Terik sekali matahari siang ini. aku tak dapat
menegadahkan wajahku menghadap langit biru. Sungguh, ini sangat menyengat. Ku
percepat langkah kaki ini menyusuri gang-gang kecil menuju tempat tinggalku.
Terlihat dari kejahan dua teman kelasku berjalan bergandengan tepat beberapa
langkah didepanku. Makin ku percepat langkah ini agar dapat menyusul mereka.
“heiii
kalian…” sapaku kemudian
“eh
hanot, mau pulang?” Tanya perempuan cantik bermata soflents, Wilda
“sendirian
aja not”? belum sempat menjawab Widy menanyaiku lagi
“eh
iya nih wil, wid hayuk atuh bareng”
cetusku kemudian
Mereka
adalah temanku. Teman baruku. Namanya WIlda Dewi Karmila dan Widiyana Mardani.
Kebetulan kami kenal ketika kami menjalani masa orientasi kampus dulu. Mereka
adalah teman kelasku. di Jurnalistik 2D. kemudian kami berjalan beriringan, aku
baru ingat, hari ini adalah hari senin, tepat tanggal 04 Mei 2015. Ada yang
kulupakan hari ini. benar-benar lupa. Ini akibat aku selalu mengulur-ngulur
waktu. Ini tentang wawancara itu. ya! Aku harus ikut wawancara. Tapi bagaimana?
Batinku dalam hati. Ini sudah terlambat. Pikirku kemudian. Tanpa sepengetahuan
mereka berdua, aku terus memikirkan perihal ini dijalan. Hingga akhirnya, aku
memberanikan diri menanyakan ini terhadap kedua temanku ini. aku pikir mereka
tidak tahu, ternyata Widy jauh lebih tau.
“eh
ada yang ikut jurnal pos ga dikelas kita?” tanyakau kemudian kepada keduanya
“banyak
kali not!” jawab widy
Aku
langsung kaget dan akhirnya menanyakan ini lebih jauh.
“oh
ya? siapa aja wid? Tanyaku langsung
“aku
juga ikut” jawabnya dengan santai
“waahh..”
aku hanya bisa berkata itu.
“geng
vivi dan kawan-kawan juga ikut not” jelasnya kemudian.
“oh
ya? Waah… lumayan banyak juga dong yah?” tanyaku
“iya
not, katanya sausan sama yakfi juga mau ikut, emangkenapa not? Kamu mau ikut
juga? Gentian dia yang bertanya kepadaku
“kalo
dibilang pengen ikut mah ya pengen banget wid. Tapi aku belum ngirimin CV, kan
katanya terakhir tanggal 01 mei kan? Da aku lupa belum ngirim” jelasku sedih
“yaelah
not! Gapapa kali. Lagipula itu si yakfi sama sausan juga belum sama sekali ngirim CV k email jurnal not!”
jelasny panjang lebar
“waah?
Asli wid? Beneran niih ga papa?” hatiku senang bukan main. Masih ada peluang
pikirku.
“iya
coba aja not, ntar jam 3 kumpul di sekre aja yuk bareng aku berangkatnya! Ntar
kamu nyamper aku aja ya di rumah
wilda” dengan ramah ia menjelaskan.
“oke
deh kalo gitu, jam tiga yah!” dengen secercah harapan itu muncul, aku sambil
tersenyum
Tiba
dibelokan depan pondok pesantren Ar-Raid, kita berpisah, keduanya pulang ke rumah wilda. Aku langsung berbelok
arah menuju Warnet (warung internet). Dengan perbekalan hanya membawa uang dua
ribu rupiah, semoga cukup untuk mengirim CV ke email jurnal pos. doaku dalam
hati. Aku langsung bergegas menuju depan kampus dan kutemukan warung internet!
Setibanya
didepan warnet, aku mengira akan banyak orang yang sedang menggunakan beberapa
computer yang tersedia, ternyata masih banyak bangku kosong, sehingga aku dapat
dengan mudah masuk dan memilih salah satu tempat duduk. Langsung ku nyalakan
computer. Agar tidak memakan waktu yang lebih lama karena keterbatasan rupiah,
aku langsung mengklik tobol search di google dan menuliskan kata “GMAIL”.
Eiits..
tunggu dulu, bukan hanya sampai disini. Hampir 20 menit berlalu, tanda rupiah
sudah menunjukan tarif 1500. Aku panik. Gmai-lku bermasalah. Langsung ku coba
berkali kali computer sampai menemukan tanda pengiriman email. Tetap saja,
hasilnya nihil. Berkali-kali ku coba membuka. Hingga beberapa menit berlalu dan
tariff sudah memasang harga 2000 rupiah, saat itu pula, gmailku terbuka.
langsung ku gerakan mouse kea rah tanda “sent” dan akhirnya,, tulisan “your
message has been sent” telah tertera. Langsung ku matikan computer. Harap-harap
cemas jika akhirnya tarif berubah, dan alahmdulillah, masih sama, 2000 rupiah
*****
Kepalaku
pusing sekali. jelas, aku lari-lari mengejar pengiriman email, hingga panic
diluar dugaan, matahari terang menyengat, dan kondisiku, aku sedang puasa
sunnah senin-kamis. Hari ini penat sekali kepalaku. Ku rebahkan tubuh ku
berharap kepalaku sedikit mereda. Sakit sekali. Astaghfirullah.. ucapku sambil
tidur diatas kasur dan kamar kesayangan kosan tercinta. Aku sampai dikosan
tepat pukul 13.20. itu panas sekali. Dan tenggorokanku? Terasa kering sekali.
Tapi kucoba bertahan dan beristrhat sebentar setelahnya aku melaksanakan sholat
dzuhur.
Alhamdulilah,
jam sepertinya cepat sekali berdetak. Kulihat jam tangan, sudah menunjukkan
pukul 14.15. dengan semangat aku langsung bersiap-siap untuk menjemput widy
dirumah wilda. Untuk apa lagi? Jika bukan untuk wawancara jurnal pos? langsung
ku memakai pakaian seadanya. Dan mengenakan jilbab cream yang tergantung diatas
lemari.
*****
Malang bukan main, Aku sampai didepan sekre
jurnalistik tepat jam 15.00. namun, belum juga ada tanda-tanda anak yang datang
untuk wawancara. Aku baru ingat, hari ini seluruh anak jurnalistik angkatan
2014 sedang melatih kemampuan mereka menari untuk acara anniversary jurnalistik
tanggal 13 nanti. Tepatnya di lantai empat secre. Dengan bimbang dan
harap-harap cemas, aku dan widy langsung menuju lantai empat untuk melihat
keadaan.
Dan
ternyata, sebagian anak-anak jurnalistik 2014 sudah dengan rapih berbaris untuk
latihan flashmoob. Ketika ku tunjukkan wajahku didepan mereka, aku diajaknya
untuk menari dan latihan bersama. Untuk meramaikan! Katanya. Akhirnya aku dan
widy ikut bergabung pada barisan dan kami menikmati music latihan terakhir ini.
Tepat
jam 15.45 kami berhenti. Kulihat beberapa teman yang ingin mengikuti wawancara
pun sudah bersiap menuju lantai tiga sekre jurnalistik. Tertera jelas ada geng
vivi, dan beberapa anak kelas lainnya. Tak lama setelah itu, aku, widi beserta
mereka turun kelantai bawah untuk melihat situasi dan kondisi. Ternyata belum
ada siuapa-siapa. Sepertinya kita yang pertama datang. Cetus Widy
Tak
berapa lama kita menunggu, sosok yang begitu kukenali raut wajah dan garis
tegasnya, kak Adam, aku melihat ia keluar dari sekre jurnalistik dan menanyai
terhadapa kami yang berada diluar ruangan.
“ini
mau pada wawancara” tanyanya kepada segerombolan orang yang menunggu
“iya
kak!” Jawab salah satu dari kita vivi
“baiklah,
sini masuk, namun hanya 4 orang saja”jelasnya
“aku
ya!!” jelas virgina
“aku
jugaa!!” reriak tinong
“ya
sudah sama aku” kata arti
Masuklah mereka bertiga kedalam ruangan.
Kemudian beberapa detik kemudian, kaka senior datang dan menghampiri kita,
“satu orang lagi.!” Ucapnya. Namun tak ada yang mau, aku dan widy harus berada
disesi kedua. Akhirnya tinggal zantina dan zaira yang rebut menentukan siapa
yang akan masuk pada sesi pertama. Mereka berdua sempat berebut dan berdebat,
namun akhirnya zantina lah yang masuk terlebih dahulu. Berarti zaira akan ikut
bersama aku dan widy pada sesi kedua.
******
Selang 20 menit, jam sudah menunjukan pukul 16.30.
sesi pertama sudah beres, dan akhirnya sesi kedua dimulai. Sudah Nampak tanda-tanda
peserta lain yang telah mulai berdatangan. Beberapa diantaranya anak-anak
jurnalistik kelas A, B dan C. sesi kedua dengan anggota Widy, Zaira, Winda,
Chury dan saya sendiri tentunya. Sudah harap-harap cemas. Kulihat tangan dan
kaki widy sudah mulai berkeringat, itu tandanya ia gugup. Sama denganku, aku
juga merasakan kegugupan. Hatiku berdegup lebih kencang. Sama seperti ketika
aku sedang berada didepan public. Tangan ku sudah dingin. Kakiku sudah mulai
bergerak pelan namun cecara cepat.
Kami langsung memasuki ruangan dengan fikiran
masing-masing. Kami dihadapkan oleh beberapa penanya, tepatnya seluruh kaka
senior dan anggota dari Jurnal Pos itu sendiri. termasuk pemimpin umum jurnal
pos, aku ingat, namanya Adam Rahadian Ashari Beliau lah yang menjadi
tolak ukur dijurnal pos. beliau pula yang memulai prolog untuk wawancara ini. beliau
yang memberi sambutan dan langsung menuju pada beberapa pertanyaan pada tahap
wawancara ini.
selanjutnya, semua yang terjadi mengalir dan mengalir...
akan kulanjutkan cerita ini diblog selanjutnya,, good bye!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar