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali” jelas Dede
Karena keterbatasan biaya serta kurangnya informasi mengenai pendidikan dan tidak meratanya penghasilan dan rendahnya kesadaran masyarakat sekitar, membuat kesenjangan yang cukup signifikan, sehingga banyak orang tua yang tak mengerti mengenai pendidikan pada umumnya.

Raih Mimpi Jadilah Inspirasi
Bukan hal mudah ketika ia harus berusaha dan berjuang hingga menjadi seperti ini, penghasilan orang tuanya yang pas-pasan sebagai buruh tani, tak mengurungkan niatnya untuk tetap belajar dan berusaha semaksimal mungkin.
Keinginannya yang kuat, sehingga pencapaiannya yang hingga saat ini, terlihat dari dari sebuah  motto hidupnya, Raih Mimpi, Jadilah Inspirasi. “karena ingin menginsiprasi banyak orang, khususnya orang-orang yang memilki pemikiran yang sempit tentang pendidikan” itulah alasan Dede Sukriman ketika disinggung soal motto hidupnya
Jatuh Bangun Perjuangan Saya
Mimpinya yang tinggi, yakni mengunjungi negara Jepang tak lantas membuatnya mundur untuk terus berjuang, terlihat dari perjuangannya semenjak ia duduk dibangku Sekolah Dasar Ketika selesai menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Banjarnegera 3, ia mulai mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, awalnya, ia sempat berpikir melanjutkan tingkat SLTP ke sekolah yang dekat dengan rumahnya saja. Tapi banyak saran dari guru dan keluarga,  alangkah baiknya apabila  memilih sekolah yang favorit, hingga akhirnya ia  memilih salah satu sekolah ternama di Kecamatan Menes. Yaitu SMPN 1 MENES yang kurang lebih jaraknya sekitar 10Km dari rumah. Karena kondisi yang jauh dan sulit menjangkau alat transportasi umum,  Akhirnya selama dua 2 tahun, ia menempuh sekolah tersebut dengan menggunakan ojek. Tetapi tak jarang pula ia juga harus berjalan kaki karena ojek yang tidak bersedia mengantarkannya sampai ke rumah.
Selanjutnya dari  SMPN 1 MENES. Ia melanjutkan pendidikan ke SMA yang merupakan salah satu sekolah ternama di Kabupaten Pandeglang yaitu SMA negeri 4 Pandeglang. Selama bersekolah disini, ia mengikuti banyak organisasi, sehingga ia dipercaya untuk memimpin sekolahnya dan menjadi Ketua OSIS SMAN 4 Pandeglang. Beberapa kejuaraan pun ia raih, dengan organisasi ia  banyak memiliki kejuaraan muliai dari tingkat sekolah hingga ke tingkat nasional. “Organisasi bukan menjadi penghalang untuk berprestasi. Justru dengan mengikuti organisasi harus lebih berprestasi” katanya

Semua Berkat banten Cerdas
“Awalnya saya sempat pesimis, tak bisa melanjutkan ke Universitas besar yang saya inginkan, namun, setelah saya mengikuti bimbel intensif dari Banten Cerdas, dan difasilitasi secara gratis oleh Banten Cerdas, saya sangat bersyukur masih ada pemuda pemuda yang peduli terhadap Banten sampai saat ini, saya juga sangat senang mengikuti program ini, karena pengaruhnya sangat terasa, khususnya dalam mempersiapkan SBMPTN  2016. Dan imbasnya, alhamdllah saya diterima di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Padjajaran Bandung” jelasnya dengan semangat
Salah satu kegiatan mercusuar yang diadakan oleh Forum Silaturahim Mahasiswa Fataa adalah Banten Cerdas. Banten Cerdas yaitu sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan siswa-siswi SMA kelas XII terutama yang berada di daerah dengan tingkat pendidikan yang rendah di Banten untuk menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri tingkat Nasional (SBMPTN). Siswa-siswi terpilih akan dibina baik dari segi motivasi maupun materi persiapan SBMPTN, pembinaan dilaksanakan di Kota Bandung oleh mahasiswa-mahasiswa asal Banten yang sedang menempuh studi di perguruan tinggi di Kota Bandung
Tujuan dari kegiatan Banten Cerdas itu sendiri adalah, memfasilitasi siswa-siswi asal Banten untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi SBMPTN 2016, menciptakan pemerataan pendidikan di daerah Banten, membentuk sikap peduli sosial dikalangan mahasiswa asal Banten terhadap daerah Banten terutama dalam aspek pendidikan.
“Banten Cerdas merupakan program unggulan, selama tahun 2016 kami membina sekitar 10 siswa, untuk tahun 2017 ini, insya allah akan ada peningkatan peserta yang lebih banyak” kata Ketua FSM FATAA Haroki Madani (23)
Selain menumbuhkan semangat antusiasme pelajar, kegiatan ini juga mampu menarik perhatian beberapa pihak. Seperti halnya, Wakil DPRD Kabupaten Pandeglang yang ikut turut serta mendukung kegiatan ini dengan mendatangi Asrama Banten Cerdas 2016 yang berada di jalan Negla No. 7 RT 06/04 Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Bandung. Fani Fabriana S.sos berkomentar “saya datang ke Bandung untuk melihat langsung rangkaian kegiatan Banten Cerdas, saya mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan ini, jarang sekali ada pemuda-pemuda yang punya semangat kuat dalam memajukan daerahnya, semoga kedepannya kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan menginspirasi banyak orang khususnya pemuda Banten” ujarnya 
Apa motivasi Dede Sukriman mengikuti Banten Cerdas? “ada tiga alasan yang mendorong saya untuk mengikuti Banten Cerdas 2016 ini. Pertama adalah, orang tua dan keluarga, orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada saya agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kedua adalah biaya. Biaya yang kurang mencukupi ini sering kali menjadi kendala bagi saya untuk mengikuti bimbingan belajar karena biaya ditempat bimbingan belajar yang relative mahal. Dan ketiga adalah, niat dan tekad saya, dari semenjak saya duduk dibangku sekolah dasar, saya selalu berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi. Inilah motivasi kenapa saya mengikuti bimbingan belajar banten Cerdas 2016, semoga bimbingan Banten Cerdas 2016 yang merupakan perdana ditahun ini, menjadi wahana bagi saya dalam mengenyam pendidikan ke jenjang berikutnya” ungkapnya
Terimaksih Forum Silaturahim Mahasiswa FATAA
“Forum Silaturahmi mahasiswa Fataa lah yang mengusung kegiatan Banten Cerdas ini, saya sangat berterimaksih kepada seluruh anggota FSM FATAA atas bantuannya, sehingga saya bisa menjadi seperti sekarang dan dapat diterima di Universitas yang saya inginkan melalui jalur SBMPTN” kata Dede Sukriman
FSM Fataa (Forum Silaturahim Mahasiswa Fataa) adalah tempat berkumpulnya mahasiswa mahasiswi  asal Banten yang sedang menempuh studi di berbagai perguruan tinggi di kota Bandung sebagai wadah untuk mengembangkan diri sekaligus memberikan kontribusi nyata untuk Banten dan Indonesia. FSM Fataa (Forum Silaturahim Mahasiswa Fataa) dibentuk pada 03 Maret 2012, diawali dengan bertemunya tiga sekawan asal Banten yang sedang menempuh studi dibeberapa perguruan tinggi di Bandung, sebut saja Haroki Madani (Insitute Teknologi Bandung), Addienullah (UPI Bandung) dan Yusuf Effendi (Akademi Teknologi Pulp dan Kertas Bandung) dengan kesamaan latar belakang, yakni mendapatkan lingkungan yang positif dikalangan pemuda dan berkontribusi konkrit untuk masyarakat
“Fataa” adalah kata serapan yang berasal dari bahasa arab yang artinya pemuda. FSM Fataa diharapkan menjadi tempat berkumpulnya pemuda yang memberikan manfaat untuk masyarakat. Lambang dari FSM Fataa itu sendiri adalah Lebah, maka harapannya, FSM_Fataa dapat menjadi wadah yang bermanfaat seperti lebah yang memiliki banyak manfaat untuk manusia. Semangat ini tertuang dalam visi FSM Fataa, yaitu terbentuknya generasi muda asal Banten yang mandiri, cerdas mencerdaskan secara intelektual, emosional, dan spiritual, baik memperbaiki, memiliki kepedulian sosial yang tinggi serta siap membangun Banten khususnya dan Indonesia pada umumnya.
