Kamis, 28 Mei 2015

Cerpen Part 1

Terik sekali matahari siang ini. aku tak dapat menegadahkan wajahku menghadap langit biru. Sungguh, ini sangat menyengat. Ku percepat langkah kaki ini menyusuri gang-gang kecil menuju tempat tinggalku. Terlihat dari kejahan dua teman kelasku berjalan bergandengan tepat beberapa langkah didepanku. Makin ku percepat langkah ini agar dapat menyusul mereka.
            “heiii kalian…” sapaku kemudian
            “eh hanot, mau pulang?” Tanya perempuan cantik bermata soflents, Wilda
            “sendirian aja not”? belum sempat menjawab Widy menanyaiku lagi
            “eh iya nih wil, wid hayuk atuh bareng” cetusku kemudian
            Mereka adalah temanku. Teman baruku. Namanya WIlda Dewi Karmila dan Widiyana Mardani. Kebetulan kami kenal ketika kami menjalani masa orientasi kampus dulu. Mereka adalah teman kelasku. di Jurnalistik 2D. kemudian kami berjalan beriringan, aku baru ingat, hari ini adalah hari senin, tepat tanggal 04 Mei 2015. Ada yang kulupakan hari ini. benar-benar lupa. Ini akibat aku selalu mengulur-ngulur waktu. Ini tentang wawancara itu. ya! Aku harus ikut wawancara. Tapi bagaimana? Batinku dalam hati. Ini sudah terlambat. Pikirku kemudian. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, aku terus memikirkan perihal ini dijalan. Hingga akhirnya, aku memberanikan diri menanyakan ini terhadap kedua temanku ini. aku pikir mereka tidak tahu, ternyata Widy jauh lebih tau.
            “eh ada yang ikut jurnal pos ga dikelas kita?” tanyakau kemudian kepada keduanya
            “banyak kali not!” jawab widy
            Aku langsung kaget dan akhirnya menanyakan ini lebih jauh.
            “oh ya? siapa aja wid? Tanyaku langsung
            “aku juga ikut” jawabnya dengan santai
            “waahh..” aku hanya bisa berkata itu.
            “geng vivi dan kawan-kawan juga ikut not” jelasnya kemudian.
            “oh ya? Waah… lumayan banyak juga dong yah?” tanyaku
            “iya not, katanya sausan sama yakfi juga mau ikut, emangkenapa not? Kamu mau ikut juga? Gentian dia yang bertanya kepadaku
            “kalo dibilang pengen ikut mah ya pengen banget wid. Tapi aku belum ngirimin CV, kan katanya terakhir tanggal 01 mei kan? Da aku lupa belum ngirim” jelasku sedih
            “yaelah not! Gapapa kali. Lagipula itu si yakfi sama sausan juga  belum sama sekali ngirim CV k email jurnal not!” jelasny panjang lebar
            “waah? Asli wid? Beneran niih ga papa?” hatiku senang bukan main. Masih ada peluang pikirku.
            “iya coba aja not, ntar jam 3 kumpul di sekre aja yuk bareng aku berangkatnya! Ntar kamu nyamper aku aja ya di rumah wilda” dengan ramah ia menjelaskan.
            “oke deh kalo gitu, jam tiga yah!” dengen secercah harapan itu muncul, aku sambil tersenyum
            Tiba dibelokan depan pondok pesantren Ar-Raid, kita berpisah, keduanya  pulang ke rumah wilda. Aku langsung berbelok arah menuju Warnet (warung internet). Dengan perbekalan hanya membawa uang dua ribu rupiah, semoga cukup untuk mengirim CV ke email jurnal pos. doaku dalam hati. Aku langsung bergegas menuju depan kampus dan kutemukan warung internet!
            Setibanya didepan warnet, aku mengira akan banyak orang yang sedang menggunakan beberapa computer yang tersedia, ternyata masih banyak bangku kosong, sehingga aku dapat dengan mudah masuk dan memilih salah satu tempat duduk. Langsung ku nyalakan computer. Agar tidak memakan waktu yang lebih lama karena keterbatasan rupiah, aku langsung mengklik tobol search di google dan menuliskan kata “GMAIL”.
           
            Eiits.. tunggu dulu, bukan hanya sampai disini. Hampir 20 menit berlalu, tanda rupiah sudah menunjukan tarif 1500. Aku panik. Gmai-lku bermasalah. Langsung ku coba berkali kali computer sampai menemukan tanda pengiriman email. Tetap saja, hasilnya nihil. Berkali-kali ku coba membuka. Hingga beberapa menit berlalu dan tariff sudah memasang harga 2000 rupiah, saat itu pula, gmailku terbuka. langsung ku gerakan mouse kea rah tanda “sent” dan akhirnya,, tulisan “your message has been sent” telah tertera. Langsung ku matikan computer. Harap-harap cemas jika akhirnya tarif berubah, dan alahmdulillah, masih  sama, 2000 rupiah
*****
            Kepalaku pusing sekali. jelas, aku lari-lari mengejar pengiriman email, hingga panic diluar dugaan, matahari terang menyengat, dan kondisiku, aku sedang puasa sunnah senin-kamis. Hari ini penat sekali kepalaku. Ku rebahkan tubuh ku berharap kepalaku sedikit mereda. Sakit sekali. Astaghfirullah.. ucapku sambil tidur diatas kasur dan kamar kesayangan kosan tercinta. Aku sampai dikosan tepat pukul 13.20. itu panas sekali. Dan tenggorokanku? Terasa kering sekali. Tapi kucoba bertahan dan beristrhat sebentar setelahnya aku melaksanakan sholat dzuhur.
            Alhamdulilah, jam sepertinya cepat sekali berdetak. Kulihat jam tangan, sudah menunjukkan pukul 14.15. dengan semangat aku langsung bersiap-siap untuk menjemput widy dirumah wilda. Untuk apa lagi? Jika bukan untuk wawancara jurnal pos? langsung ku memakai pakaian seadanya. Dan mengenakan jilbab cream yang tergantung diatas lemari.
*****
Malang bukan main, Aku sampai didepan sekre jurnalistik tepat jam 15.00. namun, belum juga ada tanda-tanda anak yang datang untuk wawancara. Aku baru ingat, hari ini seluruh anak jurnalistik angkatan 2014 sedang melatih kemampuan mereka menari untuk acara anniversary jurnalistik tanggal 13 nanti. Tepatnya di lantai empat secre. Dengan bimbang dan harap-harap cemas, aku dan widy langsung menuju lantai empat untuk melihat keadaan.
            Dan ternyata, sebagian anak-anak jurnalistik 2014 sudah dengan rapih berbaris untuk latihan flashmoob. Ketika ku tunjukkan wajahku didepan mereka, aku diajaknya untuk menari dan latihan bersama. Untuk meramaikan! Katanya. Akhirnya aku dan widy ikut bergabung pada barisan dan kami menikmati music latihan terakhir ini.
            Tepat jam 15.45 kami berhenti. Kulihat beberapa teman yang ingin mengikuti wawancara pun sudah bersiap menuju lantai tiga sekre jurnalistik. Tertera jelas ada geng vivi, dan beberapa anak kelas lainnya. Tak lama setelah itu, aku, widi beserta mereka turun kelantai bawah untuk melihat situasi dan kondisi. Ternyata belum ada siuapa-siapa. Sepertinya kita yang pertama datang. Cetus Widy
            Tak berapa lama kita menunggu, sosok yang begitu kukenali raut wajah dan garis tegasnya, kak Adam, aku melihat ia keluar dari sekre jurnalistik dan menanyai terhadapa kami yang berada diluar ruangan.
            “ini mau pada wawancara” tanyanya kepada segerombolan orang yang menunggu
            “iya kak!” Jawab salah satu dari kita vivi
            “baiklah, sini masuk, namun hanya 4 orang saja”jelasnya
            “aku ya!!” jelas virgina
            “aku jugaa!!” reriak tinong
            “ya sudah sama aku” kata arti
Masuklah mereka bertiga kedalam ruangan. Kemudian beberapa detik kemudian, kaka senior datang dan menghampiri kita, “satu orang lagi.!” Ucapnya. Namun tak ada yang mau, aku dan widy harus berada disesi kedua. Akhirnya tinggal zantina dan zaira yang rebut menentukan siapa yang akan masuk pada sesi pertama. Mereka berdua sempat berebut dan berdebat, namun akhirnya zantina lah yang masuk terlebih dahulu. Berarti zaira akan ikut bersama aku dan widy pada sesi kedua.
******
Selang 20 menit, jam sudah menunjukan pukul 16.30. sesi pertama sudah beres, dan akhirnya sesi kedua dimulai. Sudah Nampak tanda-tanda peserta lain yang telah mulai berdatangan. Beberapa diantaranya anak-anak jurnalistik kelas A, B dan C. sesi kedua dengan anggota Widy, Zaira, Winda, Chury dan saya sendiri tentunya. Sudah harap-harap cemas. Kulihat tangan dan kaki widy sudah mulai berkeringat, itu tandanya ia gugup. Sama denganku, aku juga merasakan kegugupan. Hatiku berdegup lebih kencang. Sama seperti ketika aku sedang berada didepan public. Tangan ku sudah dingin. Kakiku sudah mulai bergerak pelan namun cecara cepat.
Kami langsung memasuki ruangan dengan fikiran masing-masing. Kami dihadapkan oleh beberapa penanya, tepatnya seluruh kaka senior dan anggota dari Jurnal Pos itu sendiri. termasuk pemimpin umum jurnal pos, aku ingat, namanya Adam Rahadian Ashari Beliau lah yang menjadi tolak ukur dijurnal pos. beliau pula yang memulai prolog untuk wawancara ini. beliau yang memberi sambutan dan langsung menuju pada beberapa pertanyaan pada tahap wawancara ini.
selanjutnya, semua yang terjadi mengalir dan mengalir...



akan kulanjutkan cerita ini diblog selanjutnya,, good bye!!



           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuliah pusing, kerja pusing, pengen nikah aja. Eh, pas nikah pusing juga, pengen nikah lagi?

Banyak anak-anak muda zaman sekarang yang menganggap bahwa pernikahan adalah salah satu solusi tepat dan cepat untuk menyelesaikan sebu...