Kamis, 28 Mei 2015

Cerpen Part 1

Terik sekali matahari siang ini. aku tak dapat menegadahkan wajahku menghadap langit biru. Sungguh, ini sangat menyengat. Ku percepat langkah kaki ini menyusuri gang-gang kecil menuju tempat tinggalku. Terlihat dari kejahan dua teman kelasku berjalan bergandengan tepat beberapa langkah didepanku. Makin ku percepat langkah ini agar dapat menyusul mereka.
            “heiii kalian…” sapaku kemudian
            “eh hanot, mau pulang?” Tanya perempuan cantik bermata soflents, Wilda
            “sendirian aja not”? belum sempat menjawab Widy menanyaiku lagi
            “eh iya nih wil, wid hayuk atuh bareng” cetusku kemudian
            Mereka adalah temanku. Teman baruku. Namanya WIlda Dewi Karmila dan Widiyana Mardani. Kebetulan kami kenal ketika kami menjalani masa orientasi kampus dulu. Mereka adalah teman kelasku. di Jurnalistik 2D. kemudian kami berjalan beriringan, aku baru ingat, hari ini adalah hari senin, tepat tanggal 04 Mei 2015. Ada yang kulupakan hari ini. benar-benar lupa. Ini akibat aku selalu mengulur-ngulur waktu. Ini tentang wawancara itu. ya! Aku harus ikut wawancara. Tapi bagaimana? Batinku dalam hati. Ini sudah terlambat. Pikirku kemudian. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, aku terus memikirkan perihal ini dijalan. Hingga akhirnya, aku memberanikan diri menanyakan ini terhadap kedua temanku ini. aku pikir mereka tidak tahu, ternyata Widy jauh lebih tau.
            “eh ada yang ikut jurnal pos ga dikelas kita?” tanyakau kemudian kepada keduanya
            “banyak kali not!” jawab widy
            Aku langsung kaget dan akhirnya menanyakan ini lebih jauh.
            “oh ya? siapa aja wid? Tanyaku langsung
            “aku juga ikut” jawabnya dengan santai
            “waahh..” aku hanya bisa berkata itu.
            “geng vivi dan kawan-kawan juga ikut not” jelasnya kemudian.
            “oh ya? Waah… lumayan banyak juga dong yah?” tanyaku
            “iya not, katanya sausan sama yakfi juga mau ikut, emangkenapa not? Kamu mau ikut juga? Gentian dia yang bertanya kepadaku
            “kalo dibilang pengen ikut mah ya pengen banget wid. Tapi aku belum ngirimin CV, kan katanya terakhir tanggal 01 mei kan? Da aku lupa belum ngirim” jelasku sedih
            “yaelah not! Gapapa kali. Lagipula itu si yakfi sama sausan juga  belum sama sekali ngirim CV k email jurnal not!” jelasny panjang lebar
            “waah? Asli wid? Beneran niih ga papa?” hatiku senang bukan main. Masih ada peluang pikirku.
            “iya coba aja not, ntar jam 3 kumpul di sekre aja yuk bareng aku berangkatnya! Ntar kamu nyamper aku aja ya di rumah wilda” dengan ramah ia menjelaskan.
            “oke deh kalo gitu, jam tiga yah!” dengen secercah harapan itu muncul, aku sambil tersenyum
            Tiba dibelokan depan pondok pesantren Ar-Raid, kita berpisah, keduanya  pulang ke rumah wilda. Aku langsung berbelok arah menuju Warnet (warung internet). Dengan perbekalan hanya membawa uang dua ribu rupiah, semoga cukup untuk mengirim CV ke email jurnal pos. doaku dalam hati. Aku langsung bergegas menuju depan kampus dan kutemukan warung internet!
            Setibanya didepan warnet, aku mengira akan banyak orang yang sedang menggunakan beberapa computer yang tersedia, ternyata masih banyak bangku kosong, sehingga aku dapat dengan mudah masuk dan memilih salah satu tempat duduk. Langsung ku nyalakan computer. Agar tidak memakan waktu yang lebih lama karena keterbatasan rupiah, aku langsung mengklik tobol search di google dan menuliskan kata “GMAIL”.
           
            Eiits.. tunggu dulu, bukan hanya sampai disini. Hampir 20 menit berlalu, tanda rupiah sudah menunjukan tarif 1500. Aku panik. Gmai-lku bermasalah. Langsung ku coba berkali kali computer sampai menemukan tanda pengiriman email. Tetap saja, hasilnya nihil. Berkali-kali ku coba membuka. Hingga beberapa menit berlalu dan tariff sudah memasang harga 2000 rupiah, saat itu pula, gmailku terbuka. langsung ku gerakan mouse kea rah tanda “sent” dan akhirnya,, tulisan “your message has been sent” telah tertera. Langsung ku matikan computer. Harap-harap cemas jika akhirnya tarif berubah, dan alahmdulillah, masih  sama, 2000 rupiah
*****
            Kepalaku pusing sekali. jelas, aku lari-lari mengejar pengiriman email, hingga panic diluar dugaan, matahari terang menyengat, dan kondisiku, aku sedang puasa sunnah senin-kamis. Hari ini penat sekali kepalaku. Ku rebahkan tubuh ku berharap kepalaku sedikit mereda. Sakit sekali. Astaghfirullah.. ucapku sambil tidur diatas kasur dan kamar kesayangan kosan tercinta. Aku sampai dikosan tepat pukul 13.20. itu panas sekali. Dan tenggorokanku? Terasa kering sekali. Tapi kucoba bertahan dan beristrhat sebentar setelahnya aku melaksanakan sholat dzuhur.
            Alhamdulilah, jam sepertinya cepat sekali berdetak. Kulihat jam tangan, sudah menunjukkan pukul 14.15. dengan semangat aku langsung bersiap-siap untuk menjemput widy dirumah wilda. Untuk apa lagi? Jika bukan untuk wawancara jurnal pos? langsung ku memakai pakaian seadanya. Dan mengenakan jilbab cream yang tergantung diatas lemari.
*****
Malang bukan main, Aku sampai didepan sekre jurnalistik tepat jam 15.00. namun, belum juga ada tanda-tanda anak yang datang untuk wawancara. Aku baru ingat, hari ini seluruh anak jurnalistik angkatan 2014 sedang melatih kemampuan mereka menari untuk acara anniversary jurnalistik tanggal 13 nanti. Tepatnya di lantai empat secre. Dengan bimbang dan harap-harap cemas, aku dan widy langsung menuju lantai empat untuk melihat keadaan.
            Dan ternyata, sebagian anak-anak jurnalistik 2014 sudah dengan rapih berbaris untuk latihan flashmoob. Ketika ku tunjukkan wajahku didepan mereka, aku diajaknya untuk menari dan latihan bersama. Untuk meramaikan! Katanya. Akhirnya aku dan widy ikut bergabung pada barisan dan kami menikmati music latihan terakhir ini.
            Tepat jam 15.45 kami berhenti. Kulihat beberapa teman yang ingin mengikuti wawancara pun sudah bersiap menuju lantai tiga sekre jurnalistik. Tertera jelas ada geng vivi, dan beberapa anak kelas lainnya. Tak lama setelah itu, aku, widi beserta mereka turun kelantai bawah untuk melihat situasi dan kondisi. Ternyata belum ada siuapa-siapa. Sepertinya kita yang pertama datang. Cetus Widy
            Tak berapa lama kita menunggu, sosok yang begitu kukenali raut wajah dan garis tegasnya, kak Adam, aku melihat ia keluar dari sekre jurnalistik dan menanyai terhadapa kami yang berada diluar ruangan.
            “ini mau pada wawancara” tanyanya kepada segerombolan orang yang menunggu
            “iya kak!” Jawab salah satu dari kita vivi
            “baiklah, sini masuk, namun hanya 4 orang saja”jelasnya
            “aku ya!!” jelas virgina
            “aku jugaa!!” reriak tinong
            “ya sudah sama aku” kata arti
Masuklah mereka bertiga kedalam ruangan. Kemudian beberapa detik kemudian, kaka senior datang dan menghampiri kita, “satu orang lagi.!” Ucapnya. Namun tak ada yang mau, aku dan widy harus berada disesi kedua. Akhirnya tinggal zantina dan zaira yang rebut menentukan siapa yang akan masuk pada sesi pertama. Mereka berdua sempat berebut dan berdebat, namun akhirnya zantina lah yang masuk terlebih dahulu. Berarti zaira akan ikut bersama aku dan widy pada sesi kedua.
******
Selang 20 menit, jam sudah menunjukan pukul 16.30. sesi pertama sudah beres, dan akhirnya sesi kedua dimulai. Sudah Nampak tanda-tanda peserta lain yang telah mulai berdatangan. Beberapa diantaranya anak-anak jurnalistik kelas A, B dan C. sesi kedua dengan anggota Widy, Zaira, Winda, Chury dan saya sendiri tentunya. Sudah harap-harap cemas. Kulihat tangan dan kaki widy sudah mulai berkeringat, itu tandanya ia gugup. Sama denganku, aku juga merasakan kegugupan. Hatiku berdegup lebih kencang. Sama seperti ketika aku sedang berada didepan public. Tangan ku sudah dingin. Kakiku sudah mulai bergerak pelan namun cecara cepat.
Kami langsung memasuki ruangan dengan fikiran masing-masing. Kami dihadapkan oleh beberapa penanya, tepatnya seluruh kaka senior dan anggota dari Jurnal Pos itu sendiri. termasuk pemimpin umum jurnal pos, aku ingat, namanya Adam Rahadian Ashari Beliau lah yang menjadi tolak ukur dijurnal pos. beliau pula yang memulai prolog untuk wawancara ini. beliau yang memberi sambutan dan langsung menuju pada beberapa pertanyaan pada tahap wawancara ini.
selanjutnya, semua yang terjadi mengalir dan mengalir...



akan kulanjutkan cerita ini diblog selanjutnya,, good bye!!



           



Hadiah Terindah

Bandung, 15 mei 2015

Gemersik pagi ini membangunkanku
Suara ayam berkokok sudah bosan kudengar tiap hari
Bukan masalah bagun atau tidaknya
Aku bahkan berterimakasih sudah disuguhi dua hadiah pagi ini
Ya! Kedua hadiah itu adalah kedua bola mata saya
Saya masih diberikan kesempatan untuk membuka mata dan melihat dunia
Yang entah tak seperti mereka yang sudah dicabut kenikmatannya
Aku bahkan bersyukur ini adalah hadiah terindah yang pernah ku rasakan sepanjang hidupku
Tuhan memberiku ini
Yang mungkin tak dirasakan oleh orang yang tak mendapat ini
Maka bersyukurlah kawan, kau sungguh sangat beruntung!
Lentera gergaji tepat dikedua matamu, apa kau akan tetap diam?
Siapakah gerangan yang akan membinasakan mu setelah ini?
Musuhmu kah? Orang yahudi kah? Atau syaitan kah?
Jawabannya, hanya Rabb mu!!!


Rabu, 20 Mei 2015

Awesome


Kakiku gemetar menyusuri anak tangga kecil itu. aku pun serasa melayang dan tak menapak bumi. Hilang. Semua pasang mata memandang kearahku. Aku hanya bisa berjalan pelan dan menunduk. Dress code th  80-an yang ku kenakan menari-nari bersamaan dengan derap langkahku. Kupandang sekeliling, rasanya seperti mimpi. Ini sungguh tak terduga. Benar-benar diluar dugaan. Seperti kembali pada masa lalu. Mengingat dahulu aku juga pernah merasakan hal ini.
                Tiba di panggung utama. Aku berdiri bersama tiga juara disampingku. Tetaplah, sama saja, tanganku gemetar, hatiku berdebar tak karuan, seperti mimpi. Tak percaya. Sungguh aku tak percaya.ku pandang sekeliling, ratusan pasang mata melihat kearahku. fikiran mereka terlihat jelas, mereka shock bukan main, tak percaya mungkin. Kurang lebih seperti ini ekspresi mereka : “hah? Hani juara 1 artikel? OMG hello? Itu hani? Dia ikut lomba? Dia menang?..  yah sepeti itulah kemungkinan besarnya. Sama seperti diriku ini, yang kagetnya bukan main.  Bahakan aku saja hanya “iseng” nulis untuk lomba ini. tak serius-serius amat.
                Hanya ada dua kemungkinan orang menatapku sinis. Pertama dia sirik, dalam artian tidak bisa seperti saya. Kedua tatapan meremehkan. Seorang manusia biasa? Manusi atak pandai berargumen? Manusia tak pandai berceloteh? Manusia tak pandai bercengkrama? Manusia tak pandai merangkai kata? Manusia tak pandai dalam hal penggunaan diksi? Apalagi bertutur kata yang baik? Manusia seperti diriku dapat dengan mudah menjadi juara pertama dalam perlombaan menulis artikel tingkat jurusan melawan seluruh peserta dari semester atas? Seorang yang dianggap “biasa saja” dikelas jurnalistik semester dua. Dapat dengan mudah merai posisi pertama ditahap ini? HAH? Itu sungguh luar biasa!
                Mungkin mereka memang benar, haha. Aku bahkan sempat menyangka bahwa juri salah mengetik nama. Atauu.. bahkan juri salah membaca naskah. Bahkan juri salah dalam memanggil namaku dalam urutan kandidat juara pertama. Bahkan, saat itu aku berfikir juri sedang sakit sehingga tak bisa focus membaca artikelku. hey.. aku sendiri saja tak faham mengapa aku bisa menjadi pemenang dalam contest ini. itu tidak masuk akal sekali menurutku. Artikelku biasa saja. Tak banyak yang aku masukkan dalam hal kritik atau opini. Lebih banyak fakta fakta yang ada yang kugunakan dalam penulisan artikel ini.
                Biarkan apa yang meraka lontarkan terhadapku. Biarkan, apa yang akan mereka pikirkan tentangku, biarkan saja apa yang ingin mereka lakukan. Aku hanya manusia biasa yang melaksanakan tugasku. Hidup itu bukan untuk mencari haters! Hidup juga bukan untuk mencari “orang dalam”. Hidup juga bukan untuk Riya atau pun hal yangs serupa dengannya. Aku hanya melaksanakan tugasku sebagai hamba-Nya. Makhluk ciptaan Allah. Aku hanya berusaha, berusaha dan berusa untuk menjadi yang baik diantara orang-orang yang jauh lebih baik dari diriku.
                Disini bukan masalah menang atau kalahnya. Bukan masalah ketika aku mendapatkan penghargaan itu. bukan masalah ketika aku diberi banyak pujian. Bukan masalah ketika aku dipandang sinis oleh sebagian orang. Bukan masalah ketika banyak orang yang sedikit tidaknya meremehkanku, tapi, ini adalah masalah bagaimana mempertanggungjawabkan itu semua. Aku memang tak bisa apa-apa. Tapi setidaknya, aku punya Akal, aku punya Hati . Aku juga tahu bagaimana caranya berfikir. Aku juga tahu bagaimana caranya merasa. Maka setidaknya aku faham akan hal ini.
 Piala, piagam penghargaan dan uang pembinaan itu kupegang erat. Sang pemberi cendera pun tersenyum kearahku. Sungguh ini hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Menjadi juara pertama dalam perlombaan menulis artikel tingkat kampus se Jurusan Ilmu komunikasi  jurnalistik. Aku bahkan sempat bertanya-tanya, mengapa aku pemenang utamanya? Mengapa aku yang bisa mendapatkan diposisi pertama? Apa juri tak salah menilai? Memangnya apa bagusnya tulisanku? Tak ada yang istimewa. Bahkan aku hanya bermodalkan tulisan  ecek-ecek saja. Aneh mungkin..

Tapi, yasudahlah, semuanya sudah berlalu sekarang. Itu hanya sesaat. Lagi pula, itu tak banyak berpengaruh dalam hidupku. Biasa saja. Orang-orang juga tak mengenaliku ketika aku berdiri didepan panggung itu. siapa yang menyangka? Aku hanya orang kecil dari sebagian orang-orang paling kecil disini. Syukuri saja apa yang ada. Ketika aku faham dan mengerti, mereka belum tentu faham dan mengerti. Maka? It’s no problem. That’s make me happy.this AWESOME. Smile J

Membaca Fikiran lewat Bahasa Tubuh

Haii teman teman pembaca blogku!! Terimakasih telah membaca kembali blog tulisanku. Terimaksih telah menghubungiku dan memberikan saran untukku. It’s AWESOME :D. terimaksih masih sempat mendukung dan mendukung walaupun tulisanku tak se pemikir Zaynur Ridwan dan tak secerdik Rizky Ridyasmara. Itu akan menjadikan ku sungguh sangat berarti untuk kalian semuaa.. love love love banget…
            Hey, ceritanya saya inginberbagi rahasia niih..! mau tau rahasianya apa? yang pasti, hal ini tak banyak orang yang tahu. Hanya segelintir-segelintir orang saja yang mengetahui hal ini. karena apa? Karena saya MEMBACA!! Hehehe. Masih penasaran ga niih sama apa yang pingin hani sampein sama kalian? Masih penasaran? Yuuk kita mulai. disiini, saya akan mengungkap tabir sebuah rahasia besar niiihh… Hehe,.. alay yah saya? hihi
            Saya disini hanya sekedar ingin berbagi ilmu dan buku. Kalian bener-bener penasaran? Hal apa yang Iagi saya utarakan dalam sesi kali ini? sungguh? Oke oke fine! Sabar yah,, baik.. sebentar, saya akan memberi sedikit klue untuk kalian… temanya tentang “membeca pikiran”  sudah pernah dengar? Ada orang-orang tertentu yang memiliki kelebihan ini? disebut idigo bukan? Nah.. buat kalian yang manusia biasa (sama seperti saya) kalian juga bisa membaca pikiran seseorang!! Tidak prcaya? Mari kita buktikan!!
            Eiitss..!! belum lengkap teman!! Aku belum menceritakan buku apa yang aku baca. Ini tentang membaca fikiran orang lewat bahasa tubuh. Ini buku punyanya Dianata Eka Putra lhoo.. ada yang sudah kenal? Pasti.. pasti yah pada kenal semunya? Iya laah.. beliau itu kan praktisi pemasaran dan penulis buku motivator bestseller looh… hehe. Heey.. kalian tahu tidaak? Di buku ini pula, kalian akan diajak mempelajari lebih dalam gelagat lawan bicara yang sedang berbohong, yang sering tidak disadari oleh kebanyakan orang. Pada akhirnya, kalian akan tersentak mengetahui bahwa kalian sedang dibohongi!!

            Baik.. baik sabar pemirsa! Saya akan menjelaskan beberapa hal yang paling utama dalam buku ini kok J tenang saja, jangan paniik yaaa.. hehe.. oke? Check it out!! Eh tapi sesi ini hanot Cuma ngasih satu bab penjelasan aja dulu yah? Tentang bahasa tubuh orang berbohong niih.. mau pada tau kaan? Iya deeh nanti sesi selanjutnya hanot bakal jelasin lagi yang bab-bab buku selanjutnya ini. oke? Setuju yah? Pada setuju kan yah? hehehe
1.                  Bahasa Tubuh Orang Bohong

HAMPIR SETIAP ORANG pernah berbohong, baik disadari maupun tidak, direncanakan atapun spontan. Pada Saat tertentu, mungkin pasangan anda curiga bahwa anda sedang berbohong. atau sebaliknya, anda curiga bahwa pasangan andalah yang sedang berbohong. Masalahnya, tahukah anda kalau dia benar berbohong?

Sebenarnya, tidaklah sulit untuk mengetahui apakah lawan bicara Anda sedang berbohong atau tidak. Bahasa tubuh, secara spontan dan sering tidak disadari, akan membeberkan kebohongan tersebut. Hal ini terjadi karena orang yang sedang berbohong lebih memerhatikan ucapannya dari- pada apa yang terjadi pada tubuhnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Desmond Morris menyimpulkan bahwa Anda tidak dapat memalsukan bahasa tubuh. Akan tetapi, bukan tidak mungkin, orang yang pekerjaannya berbohong bisa mempelajari bahasa tubuh sehingga bisa memanipulasinya. Menangkap sinyal kebohongan dari orang seperti itu memang sedikit sulit.

Tanda-Tanda Orang Berbohong

Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para pakar komunikasi nonverbal, terdapat persamaan hasil tentang tanda-tanda orang berbohong. Tanda- tanda tersebut bersifat universal dan sangat sulit untuk dimanipulasi. Artinya, kasusnya hampir sama untuk semua orang di belahan bumi mana pun. Namun, ada beberapa pengecualian, bergantung dari budaya yang melingkupinya. Bab ini hanya akan membahas tanda- tanda kebohongan yang bersifat universal, tidak memandang budaya tertentu, juga tidak memandang kebiasaan dan kelainan saraf.


Menutup mulut dan terbatuk
Menutup mulut merupakan salah satu gerakkan yang paling sering digunakan anak- anak ketika berbohong. Orang dewasa pun sering melakukan hal yang sama. Selain menutup mulut, banyak juga orang yang menyamarkan kebohongannya dengan pura-pura batuk. Padahal, dia tidak sedang terkena penyakit batuk.

Keinginan untuk menutup mulut merupakan gerak refleks yang terjadi dengan sendirinya. Saat itu, tanpa disadari, otak menyuruh tangan untuk menghentikan kata-kata bohong yang diucapkan.

Charles Darwin juga pernah menuliskan bahwa isyarat keheranan dan menyembunyikan sesuatu, tergambar dengan meletakkan tangan di mulut. Sikap ini seperti hendak menghentikan kata-kata yang baru saja keluar. Sama halnya dengan seseorang yang tertawa terlalu keras. Ketika merasa telah melakukan tindakan yang berlebihan dan itu bukan sesuatu yang baik, secara tidak sadar dia akan menutup mulutnya, seperti hendak menghentikan tawanya.

Namun, apablla Anda mendapati orang menutup mulutnya sewaktu Anda sedang berbicara, berarti dia merasa Andalah yang sedang berbohong kepadanya. Hal itu terjadi karena dia merasa heran dan cemas mengapa Anda berbohong. Secara tidak sadar, dia menutup mulutnya sendiri. Biasanya, gerak isyarat ini juga dikombinasikan dengan gerak tangan ke bagian wajah lainnya.

Untuk melatih dan mengetahui gerak isyarat ini, ada baiknya Anda berdiri di tempat
umum dan memerhatikan dua orang atau lebih yang sedang berbincangbincang. Jika komunikasi tersebut berjalan dengan rnulus, Dalam arti tidak ada yang berbohong, kemungkinannya, Anda tidak akan menemukan gerak isyarat tersebut. Akan tetapi, jika perbincangan itu dipenuhi dengan kebohongan, Anda akan menemukannya dengan mudah.

Menyentuh hidung
Gerakan ini relatif lebih halus dibandingkan dengan tindakan menutup mulut. Orang yang sedang berbohong, dengan sendirinya akan melakukan gerakan mengusap bagian bawah hidung, baik secara lambat maupun cepat. Jika gerakan ini dilakukan dengan cepat, Anda akan kesulitan melihatnya.

Biasanya, gerakannya hanya nngan dan lernbut di bagian bawah hidung, bukan menggosoknya dengan keras atau menggaruk hidung. Akan tetapi, Anda harus hati-hati dengan gerak isyarat ini ka-rena bisa saja hidung lawan bicara Anda memang sedang gatal.

Penjelasan tentang gerakan ini adalah sebagai berikut. Sewaktu pikiran negative (berbohong) memasuki alarn bawah sadar, otak serta-merta akan menyuruh tangan untuk menutup mulut. Hal ini merupakan respons dari rnulut yang baru saja mengucapkan kata-kata yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Akan tetapi, saat terakhir tangan menuju mulut-agar usahanya tidak terlalu jelas terlihat menutup mulut-tangan ditarik menjauhi wajah. Hasilnya adalah sentuhancepat di hidung. Biasanya, gerakan ini terjadi secara alamiah sehingga orang kadang terkecoh kalau sebenarnya gerakan ini menunjukkan kebohongan sendiri.

Teori lainnya menunjukkan bahwa saat berbohong, ujung saraf halus Dalam hidung terasa gatal. Untuk menghilangkannya, orang akan mengusapnya, tetapi dengan usapan halus dan lembut. Coba perhatikan, apakah gerakan ini Anda lakukan ketika sedang berbohong?


Memalingkan pandangan, Menggosokan mata, jumlah kedipan
Mata adalah gerbang jiwa, jendela hati. Mata dapat menceritakan segalanya. Hal ini bukanlah ungkapan yang berlebihan. Ungkapan itu memang benar adanya. Mata dapat menceritakan suasana hati, termasuk ketika anda berbohong.

Saat berbohong, mata akan selalu berupaya untuk melihat ke arah lain. Entah itu ke bawah, ke atas, yang penting bukan ke lawan bicara. Bahkan yang paling sering terjadi adalah mata menerawang entah ke mana, sementara rnulut terus berbicara-tentunya berbicara bohong.

Biasanya, memalingkan pandangan juga diikuti dengan gerak isyarat menggosok mata seolah-olah sedang gatal, padahal tidak. Bisa juga pandangan tetap tertuju kepada lawan bicara, tetapi mata sering terasa gatal (tidak benar-benar gatal). Biasanya, pria menggosok. Hal ini bukanlah Ungkapan itu Mata dapat termasuk ketika matanya lebih keras daripada wanita. Hal ini mungkin karena wanita takut make-up matanya rusak. Gerakan menggosok mata tidak harus selalu dilakukan di bagian mata, tetapi bisa juga di sekitar mata, seperti di bawah mata atau sekitar alis.

Cara lainmendeteksi kebohongan adalah dengan memerhatikan adanya peningkatan jumlah kedipan mata. Orang yang berbohong menjadi gugup sehingga saraf matanya bekerja lebih cepat daripada biasanya. Oleh karena itu, Dalam serial TV terkenal, MacGyver selalu menebak apakah lawan bicaranya berbohong atau tidak dengan menghitung jurnlah kedipan mata.

Memalingkan wajah
Memalingkan wajah ada hubungannya dengan gerak isyarat menggosok mata. Memalingkan wajah bisa dilakukan setelah atau sebelum menggosok mata. Orang yang tidak memandang lawannya ketika sedang berbicara atau mendengarkan, sebenarnya sedang mencoba untuk menyembunyikan sesuatu

Michael Argyle, Dalam buku The Psychology of Interpersonal Behavior, mengatakan bahwa frekuensi orang saling pandang berkisar antara 30%-60% dari waktu pembicaraan. Orang cenderung membutuhkan kontak mata lebih banyak saat mendengarkan dibandingkan dengan ketika berbicara. Artinya, seseorang akan lebih banyak melihat lawan bicaranya ketika lawan bicaranya itu sedang berkata-kata.

Dalam gerak isyarat ini ada beberapa pengecualian, bergantung budaya. Saat berbicara, beberapa orang bahkan tidak berani menatap lawan bicaranya atau seminimal mungkin menghindari kontak mata. Orang-orang yang pemalu atau tidak percaya diri, biasanya melakukan hal ini bukan karena sedang berbohong. Dalam budaya Jawa, misalnya, orang yang lebih rnuda usianya, jika berbicara dengan yang lebih tua, akan lebih sopan dengan tidak terlalu sering menatap wajah orang yang lebih tua. Untuk itu, berhati- hatilah dengan pengecualian ini.

