Kakiku gemetar
menyusuri anak tangga kecil itu. aku pun serasa melayang dan tak menapak bumi.
Hilang. Semua pasang mata memandang kearahku. Aku hanya bisa berjalan pelan dan
menunduk. Dress code th 80-an yang ku
kenakan menari-nari bersamaan dengan derap langkahku. Kupandang sekeliling,
rasanya seperti mimpi. Ini sungguh tak terduga. Benar-benar diluar dugaan.
Seperti kembali pada masa lalu. Mengingat dahulu aku juga pernah merasakan hal
ini.
Tiba
di panggung utama. Aku berdiri bersama tiga juara disampingku. Tetaplah, sama
saja, tanganku gemetar, hatiku berdebar tak karuan, seperti mimpi. Tak percaya.
Sungguh aku tak percaya.ku pandang sekeliling, ratusan pasang mata melihat
kearahku. fikiran mereka terlihat jelas, mereka shock bukan main, tak percaya
mungkin. Kurang lebih seperti ini ekspresi mereka : “hah? Hani juara 1 artikel?
OMG hello? Itu hani? Dia ikut lomba? Dia menang?.. yah sepeti itulah kemungkinan besarnya. Sama
seperti diriku ini, yang kagetnya bukan main.
Bahakan aku saja hanya “iseng” nulis untuk lomba ini. tak serius-serius
amat.
Hanya
ada dua kemungkinan orang menatapku sinis. Pertama dia sirik, dalam artian
tidak bisa seperti saya. Kedua tatapan meremehkan. Seorang manusia biasa?
Manusi atak pandai berargumen? Manusia tak pandai berceloteh? Manusia tak pandai
bercengkrama? Manusia tak pandai merangkai kata? Manusia tak pandai dalam hal
penggunaan diksi? Apalagi bertutur kata yang baik? Manusia seperti diriku dapat
dengan mudah menjadi juara pertama dalam perlombaan menulis artikel tingkat
jurusan melawan seluruh peserta dari semester atas? Seorang yang dianggap
“biasa saja” dikelas jurnalistik semester dua. Dapat dengan mudah merai posisi
pertama ditahap ini? HAH? Itu sungguh luar biasa!
Mungkin
mereka memang benar, haha. Aku bahkan sempat menyangka bahwa juri salah
mengetik nama. Atauu.. bahkan juri salah membaca naskah. Bahkan juri salah
dalam memanggil namaku dalam urutan kandidat juara pertama. Bahkan, saat itu
aku berfikir juri sedang sakit sehingga tak bisa focus membaca artikelku. hey..
aku sendiri saja tak faham mengapa aku bisa menjadi pemenang dalam contest ini.
itu tidak masuk akal sekali menurutku. Artikelku biasa saja. Tak banyak yang
aku masukkan dalam hal kritik atau opini. Lebih banyak fakta fakta yang ada
yang kugunakan dalam penulisan artikel ini.
Biarkan
apa yang meraka lontarkan terhadapku. Biarkan, apa yang akan mereka pikirkan
tentangku, biarkan saja apa yang ingin mereka lakukan. Aku hanya manusia biasa
yang melaksanakan tugasku. Hidup itu bukan untuk mencari haters! Hidup juga
bukan untuk mencari “orang dalam”. Hidup juga bukan untuk Riya atau pun hal
yangs serupa dengannya. Aku hanya melaksanakan tugasku sebagai hamba-Nya.
Makhluk ciptaan Allah. Aku hanya berusaha, berusaha dan berusa untuk menjadi
yang baik diantara orang-orang yang jauh lebih baik dari diriku.
Disini
bukan masalah menang atau kalahnya. Bukan masalah ketika aku mendapatkan
penghargaan itu. bukan masalah ketika aku diberi banyak pujian. Bukan masalah
ketika aku dipandang sinis oleh sebagian orang. Bukan masalah ketika banyak
orang yang sedikit tidaknya meremehkanku, tapi, ini adalah masalah bagaimana
mempertanggungjawabkan itu semua. Aku memang tak bisa apa-apa. Tapi setidaknya,
aku punya Akal, aku punya Hati . Aku juga tahu bagaimana caranya berfikir. Aku
juga tahu bagaimana caranya merasa. Maka setidaknya aku faham akan hal ini.
Piala, piagam penghargaan dan uang pembinaan
itu kupegang erat. Sang pemberi cendera pun tersenyum kearahku. Sungguh ini hal
yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Menjadi juara pertama dalam perlombaan
menulis artikel tingkat kampus se Jurusan Ilmu komunikasi jurnalistik. Aku bahkan sempat
bertanya-tanya, mengapa aku pemenang utamanya? Mengapa aku yang bisa
mendapatkan diposisi pertama? Apa juri tak salah menilai? Memangnya apa
bagusnya tulisanku? Tak ada yang istimewa. Bahkan aku hanya bermodalkan
tulisan ecek-ecek saja. Aneh mungkin..
Tapi,
yasudahlah, semuanya sudah berlalu sekarang. Itu hanya sesaat. Lagi pula, itu
tak banyak berpengaruh dalam hidupku. Biasa saja. Orang-orang juga tak
mengenaliku ketika aku berdiri didepan panggung itu. siapa yang menyangka? Aku
hanya orang kecil dari sebagian orang-orang paling kecil disini. Syukuri saja
apa yang ada. Ketika aku faham dan mengerti, mereka belum tentu faham dan
mengerti. Maka? It’s no problem. That’s make me happy.this AWESOME. Smile J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar