Rabu, 20 Mei 2015

Awesome


Kakiku gemetar menyusuri anak tangga kecil itu. aku pun serasa melayang dan tak menapak bumi. Hilang. Semua pasang mata memandang kearahku. Aku hanya bisa berjalan pelan dan menunduk. Dress code th  80-an yang ku kenakan menari-nari bersamaan dengan derap langkahku. Kupandang sekeliling, rasanya seperti mimpi. Ini sungguh tak terduga. Benar-benar diluar dugaan. Seperti kembali pada masa lalu. Mengingat dahulu aku juga pernah merasakan hal ini.
                Tiba di panggung utama. Aku berdiri bersama tiga juara disampingku. Tetaplah, sama saja, tanganku gemetar, hatiku berdebar tak karuan, seperti mimpi. Tak percaya. Sungguh aku tak percaya.ku pandang sekeliling, ratusan pasang mata melihat kearahku. fikiran mereka terlihat jelas, mereka shock bukan main, tak percaya mungkin. Kurang lebih seperti ini ekspresi mereka : “hah? Hani juara 1 artikel? OMG hello? Itu hani? Dia ikut lomba? Dia menang?..  yah sepeti itulah kemungkinan besarnya. Sama seperti diriku ini, yang kagetnya bukan main.  Bahakan aku saja hanya “iseng” nulis untuk lomba ini. tak serius-serius amat.
                Hanya ada dua kemungkinan orang menatapku sinis. Pertama dia sirik, dalam artian tidak bisa seperti saya. Kedua tatapan meremehkan. Seorang manusia biasa? Manusi atak pandai berargumen? Manusia tak pandai berceloteh? Manusia tak pandai bercengkrama? Manusia tak pandai merangkai kata? Manusia tak pandai dalam hal penggunaan diksi? Apalagi bertutur kata yang baik? Manusia seperti diriku dapat dengan mudah menjadi juara pertama dalam perlombaan menulis artikel tingkat jurusan melawan seluruh peserta dari semester atas? Seorang yang dianggap “biasa saja” dikelas jurnalistik semester dua. Dapat dengan mudah merai posisi pertama ditahap ini? HAH? Itu sungguh luar biasa!
                Mungkin mereka memang benar, haha. Aku bahkan sempat menyangka bahwa juri salah mengetik nama. Atauu.. bahkan juri salah membaca naskah. Bahkan juri salah dalam memanggil namaku dalam urutan kandidat juara pertama. Bahkan, saat itu aku berfikir juri sedang sakit sehingga tak bisa focus membaca artikelku. hey.. aku sendiri saja tak faham mengapa aku bisa menjadi pemenang dalam contest ini. itu tidak masuk akal sekali menurutku. Artikelku biasa saja. Tak banyak yang aku masukkan dalam hal kritik atau opini. Lebih banyak fakta fakta yang ada yang kugunakan dalam penulisan artikel ini.
                Biarkan apa yang meraka lontarkan terhadapku. Biarkan, apa yang akan mereka pikirkan tentangku, biarkan saja apa yang ingin mereka lakukan. Aku hanya manusia biasa yang melaksanakan tugasku. Hidup itu bukan untuk mencari haters! Hidup juga bukan untuk mencari “orang dalam”. Hidup juga bukan untuk Riya atau pun hal yangs serupa dengannya. Aku hanya melaksanakan tugasku sebagai hamba-Nya. Makhluk ciptaan Allah. Aku hanya berusaha, berusaha dan berusa untuk menjadi yang baik diantara orang-orang yang jauh lebih baik dari diriku.
                Disini bukan masalah menang atau kalahnya. Bukan masalah ketika aku mendapatkan penghargaan itu. bukan masalah ketika aku diberi banyak pujian. Bukan masalah ketika aku dipandang sinis oleh sebagian orang. Bukan masalah ketika banyak orang yang sedikit tidaknya meremehkanku, tapi, ini adalah masalah bagaimana mempertanggungjawabkan itu semua. Aku memang tak bisa apa-apa. Tapi setidaknya, aku punya Akal, aku punya Hati . Aku juga tahu bagaimana caranya berfikir. Aku juga tahu bagaimana caranya merasa. Maka setidaknya aku faham akan hal ini.
 Piala, piagam penghargaan dan uang pembinaan itu kupegang erat. Sang pemberi cendera pun tersenyum kearahku. Sungguh ini hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Menjadi juara pertama dalam perlombaan menulis artikel tingkat kampus se Jurusan Ilmu komunikasi  jurnalistik. Aku bahkan sempat bertanya-tanya, mengapa aku pemenang utamanya? Mengapa aku yang bisa mendapatkan diposisi pertama? Apa juri tak salah menilai? Memangnya apa bagusnya tulisanku? Tak ada yang istimewa. Bahkan aku hanya bermodalkan tulisan  ecek-ecek saja. Aneh mungkin..

Tapi, yasudahlah, semuanya sudah berlalu sekarang. Itu hanya sesaat. Lagi pula, itu tak banyak berpengaruh dalam hidupku. Biasa saja. Orang-orang juga tak mengenaliku ketika aku berdiri didepan panggung itu. siapa yang menyangka? Aku hanya orang kecil dari sebagian orang-orang paling kecil disini. Syukuri saja apa yang ada. Ketika aku faham dan mengerti, mereka belum tentu faham dan mengerti. Maka? It’s no problem. That’s make me happy.this AWESOME. Smile J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...