Menggaruk leher
Menurut penelitian Dr. Morris, gerak isyarat menggaruk leher biasanya dilakukan dengan jari telunjuk. Hal ini menunjukkan keraguan atau ketidakpastian dari perkataan yang baru saja diucapkan.

Gerakan isyarat ini bisa dilakukan di sisi kanan atau-pun kiri leher, baik dengan menggunakan tangan kiri maupun tangan kanan. Tidak ada penjelasan apakah menggaruk leher bagian depan atau belakang juga merupakan isyarat kebohongan. Walaupun demikian, apabila kita menemukan gerak isyarat lain yang mengikutinya (menutup rnulut, menggosok hidung, dan lain-lain), ada kemungkinan menggaruk leher bagian depan atau belakang juga merupakan
isyarat kebohongan.

Gerakan ini rnerupakan respons saraf-saraf di sekitar leher yang pada saat berbohong akan terasa gatal. Sebenarnya, gerakan ini merupakan satu kesatuan dengan gerakan menutup rnulut dan menyentuh hidung.


Perubahan nada suara
Walaupun sebetulnya bukanlah bagian bahasa tubuh, hal ini cukup layak menjadi rujukan pelajaran memahami karakter lawan bicara. Coba kita amati orang yang sedang diwawancarai oleh seorang presenter televisi atau radio. Kadang, perkataannya terdengar tidak menunjukkan intonasi yang jelas sehingga harus diulang kembali. Perkataan yang tidak jelas disebabkan oleh volume suara yang mengecil atau artikulasi suara yang tidak jelas. Jika hal ini terjadi, kemungkinan besar perkataannya tidak benar.

Walaupun orang tersebut sudah berusaha berbicara seperti biasanya, suara yang keluar sangat berbeda dengan harapannya. Hal ini tidak dapat dihindari dan terjadi secara tiba-tiba karena alam bawah sadar mengendalikan ucapan kita.

Perubahan suara bisa terjadi ketika seseorang gugup sehingga suara yang keluar menjadi tidak lancar. Kegugupan juga bisa menjadi tanda kalau seseorang sedang berbohong.

Pada November 2001, Dr. Gabriel menulis sebuah artikel di situs picture@Photoanalysis.com. Artikel tersebut mendukung sinyal-sinyal bahasa tubuh yang sudah diuraikan sebelumnya. Menurutnya, orang yang berbohong mernpunyai tiga kondisi psikologis, yaitu:
1. takut atau cemas;
 wajah dan telapak tangan berkeringat,
 tarikan napas Dalam,
 bibir menjadi kering karena sering menelan ludah dan dibasahi dengan
lidah,
 berdeham atau batuk-batuk kecil,
 muka berangsur-angsur pucat,
 lebih sering memainkan tangan,
 badan menjadi kakul dan
 sering memicingkan mata atau melirik tajam.
2. kekuatan untuk menutupi kebohongan;
 berusaha menahan ekspresi wajah agar emosi tidak keluar,
 tersenyum dengan cepat atau tidak Ie pas,
 menutupi rnulut,
 menyentuh hidung,
 mengusap bagian wajah, dan
 menghindari kontak mata.
3. internal konflik;
 sering berkedip
 menaikkan alis, tapi hanya satu sisi,
 bahu gemetar,
 hidung terasa gatal,
 ada perubahan nada suara,
 tangan gemetar, dan
wajahmenjadigugup.

Contoh dalam Kehidupan Nyata

Untuk mengetahui dan mempelajari gerak isyarat berbohong, ada baiknya Anda mencobanya sendiri dengan lawan bicara Anda. Tanyakan hal-hal yang sekiranya dia akan berbohong. Saat itu-Iah, Anda akan menemukan gerak isyaratnya.

Coba amati apa yang sering dikatakan oleh para artis dan politikus. Ada sebuah simpulan bahwa orang-orang dengan profesi artis dan politikus adalah orang yang ahli Dalam memanipulasi bahasa tubuh. Benar tidaknya, silakan Anda putuskan sendiri. Akan tetapi, kalau kita amati kehidupan kedua profesi tersebut, memang ada kecenderungannya. Artis sering kali harus berperan sebagai orang lain. Dengan kata lain, dia sering harus berbohong kepada diri sendiri. Karena hal ini dilakukan secara terus-menerus, ada kalanya dia menganggap berbohong adalah tindakan yang arnat wajar baginya.

Begitu juga dengan politikus yang sering kali membohongi rakyat untuk mendapatkan dukungan dengan menyembunyikan fakta. Kebohongan yang dilakukannya sudah mendarah daging dan terus dipraktikkan. Walaupun berbohong, dia merasa bahwa itulah kebenaran dan dia tidak merasa bersalah. Namun, ini tidak berarti semua politikus dan artis itu pembohong.

Menurut Argyle, ada sejumlah orang di dunia ini yang saat berbohong justru memperlihatkan tanda-tanda ketulusan. Mereka menatap mata orang dengan tulus dan tidak menunjukkan gerak isyarat berbohong sehingga orang yang sudah mempelajari bahasa tubuh pun akan terkecoh. Argyle menyebutnya sebagai "orang- orang Machiavelli" .