 “Saya ingin berkontribusi untuk Fataa, insya Allah untuk Banten Cerdas 2017, saya akan memberikan yang terbaik untuk Fataa, memberikan kontribusi, melibatkan diri didalamnya, dan mendukung program Banten Cerdas 2017 dengan cara apa yang Dede bisa lakukan. Insya Allah” ucapnya Dede Sukriman
“Terimaksih banyak FSM Fataa, sudah memeberikan saya kesempatan luar biasa yang dapat saya raih hingga saat ini, semoga kedepannya FSM Fataa dapat menjadi wadah yang bermanfaat dan berguna sesuai dengan visi dan misi FSM Fataa” ujarnya
(SITIHANIFAHABDILLAH//)






Pengalaman Wawancara

1.      Pengalaman Wawancara Part I
Waktu itu pagi cerah, Saya diberi tugas liputan ke Kontor kepolisian, tepatnya di Polisi Daerah Polda Jawa barat, yang letaknya di Jalan Soekarno Hatta Bandung Jawa Barat.  Hari itu saya ingin mewawancarai salah satu petinggi yang ada didalam susunan struktur kepolisian tersebut. tepatnya seorang  ketua bidang Humas. Ditemani rekan saya Wayuni Winda Pratiwi sebagai juru kamera yang membantu saya dalam proses peliputan. Kebetulan, ini adalah pengalaman wawancara perdana saya disalah satu dinas milik pemerintah. Sebelumnya, saya hanya diberi tugas liputan yang biasa biasa saja. Dengan hati senang tanpa beban, kami menempuh jarak menggunakan angot dari Cibiru sampai Soekarno Hatta. Berangkatlah kami.
Adalah menyebalkan ketika datang, namun kita harus pulang lagi. Ya! Karena syarat yang diajukan oleh pihak kepolisian belum kami penuhi. Dengan tangan kosong, akhirnya kami pergi  pulang. Namun, kami dapat satu pelajaran, bahwa untuk mewawancari lembaga terkait, kami harus membawa bukti penting berupa surat tugas liputan dari naungan instansi yang membawa nama kami. Alhasil, saya langsung mengabari dan memberitahu kepada pimpinan Redaksi News disalah satu instansi yang saya pijaki, yakni Bandung Oke TV.
Tak lama, besoknya lagi kami sudah sangat berbangga diri datang lagi ke kepolisian Polda Jabar, dengan membawa sepucuk surat yang didalamnya pemberitahuan izin peliputan berita. Kami membagi waktu dengan kuliah, hingga kami akhirnya pergi pukul 0800. Sesmpainya disana, kami dipersilahkan duduk dan menjelaskan kepentingan apa yang hendak kami `lakukann. Tersampaikanlah pada akhirnya surat tersebut, hingga setelah receptionist bidang Humas membaca suratnya, beliau mempersilahkan saya masuk untuk diserahkan kepada bidang administrasi.
Masuklah kami kedalamnya dan menjelaskan kepada Ibu Polisi  Bidang Administrasi, etahlah saya lupa siapa namanya. Saya menjelaskan panjang lebar, hingga akhirnya, kami terpaksa harus pulang lagi dengan tangan kosong. Menyedihkan bukan? Ya begitulah, setelah saya menceritakan apa yang hendak saya lakukan, Ibu bidang administrasi menjelaskan bahwa surat yang masuk itu harus disortir terlebih dahulu dangan surat-surat lain  yang masuk,  untuk menunggu panggilan dari mereka berupa surat balasan
Satu hari, dua hari tiga hari, berlalu. Saya sudah pesimis tak akan ada balasan dari pihak kepolisian bidang Humas Polda Jabar, hingga akhirnya, saya mengehentikan sementara aktivitas dan pencarian data untuk liputan ini. sungguh menyedihkan.
Satu minggu berlalu, tepatnya hari apa saya lupa, yang pasti itu satu minggu lebih setelah kedatangan saya ke Polda Jabar, sepucuk surat datang dari resort Kepolisisan Bidang Humas  datang ke meja salah satu dosen kami di jurusan Ilmu Komunikais Jurnalistik. Tepatnya ke bapak Encep Dulwahab S.sos M.I.Kom selaku ketua jurusan saya. Beliau memberikan surat itu kepada pimpinan Umum Bandung Oke TV Wahyu Abdurrahman. Dan, saya baru tahu kabar itu besoknya setelah Wahyu memposting foto berupa surat dari kepolisian jabar digrup bandung Oke TV dengan caption “siapa yang liputan ini? hayo lanjutkan” katanya. Berbahagialah saya.
Tiga hari berlalu setelah surat itu datang, namun kami belum sempat datang ke polda lagi untuk wawancara. Hingga akhirnya satu minggu berlalu, dan akhirnya saya memenuhi panggilan kepolda jabar bersama rekan saya lagi. Winda. Kami berangkat pagi menggunakan angkot, dan sampailah saya ditempat itu dan bertemu dengan receptionist dan bidang administrasi Polda Humas yang sama. Setelah berbicara dengan bidang surat menyurat, ternyataaa…. Orang yang ingin kami wawancarai tidak sedang berada ditempat. Dan akhirnya, sia sia sudah saya datang tak dapat wawancara, cukup menyedihkan.
Itu yang ketiga kalinya, sekarang yang kekempat kalinya kami datang lagi. Kami datang bertiga bersama koordinator liputan, sesampainya kami disana, ternyata orang yang ingin kami wawancari tidak ada ditempat, dikarenakan sedag sibuk keluar kota. Sudahlah, saya sudah mulai lelah dan pesimis sekali. Dan kami kembali dengan tangan kosong lagi. Namun, kami diberi waktu dan hari ketika Ketua Bidang Humas sedang berarda ditempat. “baiklah, saya akan datang lagi nanti” ucapku dalam hati
Kelima kalinya, saya datang lagi dihari yang telah ditentukan, namun ternyata ibu bidang administrasi lupa bahwa hari tersebut adalah hari jadi kepolisian, sehingga ketua bidang Humas harus mengahdiiri acara untuk memberikan sambutan. Rasanyaa menyebalkaan. Kami sudah diberi harapan palsu terus. Dan kami pulang lagi dengan menggunakan angkot, dengan tangan kosong, dengan hati gondokan,dan menyebalkan. “Ah sudahlah, mungkin lain kali bisa” ucapku dalam hati. Dan kami tak bersemangat lagi untuk melanjutkan kasus ini L
Entahlah, apa yang salah, hanya muncul pertanyaan, apakah selalu pers mahasiswa itu dianggap tidak penting dan dikesampingkan? Kami sudah memenuhi prosedur, namun karenanya  tetap saja, kami masih belum bisa mewawancari bahkan berbincang dengan seseorang yang memilki andil penting dalam sebuah lembaga. Entahlah. Pada akhirnya aku lelah dan menunggu saja, ketika ada panggilan untuk wawancara lagi. Sudah lima kali loh. Lima kali bolak balik.

2.      Pengalaman Wawancara Part II
Ini pengalaman wawancaraku yang kedua. Ceritanya sih ga panjang, tapi mungkin saya menceritakannya lumayan panjang yaa hehe. Ini pengalaman wawancara  yang terburuk yang pernah aku rasakan.
Ada tiga tokoh utama didalamnya, pertama : Ketua PLN Humas Jabar, yang kedua Gita Gutawa-Aktris, dan yang ketiga, Marshall Sastra-Aktor. Dan yang anehnya, kejadian memalukan ini sama berulang-ulang untuk yang ketiga kalinya!. Bayangkan? Ketiga kalinya : oh my god, kalian pasti berfikir kalo aku ga belajar dari pengalaman? Iya kan? Iya sih kalo kata aku mah hiks :(
Langsung saja, ini wawancara dengan Ketua PLN Humas Jabar, laki-laki, tinggi, putih, ganteng, tapi saya lupa lagi siapa namanya. Waktu itu acara Earth Hour di Bandung pada tanggal 28 Maret 2016, bertempat di Trans Studio Mall Bandung, saya dan rekan saya akan mewawancari seputar gaya hidup hemat bijak energy yang waktu itu pematerinya adalah ketua dari PLN Humas Jabar ini. nah, langsung setelah acara, saya menghampirinya, dan memintanya untuk wawancara sebentar megenai materi yang disampaikan. Nah, bersedialah akhirnya untuk diwawancara.
Setelah itu saya langsung membawanya ke photo boot untuk background pengambilan video wawancara, berlangsung cukup aman dan menarik pembicaraannya, kita ngobrol sana sini, bicara tentang listrik, energy, dan semua yang berkaitan tentang PLN dan hemat energy, tetapi, setelah wawancara  selesai, kami pergi dan mengucapkan terimakasih. Kemudian duduk, dan melihat hasil video wawancara. Ternyata, ternyata, ternyata, mic dari kamera tidak dapat mengeluarkan suara :(. Dengan kata lain, mic tidak masuk ke kamera, sehingga suara tidak terekam. Alhasil, hanya gambar beliau sedang berbicara banyak hal dan tak ada satupun suara yang terkandung atau setidaknya yang mampir dividio kita. Menyedihkan sekali. Tak mungkin bukan kalo saya kembali meminta wawancara? Ah sial menurutku ini menyebalkan. Alhasil saya harus mencari narasumber lain yang bisa diwawancara. Sayang sekali.