Jika Anda memerhatikan sepasang kekasih sedang berbicara, banyak sekali kebohongan yang dipertontonkan mereka. Masa-masa ini merupakan situasi yang rawan untuk berbohong ketika masing-masing ingin menunjukkan kelebihan serta menutupi kekurangannya. Coba Anda ingat-ingat saat Anda pacaran dulu. Seberapa sering Anda berbohong?


bagaimana teman-teman? Sudah mengerti bukan bagaimana gelagat seseorang ketika ia berbohong? Sesi selanjutnya, Hani akan menjelaskan tentang mengetahui bagaimana ‘seseorang tertarik terhadap kita?” menarik bukan bahasannya? Oke nbaiklah, tunggu saja sesi selanjutnya ok? Hihi oya, semoga tulisan saya ini bermanfaat yaa teman.. amiinn

Sabtu, 16 Mei 2015

Eksistensi Pers Islam di Indonesia

Lomba Penulisan Artikel
Oleh : Siti Hanifah Abdillah
JURNALISTIK 2D

Dalam dunia modern kehidupan masyarakat tidak lagi dapat dipisahkan dari jurnalistik dan pers. Secara ekstrem para ahli jurnalistik menyamakan pers dengan udara yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Manusia modern tidak lagi dapat hidup tanpa mendapatkan suguhan pers, yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi (H. Assegaff, 1991: 9).
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah, pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.
Pers Islam sebagai media dakwah, tentunya tidak dibatasi pada sisi kepentingan semata. Mengingat banyaknya lapisan kultur, budaya dan agama di Indonesia, maka Pers Islam cenderung menyesuaikan dengan pasarnya. Dewasa ini belum terlihat Pers Islam yang benar-benar mencerminkan nilai Islam secara penuh, baik dari kemasan maupun isinya.
Terlepas dari kemasan ataupun tampilan, keberadaan pers Islam sebagai media dakwah sedikit banyaknya telah berperan aktif dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Dan pers Islam disini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata memang berhaluan kesana, misalnya pesantren, ulama, dan sebagainya. Namun, kini banyak orang atau lembaga yang tidak terlalu fokuspun banyak yang menerbitkan yang namanya pers Islam. Tinggal disini kita harus membatasi, mana yang memang membawa kepentingan umat Islam dan mana yang tidak. Dalam arti, menghindari pers Islam yang hanya berorientasi pada kepentingan bisnis dan pasar semata.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Litbang Republika dan The Asia Foundation tentang Islam and Civil Society, dengan tema khusus “Pers Islam dan Negara Orde Baru”, mendefinisikan pers Islam sebagai: “Pers yang dalam kegiatan jurnalistiknya melayani kepentingan umat Islam, baik yang berupa materi (misalnya kepentingan politik) maupun nilai-nilai”.
Pers Islam, sebagai bagian dari pers pribumi yang bertujuan menyebarkan semangat kebangsaan dan cita-cita kemerdekaan, awalnya tampak sebagai media “partisan”, karena kecenderungan untuk menyebarkan ideologi kelompok penerbitnya. Namun setelah pintu reformasi terbuka pada akhir 1997 dan berkembang era 1998 keberadaan pers Islam semakin luas, baik itu sebagai media dakwah maupun sebagai wadah perlawanan rezim. Dan hal inilah yang menjadi pemicu dari semakin berkembangnya pers Islam di Indonesia.
Dewasa ini pers islam di Indonesia mulai mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ini ditandai dengan banyaknya media yang mulai tampil dengan nuansa yang sangat islami. Kita dapat mengenal ada beberapa media yang tampak memiliki karakter sebagai pers islam. Sebut saja medianya tersebut terdiri dari: Majalah Islam Sabili, Majalah Ummi, Tabloid Suara Islam, Majalah Hidayatullah, Media On-Line Era Muslim, Majalah Tarbawi, dan lain sebagainya.
Menurut beberapa pengamat pers mengatakan bahwa pluralitas yang dihargai pers islam memang berjalan dengan baik. Namun nampaknya tantangannya pun tidaklah mudah. Banyak kalangan yang berupaya meyulut konflik, seakan-akan ingin menekan pluralitas yang di hargai oleh pers islam. Hal itulah yang banyak di munculkan kalangan islam liberal. Mereka menuduh Pers Islam menyuarakan fanatisme dan eklusivisme. Dari segi penyajiannya, pers islam dipandang selalu menggunakan bahasa yang cenderung provokatif, dan penjudulan berita yang bombastik. Selain itu, pers Islam juga dituduh sebagai penyebar isu yang cenderung sensitive seperti yang berkenaan dengan SARA (Suku, Ras dan Agama).
Keberhasilan pers islam dalam menghargai pluralitas, tidak demikian dengan kenyataan pers umum yang berkembang di Indonesia. Kenyataannya tidak sedikit pers umum yang justru berupaya menyulut konflik terhadap umat Islam. Bukankah pers umumlah yang selama ini sering melakukan stigmatisasi negatif terhadap islam? Stigmatisasi negatif yang biasa muncul adalah mencitrakan gerakan Islam selalu identik dengan terorisme, fasis, ektrimismis, dan berbagai macam symbol kekerasan lainya. Jelaslah itu sangat berseberangan dengan nilai-nilai Islam yang sebenaranya, yaitu Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).
 Persaingan industri media yang semakin ketat mengharuskan media mencari kiat-kiat spesifik untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Perkembangan media dewasa ini, memungkinkan terjadinya persaingan ataupun perang media. Dan disini, peran pers Islam harus mampu menandingi dan menetralisir segala kekeliruan yang dilakukan media lainnya. Sebagai media dakwah, sudah semestinya pers Islam bersifat provokatif dan melakukan agitasi-agitasi yang dapat mempengaruhi pembacanya dan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara serta pendekatan.
Namun realita di Indonesia, belum ada pers Islam yang professional. Sehingga dibutuhkan upaya untuk membangun pers Islam professional, artinya kegiatan redaksi pengelolaannya harus didasarkan pada sistem manajemen professional. Selain itu Pers merupakan salah satu media dakwah yang efektif di Indonesia. Maka, dalam pengemasannya pun harus benar-benar bisa diterima pembaca yang notabene memiliki banyak pilihan untuk memilih media mana yang selayaknya dikonsumsi. Dalam artian, pers Islam sebagai media dakwah harus bisa sedemikian mungkin untuk menarik simpati pasarnya, dengan tentunya tidak melepaskan visi dan misinya sebagai media dakwah.
Hingga saat ini, pers Islam tetap berkiprah dengan semangat yang membara. Mereka terus bersuara lantang, dengan landasan Islam. Menjadi pembela hak-hak rakyat yang terjajah, walaupun kerap diintai ranjau undang-undang pers  yang sewenang-wenang  dan siap membungkam. Namun nyatanya pers Islam tetap bergerak. Pers Islam tidak hanya menjadi pembentuk opini untuk meninggikan kalimat Allah, tetapi juga menjadi pembela agamanya. Pers Islam tidak pernah menanggalkan identitasnya, dan justru karena identitas Islam itu, pers Islam tidak pernah tertinggal dalam setiap peristiwa nasional yang mewarnai perjalanan bangsa ini. Mulai dari pembentukan sebuah bayangan akan komunitas yang kelak bernama Indonesia, hingga melawan penjajahan dan pendukung kemerdekaan.  Pers Islam tidak hanya berenang-renang ditepian, tapi ia terjun dipusaran perjalanan negeri kita.



DAFTAR PUSTAKA
1.       Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
2.       Assegaf, Dja’far H. 1985. Jurnalistik Masa Kini : Pengantar Kepraktik       Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia
3.       Effendy, Onong Uchyana. 1995. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, cet. IX.         Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Hijab for HUMAN or ALLAH? What’s your choice??


Seiring perkembangan zaman dan era globalisasi, gaya, style, mode, fashion,  dalam berpakaian kini semakin marak dan booming digunakan. Khususnya perempuan, baik dari kalangan remaja, anak muda bahkan ibu rumah tangga sekalipun. Tak sedikit perempuan masa kini mengikuti trend dan perkambangan zaman yang semakin gencar dibicarakan di masyarakat umum. Mereka bahkan tak segan-segan mengeluarkan banyak ‘materi’ hanya untuk hal yang satu ini.
 Namun, seiring fashion menjalar, banyak pula kaum hawa yang saat ini telah meng -gunakan hijab. Hingga sekarang ini, sudah banyak mode dan jenis-jenis hijab yang ramai dan famous di gunakan oleh makhluk yang bernama perempuan. Tak asing pula trend berbagai macam hijab kini bermunculan baik didunia nyata atau hanya didunia telusur. Namun, apakah itu semua dijadikan alasan untuk berhijab? apakah  orientasinya hanya untuk mengikuti mode dan gaya saja? Atau sungguh sungguh atas dasar perintah-Nya?? Lantas? Sebenernya utuk apa hijab itu?
Setiap jilbab adalah hijab, tapi tidak semua hijab itu jilbab. Sebagaimana yang tampak. Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, dengan kata lain, al-hijab adalah benda yang menutupi sesuatu. Hijab menurut al-qur’an artinya penutup secara umum, bisa berupa tirai pembatas, kelambu, papan pembatas, dan pembatas atau aling-aling lainnya. Memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk kata jilbab. Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menutupi atau menghalangi dirinya. Hijab juga bisa digunakan sebagai pembatas interaksi saat sedang syuro. Pernah lihat ada yang rapat dengan menggunakan hijab?
Nah, jilbab ialah pakaian yang longgar dan dijulurkan keseluruh tubuh hingga mendekati tanah sehingga tidak membentuk lekuk tubuh. Hal ini tertuang dalam perintah Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59 “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka…”. Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam bahasa arab, jilbab adalah selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepala, dada, dan bagian belakang tubuhnya.
Bagaimana? Whats your chice? Hijab untuk manusia? Atau hijab untuk Allah? Berhijab itu hukumnya wajib, murni atas dasar perintah Allah. Kita bukan harus menyempurnakan akhlak dulu baru berhijab, tapi berhijablah dan perbaiki akhlak setelahnya. Kewajiban menutup aurat dimulai ketika kita sudah baligh, bukan menunggu saat kita sudah baik.
Lalu? Sudahkah jilbabmu seperti yang diperintahkan? Yang disyaratkan hingga menutupi dada (Q.S An-Nur 31) dan disyaratkan lebar, tidak transparant, tidak ketat dan terulur keseluruh tubuh? (Q.S Al-Ahzab 59). jilbab itu untuk meraih ridho Allah bukan decak kagum khalayak, serta bukan pula untuk trend dan mode saja.
Panjangkan kerudung, lebarkan jilbab demikian akan sempurna HIJAB, sederhanakan pakaian. Berpaling dari mode mungkin membuatmu terasing, tapi, bukankah rasul telah katakan : “beruntunglah orang-orang yang terasing?? islam muncul dalam keadaan asing dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu” (H.R Muslim)
Hijab (jilbab) bukan hanya sekedar selembar kain yang ditutupkan diatas kepala. Hijab bukan semata-mata penutup rambut seperti yang dianggap oleh banyak orang dalam islam. Pemahaman tentang hijab yang demikian adalah salah.
Apabila orang islam sendiri tidak menghormati pakaian yang disyariatkan islam, lantas, bagaimana orang yang beragama lain akan hormat pada pakaian orang islam? Dengan demikian, mari kita mencoba untuk berjilbab sesuai dengan ketentuan tuntutan agama kita, bukan hanya sekedar tuntutan mode daan gaya saja. Semoga Allah memudahkan dan senantiasa menunjukan apa-apa yang dibenarkannya Amiin.


Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...