Namun, kejadian serupa terulang. Dihari, tempat, waktu yang berbeda saya mengadiiri undangan acara di Universitas Padjajaran Bandung Dipatiukur, saya mengikuti dengan baik acara dari SEALS yang diadakan oleh IDE. Acara ini mengundang banyak media dan narasumber terkenal, seperti Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf, Bapak Waliota Ridwan Kamil, Founder Tokopedia, Gita Gutawa, dan sederet artis yang hadir. Saat itu saya mencoba untuk berlari lari mengejar Gita Gutawa utuk wawancara. Lari dan dapatlah saya bertatap muka dengannya, dan mencoba untuk mencoba menanyakan berbagai  pertanyaan secara ekslusif. Dan Alhamdulillah hasilnya lancar terkendali. Saya sangat senang ketika mendapatkan video rekaman wawancara Gita Gutawa. Namun kejadian serupa terjadi lagi. Video tanpa suara. hanya ada gambar hiks. Menyedihkan.  Tak mungkin untuk meminta ulang hasil wawancara, akhirnya saya hanya  bisa diam dan bermuram durja wwkw
Untuk yang ketiga kalinya, ini juga sama. hanya bedanya, ini baru saja terjadi pada tanggal 03 Oktober 2016 kemarin. Yaitu wawancara dengan Marshall Sastra Host My Trip My Adventure. Saya sudah paling depan dan paling banyak mengajukan peratanyaan. Dan reaksi dari Marshall Sastera juga sangat antusisas. Namun, lagi lagi terjadi, video tanpa suara. Menyedihkan :( hiks hiks . itu dia pengalaman wawancara part dua yang menurut saya sih konyol banget, aku serasa bodoh sekali tak belajar dari pengalaman sebelumnya. Hmmm

3.      Pengalaman Wawancara Part III
Ini pengalaman wawancara part tiga. Wawancara terakhir ini adalah cerita wawancaraku dengan seseorang yang tak pernah kusangka sebelumnya. Yaitu wawancara dengan ibu Atalia Kamil selaku Istri dari Walikota Bandung Ridwan Kamil. Ceritanya dimulai ketika saya mendapat undangan acara besar disalah satu kampus Negeri Ternama di Bandung, yakni Universitas Padjajaran Pascasarjana Dipatiukur. Saaat itu saya mendatangi acara keren itu bersama rekan saya. Acara itu adalah acara SEALS yang diselenggarakan oleh IDE. Kebetulan pada saat itu ibu Atalia Kamil menghadiri acara karena mewakili Bapak Walikota Bandung yang tidak dapat hadir dalam acara .
Singkat cerita, saya bersama rekan saya telah sejak lama mengincar Ibu Atalia Kamil untuk sesi wawancara. Hingga akhirnya pagi berlalu, siang berlalu, hingga sore hari, Atalia Kamil mendapat kesempatan berbicara didepan audiens pada jam sore hari sekitar pukul 15.30. hingga akhirnya, saya menuyimak dan mendengar betul apa yang dikatakan oleh nya. Sehingga saya menmperhatikan betul gerak gerik Atalia Kamil dalam menyampaikan maternya.
Selang satu jam kurang setelah itu, Atalia Kamil telah selesai menyelesaikan pidato dan materinya. Saya dan rekan saya langsung bergegas untuk menghmpiri Ibu Atalia Kamil setelah acara berlangsung. Bergegas dengan gerak cepat, namun ibu atalia masih berada diatas panggung untuk sesi pemberian Cendera mata.
Setibanya Ibu Atalia Kamil bergegas, turun dari panggung. Saya langsung mengahpiri dan berkata ; “ibu, maaf boleh minta wawancaranya sebentar mengnai statement acara ini?” tanyaku padanya. Sambil berjalan terburu buru. Kemudian ibu atalia menoleh kepadaku dan tersenyum lalu berkata “iya boleh, hayu mau dimana” katanya kemudian. Respect aku langsung menjawab, “di booth depan boleh bu? Mangga saya antar”, kata ku, lalu ibu atalia mengikuti langkahku dan berdiri didepan booth
Alhamdulillaah, kata ku dalam hati. Ini adalah kesempatan langka, aku harus banyak mengajukan pertanyaan. Dalam hati saya bergumam sendiri. Namun, malang sudah nasibku, ternyata, Narasumberku diColong Orang, diambil orang. Jadi ceritanya, ketka ibu atalia kamil sudah didepan booth, ternyata didepan booth sudah bersiap media lain yang siap untuk mewawancarai langsung Ibu Atalia Kamil. Nama media itu adalah “Media 7”

Entahlah, kenapa bisa seperti itu. sepertinya, judul cerita ini adalah “Narasumberku direbut media lain” huhuhuhuh :( sedihlah 

Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...